Goresan tinta untuk Biru

124 1 0
                                    

Tepat tanggal 27 oktober 2017,
Aku pernah menuliskan,
bahwa aku akan menyelesaikan kisah hujan,
bukan untuk di lupakan, karena tak mungkin bisa ku lakukan,
tapi akan ku simpan dengan baik sebagai kenangan yang akan ku abadikan.

Kenyataannya,  kisahnya masih terus berjalan,
banyak juga kejutan yang ku dapatkan,
terkadang kesedihan juga turut datang.

3 bulan tulisanku hanya sebuah tulisan, tak bisa ku pegang.

Sampai akhirnya aku bertemu dengan bulan Maret, 2018
Satu minggu sebelum memasuki bulan maret,
Aku di hinggapi rancu,
Setelah ku tahu, dia kembali untukmu

3 hari aku menghilang,
bukan karena marah sebab balasanmu yang membuat jemu,
hatiku hanya tak karuan, aku semakin rancu dimana harus ku tempatkan diriku?

Bandung, kota yang pernah membuatku patah
Menjadi tempat pelarianku,
Aku begitu tenang di sana, dan rasanya sekarang aku ingin kembali ke sana.

Setelah pulang dari Bandung,

Aku mencoba kembali berjalan seperti biasanya,
Lalu kau datang, dengan membawa berjuta kejutan dan aku bahagia.

Kembali ke bulan maret,

Tepat 2 tahun lalu, aku merasakan kehilangan seseorang yang baru saja membuat ku tertawa lalu pergi tanpa berita,
dan semuanya seperti terulang saat dia kembali, si bidadarimu yang dulu sempat pergi.

Jangan tanya soal perasaanku, aku bukan lagi aku yang dulu.
Sekiranya pun masih sama abaikan saja, itu mudah di lakukan, bukan.

Kau pernah bertanya,
Kenapa aku menyukai langit,

Lalu ku jawab, karena di langit tak ada pembatas antara nestapa dan bahagia, semuanya menyatu
kalau hati dan pikiranku sedang kacau,
langit seolah-olah memberitahu, bahwa aku tak boleh seperti itu

dan hari ini,
setelah 4 tahun 6 bulan aku bertahan,
aku memilih untuk merelakan,
Setelah dua minggu aku di hinggapi rancu,
Akhirnya, sekarang aku bisa mengambil keputusan

5 Penaku kehabisan tinta,
Kertasku terisi semua,
Langit mendung perlahan hujan turun,
Mereka seakan membantu menjawab kegamanganku,

Ada yang berpendapat,
Katanya, aku berani dan kuat berdiri untukmu yang seakan mengawang

Aku hanya bisa tersenyum menanggapinya, aku rasa semua orang bisa melakukan hal yang sama bila sudah bertemu dengan sayang.

"Sayang kalau harus berhenti, waktumu sudah banyak terbuang"

"Jalani, jangan bicara seperti itu"

"Ayolah bertahan"

Mereka semua, orang-orang terdekatku menambah semangatku untuk terus berjuang,

Tapi akulah yang membentuk pertanyaan, maka jawabannya ada di dalam diriku sendiri

Aku rasa semuanya cukup,
Kalaupun aku memilih bertahan, apa aku akan secepatnya mendapat jawaban dari pertanyaan yang kian bercabang, atau aku malah di paksa lagi berteman dengan tunggu?

Aku akan tetap menghidupkan aksara dengan atau tanpa kamu,
Semua bisa karena terbiasa, jadi aku harus mencoba.

Aku tidak marah atau bahkan kecewa,
Aku hanya ingin belajar agar lebih bisa menyayangi diriku sendiri

Lagipula mana mungkin aku marah,
Kau kan sosok yang selalu bisa membuatku bahagia dengan hal yang begitu sederhana,
Kau juga yang memberitahuku sisi indah dunia,
Kau juga yang mengajariku tentang berbagai hal luar biasa,

Jadi seharusnya aku banyak berterimakasih, karena kau telah melukis warna menakjubkan di setiap kekosongan.

Terimakasih Biru, goresan tintaku ini ku tujukan untukmu.

Sampai bertemu di lain cerita, jika tuhan berencana,
dan semoga kau selalu bahagia...

PELUKIS RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang