Chapter 12

332 3 0
                                    

Harry terus menciumku didepan apartment.
"Harold?" Aku mencoba melepaskan bibirku dari Harry.
"Enough!!!!" Aku mendorong Harry.

"Biarkan aku pergi aku mau keluar mau berlibur!!!!"
Aku langsung menuju ke lift, Harry terus mengikutiku.

"Kau tidak bisa sendiri."
"Aku bisa!"
"Kau tidak aman!"
"Aku aman! Bisakah kau diam dan kembali ke apartment mu. Bukan mengikuti ku sekarang ini!"

Aku berdebat dengan Harry di lift itu.
Saat aku turun, Harry menahan tangan ku.
"Kau tidak bisa sendiri, Nadine!" Harry mencoba lembut.
"Aku bisa! Menjauhlah!"

"Harry!!!"
"Thats harry!!!"
"Harry Styles!!!!"
"Harry!!!!!!!!!!"

Aku membalikkan badan ku.
Damn.
Mereka melihat ku lagi.
Harrt menarik ku dibalik sebuah tiang yang besar.

"Percayalah kau tidak aman Nadine. Aku takut kau kenapa-kenapa." Harry mengenggam tanganku.
"Aku bukan siapa siapa mu! Biarkan mereka menyakiti ku! Aku memang pantas. Bahkan aku tidak sharusnya melakukan semuanya. Dengan Niall Liam dan kau!"

"Nadine?"
"Apa?"
"Niall?"

Ah. Keceplosan.

"Maksudku-"
"Apa yang kau lakukan dengan Niall?"
"Tidak ada."
"Bullshit."

Damn.damn.

"Aku hanya-"
"Apa?"
"Ya aku mencium Niall! Kau puas! Apa yang mau kau katakan tentang ku lagi? Bitch? Hah?"

"Nadine? Kau terlalu berfikir jelek tentang ku. Aku tidak pernah berfikiran seperti itu Nad"
Harry menatap mata ku. Air dimataku sudah menetes satu demi satu

"Aku bahkan tidak peduli Liam dan Niall pernah melakukan itu padamu" Lanjut Harry
"Mengapa kau melakukan itu untukku? Louis benar. Apa yang dia bilang itu benar, Harry"

"Aku mencintai mu Nadine.." Harry mengenggam erat tanganku.
"Jangan katakan itu ku mohon!"
"Aku benar benar mencintaimu"
"Harry aku juga mencintaimu tapi-"
"Apa?"
"Aku bahkan hanya mencintai sebagai teman. Harry, maafkan aku."

Harry melepaskan tanganku.
"Setelah kau melakukan itu denganku?" Tanya Harry
"Kau bermain dengan diriku?" Lanjut Harry

"Harry, kau yang memberi dare itu, aku hanya menciummu, tapi kau melakukannya lebih. Kau yang lakukan itu! Aku sudah menolak tp kau terus sampai membuatku lost viriginity, mate. Bahkan seharusnya aku marah tapi aku tidak bisa karena kau temanku!"

"Nadine? Semua orang meninginkan ku, tapi kenapa kau tidak?"
"Karena aku benar benar tidak pernah mempunyai perasaan itu. Aku mencintai Liam, Harry. Bukan kau"

Damn.
Shit.
Nadineeee.
Apa yang sudah kau katakan.

"Ya ya baiklah"
"Maafkan aku Harry"
"Lalu sekarang kau mau kemana?" Tanya Harry
"Kurasa aku akan pergi jalan jalan saja."
"Aku akan menjaga mu. Pergilah dengan ku."
"Tapi-"
"Kemarilah..."

Harry menarik ku menuju ke belakang apartment, ya mobilnya terparkir disitu.
Aku dan Harry menghabiskan waktu seharian.

Liam's POV
"Harry benar benar memenangkan semuanya"
"Liam?" Niall menatapku
"Harry belum menang, percayalah."
"Apa Nadine masih marah dengan ku dengan perkataan tadi ya?" Louis bertanya.

"Tidak kau pantas kok menanyakan hal itu dengan dia. Kan memang dia seperti itu" jelasku.
"Liam? Kau ini.. Tidak serius kan dengan perkataan mu?" Tanya Niall
"Aku serius."

Niall membuka pintu apartment,
"Woah, pergi kemana mereka?!"
"Siapa? Harry dan Nadine?" Tanyaku
"Ya, kurasa Harry akan mengungkapkan semuanya ke Nadine, loser."

"Loser? What?"
"Yes, kau tidak ingin mengejar Nadine? Come on Liam!" Niall memukul pundakku lagi.

"Liam, ayolah! Aku mendukung mu dengan Nadine!" Zayn mengarah kepadaku membawa burger ditangannya.

"Aku harus apa? Yang Nadine mau adalh menjauh dariku, dia tidak ingin bersamaku lagi."
"Tidak itu bukan yang Nadine mau..." Louis ikut membantuku.
"Lalu apa?"

"Nadine bebicara seperti itu hanya karena dia emosi, dia menginginkan kau untuk merasakan apa yang dia rasakan, dan sekarang kau sudah merasakannya dan dia ingin kau meminta maaf ke dia, itu yang dia mau." Jelas Louis
"Um?"
"Apa kau tidak mengerti?" Tanya Zayn

"Aku bingung. Untuk melihatku saja, mugkin dia tidak mau apalagi jika aku minta maaf"
"Liam come on!!! Kau ini seperti tidak tau wanita sajaaa" Niall menghampiri ku.
"Ya akan kucoba"
"Nahhhh!!!!" Niall Zayn Louis kembali ke aktifitas masing masing.

Aku masih bingung tentang apa yang harus aku lakukan.

Hari ke-4 kami di London, kami tidak pergi kemana-mana. Tapi besok, kami harus ke stasiun radio di London. Ya, untuk promosi album dan tour kami.

Waktu berlalu cepat, ini sudah jam 7 malam Nadine dan Harry belum juga pulang...

Nadine's POV
"Harry, terimakasih atas hari ini"
"Ya, tidak perlu berterimakasih itu sebagai permintaan maaf atas apa yang sudah Louis katakan tadi..ok?"
"Mmm, ya tentuuu"
"Nadine?" Harry memegang tangan ku sambil menyetir mobil

"Yaa?"
"Apa kau tidak mau membuka hatimu untukku?"
"Harold? Kau selalu ada buat ku, menemaniku, tapi aku tidak mau melukaimu, aku benar mencintai mu tapi sebagai teman..."
Harry melepaskan tangannya dan memarkirkan mobilnya didepan starbucks.

"Kok berhenti?"
"Kau mencintaiku?" Tanya Harry
"Iyaps"
"Kenapa hanya sebgai teman?"
"Entahlah"
"Kau pasti punya alasan Nadine"
"Tidaak ada-"
"Nadinee?" Harry menatapku
"Baiklah, jika kita punya hubungan yang lebih dan jika nanti kita berantem atau bahkan putus, aku tidak bisa bersama mu lagi. Tapi kalau kita berteman terus kita bisa terus barengan."

"Kau takut kehilangan ku? Lalu bagaimana dengan Liam? Bagaimana jika kau jadian dengan Liam, dan kalian putus, lalu kau tidak punya hubungan dengan Liam? Berarti kau tidak takut kehilangan dia kan?"
"Harold?"
"Kau takut kehilanganku, dan kau tidak takut kehilangan Liam"

"Bukan begitu--"
"Itu berarti kau mencintaiku kau tidak mencintai Liam"

Damn. Apa aku salah ngomong lagi. Shit.

"Harold?"
"Aku selalu ada buat kau, sedangkan Liam tidak.."
"Harold?"
"Liam tidak peduli dengan mu, tapi aku peduli!"

"Itulah arti teman Harry!"
"Kau benar benar menyakiti ku Nadine"

Aku tidak bisa melihat Harry seperti itu.
Benar benar tidak bisa.
"Maafkan aku, tapi aku tidak mencintaimu lebih dr ini"

Harry langsung mencium bibirku, dan aku tidak bisa menolak lagi. Dia terus mencium bibirku.

Terus dan terus.
"Nadine?" Harry berhenti menciumku.
"Harold..."
"Maafkan aku..."
Harry langsung menghidupkan mesin mobilnya, dan kami benar benar tidak bicara setelah itu.

Sampai di depan apartment ku,
"Terimakasih kau telah menemaniku hari ini"
"Ya sama sama..."
"Harry?" Aku menahan tangan Harry

Aku yang mencium Harry duluan, ya aku mencintainya. Ciuman lagi. Lagi dan lagi.

"Permisi? Harry?" Tiba tiba seorang perempuan berambut panjang hitam mengenakan jumpsuit datang menghampiri Harry.

COINCIDENCIAMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang