Aku segera menuju kerumah Sophia, dan yang aku lihat disana adalah keluarga dekat Sophia. Aku turun dari mobil dan masuk kedalam menemuinya.
"Sophia? Maafkan aku" Aku menyapa Sophia yang duduk di taman belakang rumahnya.
"Liam?"Aku duduk disamping Sophia, dia memelukku sangat erat.
"Maafkan aku," aku mengulang kata itu lagi.
"Aku tau kau akan kembali.."
"Ya kau benar"
"Kau akan tetap disini kan? Tidak akan pergi? Kau janji?" Sophia melepaskan pelukan itu dan menatapku penuh dengan harapan.Aku terdiam sejenak. Nadine? Bagaimana dengan dia?
"Tapi, Sophia.."
"Kau akan tetap disini kan?" Sophia menatapku lebih dalam.
"Ya ya aku akan tetap disini bersamamu."
"Yes!" Sophia memelukku lagi.Malam itu keluarga Sophia bersiap untuk pemakaman besok pagi. Sophia dan aku berbaring di taman dia bercerita tentang Orang tuanya, yang dia tidak menduga akan seperti ini. Dia menjadi sendiri sekarang, dan dia takut sekali.
Larut malam, Sophia tertidur disampingku, matanya masih lembab sekali karena tangisan tadi. Aku ingin sekali menemaninya, tapi hati ini benar tidak memilihnya.
Aku bersama dia, tapi pikiran ku kepada Nadine..
Aku mengangkat Sophia yang tertidur dan kubawa kekamar nya. Malam itu aku bersama dia.
Nadine's POV
Ini sudah jam 1 pagi. Aku bahkan tidak bisa tidur. Aku hanya menghabiskan waktu sekitar 3 jam bersama Liam, dan dia pergi meninggalkan ku.Aku berdiri di balkon apartment ku. Masih terus memikirkan dia.
"Nadine?" Seseorang mengaggetkanku.
"Hi! Mm"
"Kau belum tidur?" Tanya Niall dari balkon apartment nya.
"Belum. Aku-"
"Kau masih menangis? Nadine?" Niall menatapku heran."Aku ngantuk banget, mm, tidur dulu ya bye-"
Aku langsung masuk kedalam dan menutup pintu yang menuju ke balkon apartment ku. Aku tidak bisa menunjukkan ke orang kalau aku ini lemah sekali."Nadine?" Seseorang mengetuk pintuku.
Tapi bukan pintu kamar apartment ku, melainkan, pintu balkon. Aku langsung membukanya.
"Astaga Niall? Apa kau melompat?" Tanyaku heran
"Um yeah. Haha"
"Ada urusan apa kau kesini?"
"Nadine boleh kita mengobrol sebentar?"Aku terdiam.
"Sebentar saja... Pleaseee"
Niall membuatku menjawab "iya"
"Boleh aku masuk?" Tanya Niall
"Ya tentu."Aku duduk di sofa, Niall duduk tak jauh dariku.
"Jadi apa kau mencintai Liam?" Tanya Niall to-the-point
"Huh?"
"Jujurlah."
"Ya aku mencintai dia sebelum dia-"
"Apa?"
"Sebelum dia meninggalkan aku tadi,"Niall menatap ku heran
"Lalu sekarang? Masih mencintainya?"
"Tidak juga.."
"Bullshit."Aku menatap sinis Niall
"Apa maksudmu?"
"Kau itu pembohong besar! Haha" Niall tertawa keras
"Ok. Ya aku masih mencintai Liam."
"Jika Liam menyatakan hal yang sama kau mau tetap di London?"Pertanyaan apa itu?! Damn.
"Tidak. Untuk apa?! Pasti Sophia akan merebutnya dariku."
"Oh tidak akan tetap tinggal? Baiklah aku akan beritahu Liam.."
"Maksudmu?"
"Menurutmu? Apa maksudku?"Niall membuatku pusing.
"Besok aku sudah pergi, dan aku tidak bisa mengubahnya lagi. Aku harus kembali ke Aussie, semuanya terlambat." Jelasku
"Terlambat? Oh begitu ya."
"Niall kau ini menyebalkan sekali!"
"Nadine, jika kau mencintai Liam, jangan biarkan Liam usaha sendiri."Pernyataan apa itu? Liam saja tidak pernah usaha sama sekali.
"Liam usaha sendiri? Sejak kapan? Niall, dia selalu meninggalkan aku untuk Sophia, dan tadi, kejadian tadi itu benar membuatku sedikit membencinya."
"Hanya sedikit kan? Yasudah, tadikan dia udah usaha, buat deket lagi sama kamu Nad"
"Tapi dia meninggalkan aku Niall!"
"Ah kau ini! Terserahlah. Aku mau balik ke apartment! Capek ngomong sama kamu"Weird.
Damn.
Niall shit."Ok. Pergi saja aku juga tidak mau berbicara dengamu"
"Ok" jawab Niall singkat dan langsung lompat dari balkon ku menuju balkon dia.Aku langsung menutup pintunya dan tidur. Mencoba tidur karena pesawatku akan berangkat pagi.
