*Cerita ini memiliki hak cipta ©All Rights Reserved by zeriandrifin. So, don't you dare to plagiarize this story. Or, you will know the consequences.
Mataku perlahan kubuka meskipun terasa agak berat. Ku lihat jam kamarku menunjukkan pukul 7 pagi. Aku sontak kaget. Aku tersadar kalau aku sudah ada di kamar tidurku. Aku terasa linglung karena seingatku terakhir kali aku masih di mobil Zac.
"Jangan-jangan aku kemarin ketiduran di mobilnya Zac." Pikirku dalam hati.
"Kalau aku ketiduran, siapa yang mindahi aku ke kamar?" tanyaku penasaran dalam hati.
Aku tersipu malu ketika membayangkan kalau Zac yang telah memindahkanku ke kamar.
Aku segera bangkit dari kamar tidur dan bersiap-siap untuk lari pagi. Entah kenapa pagi ini aku ingin sekali jogging. Mumpung hari minggu, untuk bisa me-refresh pikiranku sejenak.
Ku berganti pakaian dengan kaos putih dan celana pendek. Aku juga mengenakan sepatu pemberian dari Zac. Aku berlari kecil keluar dari jalan Woodstock Rd. dan terus berlari ke jalan Shenandoah Rd. Aku juga sesekali berhenti sejenak untuk mengatur napasku.
Aku terus berlari sampai di Virginia Rd. yang di jalan itu terdapat Lacy Park. Aku dari awal kesini memang penasaran sekali dengan isi Lacy Park ini. Karena setiap berangkat dan pulang sekolah aku selalu melewati taman ini tetapi tidak sekalipun aku mampir. Akhirnya selagi aku sekarang ada kesempatan, maka aku mampir saja ke dalamnya.
Aku masuk di pintu belakang dekat jalan Shenandoah Rd. Setelah pintu masuk terdapat tangga yang cukup tinggi. Aku menuruni tangga itu dengan diiringi berbagai warna bunga yang ada di sepanjang kanan dan kiri tangga tersebut.
Setelah sampai di ujung bawah tangga, terdapat tanah lapang yang luas dengan rerumputan yang terbentang indah. Terdapat beberapa tempat duduk yang sudah disediakan. Terdapat pula beberapa pohon menjulang tinggi yang dibawahnya digunakan untuk berteduh para pengunjung.
Aku menghampiri salah satu tempat duduk yang ada di pinggiran lapangan taman itu. Aku duduk sambil asyik menikmati beberapa anak kecil yang sedang bermain sepak bola di rerumputan lapangan tersebut.
Saat sedang asyik menonton keseruan anak-anak kecil tersebut, tiba-tiba ada sebuah tangan menepuk pundakku dengan lembut. Sontak aku langsung menoleh belakang ke arahnya. Dan ternyata itu DADDY!
"Daddy..." ucapku kaget.
"Seru banget kayaknya. Lagi liat apaan?" tanya Daddy.
"Lihat anak-anak itu main sepak bola, Dad." Jawabku sambil menunjukkan jari ke arah anak-anak yang memang sedang bermain sepak bola.
"Daddy kayaknya lagi jogging juga nih?" tanyaku.
"Iya, tadi aku liat kamu keluar rumah. Makanya aku ikutin aja." Jawabnya enteng.
Suasana sejenak menjadi sunyi karena aku bingung mau bicara apa lagi. Entah kenapa ketika ngobrol dengan Daddy bawaannya canggung melulu. Karena mungkin akibat perbedaan usia jadinya agak sungkan dan bingung cari pembahasan yang pas.
"Kemarin kayaknya seru banget sama Zac. Habis keluar kemana emang?" tanya Daddy.
"Eh?" Aku mendelik sambil menelan ludah. Aku sangat kaget dengan pertanyaan Daddy barusan.
"Saking serunya sampek ketiduran pas pulangnya. Zac sampai membopongmu." Ucap Daddy sambil menoleh ke arahku dengan senyuman tajamnya.
"Ohhh... kemarin... iya Dad, aku diajak Zac nyari makan di luar, hehe. Soalnya kan Mommy sama Daddy belum pulang. Lena juga lagi keluar sama pacarnya. Makanya Zac ngajak aku." Jawabku gelagapan dan berusaha menenangkan diri agar tidak ketahuan.
"Amanda, Daddy takut kamu ada apa-apa sama Zac."
"Kita gak ada apa-apa kok, Dad." Ucapku dengan terbata-bata berusaha menutupi kenyataan agar tidak ketahuan Daddy.
Daddy diam sejenak.
"Kali ini Daddy bener-bener harus membuka semuanya biar jelas. Semoga kamu bisa menerima semua ini, Amanda." Ungkap Daddy.
"Membuka apa Dad? Apa yang belum Amanda ketahui?" tanyaku penasaran.
"Amanda sekarang berada disini bukan merupakan suatu kebetulan. Daddy memilihmu. Beberapa tahun yang lalu Daddy baru tahu kalau ibu kamu sudah meninggal sejak lama."
"Pantas saja, beberapa tahun Daddy mencoba tinggal di Indonesia untuk mencari Ibumu tapi hasilnya nihil. Tak berarti."
"Daddy sangat sedih... sangat sedih ketika mendengarkan Ibumu telah tiada, Amanda." Jelas Daddy dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ibu? Daddy kenal Ibu?" tanyaku semakin penasaran.
"Bukan hanya sekadar kenal, tapi kami waktu itu sangat dekat, dekat sekali."
"Daddy benar-benar mencintai ibumu, Amanda. Daddy masih ingat betul awal kali jatuh cinta dengan ibumu saat masuk di kelas mata kuliah yang sama."
"Tapi Daddy menghadapi pilihan sulit. Daddy harus menikah dengan Mommy mu yang sekarang ini. Mau tidak mau Daddy harus meninggalkan ibumu, walaupun sangat berat. Setelah itu ibumu kembali ke Indonesia dan tidak terdengar lagi kabarnya." Terangnya.
Aku hanya melongo saja mendengar cerita dari Daddy yang benar-benar tidak kuduga.
"Ibumu orangnya sangat baik, penyayang, cantik dan memiliki mata yang indah... sama seperti kamu, Amanda." Lanjutnya.
"Daddy awalnya ingin mengangkatmu menjadi anak karena Daddy ingin bisa merasakan keberadaan ibumu dan bisa mengenang rasa cinta yang pernah tumbuh diantara kita."
"Tapi, semua itu salah, Amanda. Daddy salah besar! Mata indahmu, rambut hitammu, wajah manismu, semua sikap baikmu... seolah jiwa "Mira" ibumu berada di dalam dirimu."
"Daddy gak bisa menahan semua itu, Amanda. Kamu adalah segalanya bagi Daddy. Tidak boleh ada laki-laki lain yang memiliki kamu selain Daddy." Ucap Daddy sembari memegang tanganku dengan erat dan didekapnya tangaku di dadanya.
Napasku berubah menjadi cepat, mataku mendelik seolah tak percaya. Dan aku juga mulai mengeluarkan keringat dingin. Aku benar-benar kaget mendengar semua pernyataan Daddy barusan. Sekejap aku merasa kaku dan tak bisa berkata apa-apa.
Setelah aku tersadar, sontak aku langsung menepis genggaman tangan Daddy. Aku bangkit dari dudukku dan berteriak ke Daddy.
"Dad, semua ini gak bener kan?" tanyaku memastikan.
"Terserah kamu mau percaya atau nggak, Amanda." Jawab Daddy.
"Gak mungkin Dad! Semua ini salah! Gak bisa Dad!" teriakku ke Daddy.
Aku kemudian berlari menjauhi Daddy. Daddy memanggilku tetapi tak kuhiraukan sama sekali. Aku berlari kembali ke rumah. Di jalan, ku berlinang air mata karena aku tak percaya kalau semua ini menimpaku. Kenapa kehidupanku selalu begitu rumit. Yang awalnya aku ingin ke Amerika untuk mendapatkan awal hidup yang baru nyatanya berubah menjadi pahit begini. Aku terus berlari tanpa menoleh kebelakang sekalipun.
Sesampai di rumah, aku langsung menuju kamarku dan mengurung diri. Aku benar-benar seperti tertampar dengan kenyataan yang baru saja ku ketahui. Kenapa Daddy tega melakukan itu padaku? Bagaimana bisa Daddy merasakan hal yang lebih padaku? Dan kenapa Ibuku harus tersangkut paut dengan ini? Hal ini semakin memperunyam hubunganku dengan Zac.
***
*Terima kasih sudah membaca. Silahkan baca bab selanjutnya. Dan jangan lupa beri masukan ya... :)
![](https://img.wattpad.com/cover/142218069-288-k342016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOPTED: Love Me, Then.
RomanceAmanda hanya seorang gadis sederhana. Gadis SMA sebatang kara, yang sejak kecil telah kehilangan orang tua. Bukannya menyerah, Amanda justru semakin kuat menghadapi dinamika hidup yang luar biasa. Dengan kesabaran dan keuletannya, seolah Tuhan membe...