Bab 16

2.4K 515 78
                                    

Hari ini. Bukan Ai yang nulis, tapi Elea. Hahahaha.

Hallo-hallo.

Nggak mau nulis yang aneh-aneh, sih. Tapi mau bilang, kemarin kita ke Pantai Senggigi. Seru banget!

Oh iya... kita berdua kayak orang pinter, ngebayangin nama anak. Nggak banget, ya. Tapi nggak apa-apa, kali aja kita jodoh.

Kalau cowok namanya Segara. Itu Ai yang nentuin. Terinspirasi dari kawah Segara Anak waktu dia naik Rinjani sama Tigor, Gunandi, dan Prapto.

Kalau cewek namanya Alean. Ini Elea yang bikin. Alean itu gabungan Aimil dan ELEANna. Hahahaha.

*
*
*

Keesokan harinya, Eva datang terlambat. Resah dan kecewa menyatu dalam titik yang sama. Ia resah sebab khawatir sesuatu terjadi pada Milleo. Dan ia kecewa sebab lelaki berambut hitam kecokelatan itu nampak tak merasa berdosa meski telah mengingkari janjinya.

Kemarin, setelah Milleo keluar dari BK, Eva yang setia menantinya langsung memberondong dengan pertanyaan : apa kamu baik-baik aja? Dan seperti dugaan, Milleo berlagak kuat padahal jelas-jelas cowok itu kelihatan mengibakan dengan luka di wajahnya.

"Saya baik-baik aja, Va," katanya menegaskan. "Kalau nggak percaya, besok pun saya masuk sekolah seperti biasa."

Seperti biasa.

Dua kata itu yang menjadi kunci Eva, sekaligus alasan ia bisa telat. Di tempat janjian biasa, Eva menanti Milleo dengan sabar. Ketika sepuluh menit Milleo tak muncul, timbul rasa khawatir bercampur kesal. Tapi meskipun begitu, sebagian besar hatinya tetap meyakinkan, bahwa Milleo pasti datang.

Eva menunggu dengan harap-harap cemas. Sesekali ia menengok ke kanan kiri, bahkan depan belakang. Hanya untuk memastikan bahwa pagi ini mereka pasti berangkat bersama. Seperti biasa.

Ketika jam tangannya menunjukkan bahwa bel sekolah telah berdentang, Eva akhirnya putus asa. Ia pun melangkah gontai menuju sekolah. Di satu sisi, pertanyaan-pertanyaan ke mana Milleo memutar, tapi di sudut lain ia pun khawatir kalau orangtuanya tahu ia terlambat begini.

Unread BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang