(Semua yang tertulis dalam cerita ini merupakan karangan asli dari saya pribadi zeriandrifin "Zeri A. Arifin" dan yang paling penting adalah comment dari teman-teman terhadap isi cerita ini. Karena masukan teman-teman adalah suatu hal yang tak ternilai harganya. Masukan kalian akan sangat membantu sekali bagi saya untuk lebih mengembangkan kemampuan dalam menulis lagi kedepannya. Terima kasih)
*untuk gambar cover dan gambar di setiap bab dalam cerita saya ini merupakan gambar asli dari tangan saudara saya sendiri yaitu Endah Savitri (ig: endhsvtr)
Semenjak aku mendengar mengenai program beasiswa itu, aku menjadi memiliki semangat baru. Sejak itu aku selalu mengoptimalkan waktuku untuk belajar lebih giat. Kutampikkan dulu semua hal yang mengganggu kefokusan belajarku termasuk bekerja. Aku sudah izin ke pemilik warung untuk tidak bekerja lagi. Aku berterima kasih kepadanya yang telah memberikan kesempatan buat aku agar bisa bekerja selama ini. Dan pemilik warungnya pun mengiyakan dan memahami kondisiku. Seminggu ini aku gunakan seluruh waktuku untuk belajar. Mulai dari mengunjungi perpustakaan sekolah untuk meminjam segala jenis buku pelajaran bersama dengan Clara. Selain itu, aku juga pergi untuk mengunjungi perpustakaan Balai Pemuda Surabaya untuk bisa semakin menambah wawasan buku pelajaran. Di panti, waktu ku selalu kugunakan untuk berkutat dalam buku. Pagi, siang, sore, malam hanya untuk sekolah dan belajar mandiri di panti. Tak lupa aku juga melakukan diskusi kelompok baik dengan Clara maupun dengan teman-teman selainnya untuk persiapan bahan pelajaran yang diujikan nantinya. Semua itu kulakukan mengalir begitu saja karena aku memiliki harapan yang kuat untuk bisa terpilih mendapatkan beasiswa ke Amerika.
Minggu ujian pun telah tiba, aku dengan senang dan riangnya mengerjakan ujian demi ujian dengan sabar dan teliti. Ku kerjakan semampuku dan semaksimalku. Bahkan aku memiliki harapan mendapatkan nilai rata-rata 9 di seluruh mata pelajaranku. Semoga saja bisa kesampaian dengan segala usaha yang aku berikan seminggu ini. Aku pun dengan percaya diri mengumpulkan setiap ujianku dengan berdoa semoga bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
***
"AMANDAAA..." teriak Clara heboh ketika aku datang ke sekolah pagi itu untuk persiapan mengambil raport bersama Ibu Nina.
"Ihh Clara, malu tau diliat banyak orang. Ada apa sih heboh banget pagi-pagi?" tanyaku kesel melihat kelakuan Clara yang hebohnya kayak cacing kepanasan.
Clara begitu saja menarik lenganku. Sambil berlari kecil dia menuju papan pengumuman di depan ruang guru yang telah sengaja dipampang hasil nilai para siswa. Sudah menjadi kebiasaan sekolahku untuk menarik minat belajar siswa dengan memberikan pengumuman siswa berprestasi mulai dari rangking teratas sampai terbawah seangkatan.
Aku seketika langsung grogi. Jantungku dag dig dug berdegup kencang. Aku takut banget melihat hasil nilaiku seperti apa. Aku takut nilaiku tidak sesuai harapan dan bisa-bisa tidak lolos jadi kandidat penerima beasiswa ke Amerika. Telapak tanganku basah seketika. Keringat dingin bercucuran di kepala dan leherku.
"Kamu kenapa Amanda??" tanya Clara heran.
"Aku takut Clara." Ucapku gugup.
"Ngapain takut Manda... liat tuh namamu diatas sendiri. That's why aku heboh banget pagi-pagi ini hehe. Bangga punya sahabat kayak kamu." Ujar Clara bangga.
"Serius??" Aku langsung lemas dan lega.
Tapi untuk memastikan, aku tetap saja berusaha melihat papan pengumuman itu yang sudah dikerumuni banyak anak yang berdesak-desakan. Kubaca di bagian atas sendiri memang benar terpampang namaku "AMANDA SHABRINA" menjadi peringkat 1 seangkatanku dengan nilai rata-rata 9,1. Bener-bener gak percaya. Aku bener-bener seneng bukan main. Ku tarik Clara dan kupeluk begitu saja. Dan saking senangnya, aku gak nyadar air mata sudah menetes di mataku. Aku jingkrak-jingkrak gak karuan sambil njoget sama Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOPTED: Love Me, Then.
RomanceAmanda hanya seorang gadis sederhana. Gadis SMA sebatang kara, yang sejak kecil telah kehilangan orang tua. Bukannya menyerah, Amanda justru semakin kuat menghadapi dinamika hidup yang luar biasa. Dengan kesabaran dan keuletannya, seolah Tuhan membe...