Chapter 24

219 2 1
                                        

Wajah Sophia terlihat marah, sedih, dan bingung. Liam bilang kalau hubungan mereka sudah berakhir, benar benar berakhir. Tapi...

Sophia meneteskan air mata sambil mengecek ruangan-ruangan di apartment ku. Aku benar tidak tau, kepalaku mungkin sama dengan isi kepala Louis, Zayn, Harry 'kenapa dengan Sophia?!'

"Niall! Dimana Liam! Dimana dia!!!" Sophia memarahiku tepat didepan wajah ku.

"Liam tidak disini sudah kubilang dia pergi-"

"Kemana!!!! Kumohon!"

Aku terdiam,

"Beri tahu aku dimana dia! Aku benar benar membutuhkannya!" Sophia menangis benar benar nangis,

Tidak satupun dari kami memberitahu Sophia, dimana Liam berada. Yang lain hanya menatap heran dengan penuh kecemasan.

"Baiklah jika kalian benar tidak mau memberitahu kepadaku dimana Liam-"

"Sophia kau ini kenapa? Kau kenapa?" Harry coba meminta penjelasan ke Sophia

Sophia menunduk,

"Orang tua ku meninggal baru saja karena kecelakaan yang benar benar merebut nyawa mereka dariku. Aku butuh Liam, aku tidak punya siapa-siapa, aku butuh dia-"

Sophia coba tetap berdiri, air matanya terus mengalir, aku juga ikut merasakan duka itu

"K-kau? Astaga Sophia..." Aku meneluk Sophia.

Membuat dia nyaman sementara.

Ya aku menangis,

Louis terduduk kaku di sofa, Zayn melamun dengan pipi yang sudah dibasahi oleh air matanya. Harry menunduk mencoba tidak menangis,

"Sophia, kau tidak sendiri- kau punya kami." Aku membisik ke Sophia

"Tapi aku butuh Liam, aku butuh dia Niall. Apa dia masih peduli astaga..."

Sophia memelukku erat. Dia perempuan dan aku tau, Sophia tipe orang yang takut sendiri.

Aku melepaskan pelukan itu perlahan menghapus air mata Sophia dengan tanganku.

"Kenapa kau mencari Liam? Apa effectnya jika dia disini?" Tanyaku hanya sekedar ingin tahu.

"Aku tidak mau kehilangan dia, sudah cukup aku kehilangan orang tuaku. Aku-"

"Sophia, kau itu bukannya takut kehilangan Liam. Kau hanya- kau itu hanya takut sendiri..." Harry membuat semua perhatian tertuju padanya

Sophia menatap marah.

"Apa maksudmu? Aku tidak pernah takut sendiri. Aku hanya takut kehilangan Liam! Hanya itu!"

"Kau bahkan tidak punya perasaan apapun ke Liam, Sophia. Kau selalu menyakiti Liam, dan sekarang kau sendiri dan kau tidak ingin Liam pergi. Karena KAU TAKUT SENDIRI!"

Harry tidak sedikit pun membela Sophia.

"Harrry!" Zayn menegur Harry, Harry tidak peduli.

"Aku tidak pernah takut sendiri!!!!"

"Kau takut sendiri! Kau sudah menyakiti Liam beberapa kali! Dan kau menginginkan dia kembali! Itu semua kau lakukan karena kau takut sendiri!!" Harry membentak Sophia

"Harry sudah!!! bukan itu masalahnya kumohon guys!-" Louis mencoba melerai keduanya.

"Nadine! Pasti Liam bersama Nadine!" Sophia tiba tiba mengatakan hal itu dan pergi menuju ke kamar Nadine.

"Harry kau keterlaluan! Dia baru saja ditingal kedua orang tuanya!" Aku berdebad

"Ya dia ditinggal orang tuanya! Sebagai anak dia lebih baik mengurusi pemakamannya bukan mencari Liam! Mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa Niall!" Harry tetap menolak untuk membela Sophia

"Kita lihat ngapain Sophia disana! Sudahlah bukan waktu untuk ini! Ayolah!" Louis langsung berjalan keluar ke kamar Nadine disusul Zayn dan... Harry juga diriku.

Oh. My. God.

Aku benar benar tidak tau harus membela siapa. Sophia dia butuh orang untuk mengerti keadaanya sekarang, orang yang dia butuh adalah Liam, orang yang sering dia sakiti.

Sedangkan Liam, Liam masih harus berjuang untuk membuktikan ke Nadine bahwa selama ini dia benar mencintai Nadine.

Bagaimana jika mereka ketemu? Akan terjadi apa nanti??

Sophia berdiri didepan pintu kamar Nadine, dia mencoba untuk berdiri sendiri. Aku hanya melihat saja, aku benar bingung sekali.

Sophia menarik nafas, dan...

Oh damn.

Pintunya tidak sama sekali kekunci!!!

Sophia berjalan lurus dan mengarah ke kanan. Aku berada tepat dibelakang dia bersama Louis, Zayn, Harry.

Yang kami lihat semua adalah,

Nadine yang berbaring tanpa mengenakan apa-apa dengan Liam diatasnya.

Nadine berteriak sesekali.

Mereka masih belum sadar ada Sophia disana. Sophia terus melihat mereka sampai...

"Sophia?" Nadine menyadarinya.

Mereka berhenti.

"Liam?" Sophia memanggil nama Liam, Liam langsung berhenti. Dan menatap ke arah Sophia sambil segera memakai boxers nya.

"Kau- kaudisini? Ada apa? Kenapa kau menangis? Semuanya baik baik aja kau kenapa Sophia?" Liam khawatir dengan Sophia.

Nadine masih di ranjangnya, menutup badannya dengan selimut. Dan wajah penuh tanda tanya.

"Kau benar tidak mencintaiku lagi?" Sophia menatap Liam sangat dalam.

"Sophia aku-"

"Kau melakukannya dengan- dengan dia! Kau tau aku benci dengan perempuan itu!!!" Sophia menunjuk Nadine.

Nadine terdiam dengan mata yang berair.

Kami benar benar tidak dikubu siapa siapa.

"Tapi hubungan kita sudah berakhir Sophia-"

"Liam kau jahat denganku kau-kau jahat!!!!"

Sophia berlari keluar,

"Liam?" Nadine memanggil Liam dengan suara yang dibarengi tetesan air mata.

"Nadine. Aku... Aku minta maaf lagi. Aku benar benar minta maaf"

Liam langsung memakai t-shirt nya dan mengejar Sophia.

Ruangan itu berubah sunyi. Hanya Nadine dengan suara tangisan yang rendah. ..

Harry's POV

Aku bisa merasakan bagaimana perasaan Nadine.

Aku menghampiri nya.

"Kau baik?"

Aku duduk disamping Nadine, Nadine langsung memelukku.

"Niall, Louis, Zayn tinggalkan kami berdua disini.." Aku meminta kepada mereka bertiga tanpa menatapnya.

"Kau yakin Harry?" Tanya Niall

"Ya... Tutup pintunya kumohon"

Mereka bertiga langsung meninggalkan kamar Nadine.

"Nadine?" Aku menatap nya. Mencoba membuat dia tidak merasakan sakitnya.

Nadine masih menangis. Menunduk di lututnya. Tuhan, dia benar benar merasakan sakitnya.

Aku tidak bisa berkata lagi, hanya menunggu dia sampai dia mau menatapku dan berbicara...

COINCIDENCIAMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang