*Cerita ini memiliki hak cipta ©All Rights Reserved by zeriandrifin. So, don't you dare to plagiarize this story. Or, you will know the consequences.
*Picture of this part by www.cindywoo.com
Setelah acara makan malam keluarga Nielsmenn selesai, aku kemudian digandeng Mommy untuk keliling melihat-lihat isi rumah. Aku pun antusias karena memang sudah penasaran banget dengan seisi rumah ini yang begitu megah bak istana kerajaan. Bangunannya modern, tetapi isi di dalamnya merupakan barang-barang yang bernuansa kelas atas. Mommy mengajakku ke bagian belakang rumah terlebih dahulu. Aku sangat tercengang, halaman belakang rumahnya sangat besar sekali. Terdapat kolam renang yang lengkap dengan tempat duduk untuk bersantai. Di samping kolam renang terdapat taman yang di tengahnya ada jalan setapak. Tamannya tidak hanya sekadar hamparan tanah datar yang luas saja, melainkan berbukit-bukit. Terdapat tangga naik dan turun yang menghiasi jalan setapak halaman belakang rumah. Aku dan Mommy berjalan pelan melewati jalan setapak itu. Senja sore masih menghiasi langit Los Angeles. Aku heran, padahal sekarang sudah pukul 20.00 tapi tetap saja langit masih sore. Mungkin ini fenomena alam yang disebabkan oleh kemiringan bumi yang pernah aku pelajari di sekolah dulunya. Kemiringan bumi sehingga membuat Negara-negara yang di daerah utara termasuk Amerika mengalami malam yang singkat di periode waktu tertentu.
Karena langit masih belum gelap, maka aku masih bisa melihat betapa indahnya taman di belakang rumah Nielsmenn. Tamannya begitu bersih dan sangat terlihat sekali telah dirawat dengan rajin. Terdapat pepohonan yang rindang mengelilingi ujung taman itu. Ku berjalan memasuki pepohonan rindang dan menuruni tangga mengikuti jalan setapak tadi. Dan ternyata, di ujung terdapat lapangan tenis yang luas. Aku heran, baru pertama kali ini aku melihat rumah yang lengkap dengan lapangan tenis sekaligus. Luar biasa.
Setelah puas menikmati pemandangan yang segar dan rindang di halaman belakang rumah, aku kembali ke dalam rumah. Mommy tidak banyak mengantarkanku keliling di dalam rumah. Karena katanya terlalu banyak ruangan. Sedangkan Mommy sebentar lagi mau ada acara Charity (amal) bersama Daddy. Katanya nanti aku bakal tahu sendiri seisi rumah seiringan ku tinggal di dalamnya. Aku pun mengiyakan saja karena enggan merepotkan Mommy. Toh aku sudah besar, nanti bisa keliling seisi rumah sendiri.
Saat memasuki ruang tengah, ku melihat banyak sekali foto keluarga Nielsmenn. Foto Zac, Lena, Mommy, dan Daddy yang banyak dipajang disini. Tetapi aku heran daritadi tidak menemukan foto Claire. Tetapi saat aku melihat foto yang dipajang dalam sebuah pigora kecil di meja ruang tengah. Sontak langsung kulihat dengan seksama. Kulihat wajah lucu 3 anak saling berpelukan.
"Itu foto Zac, Lena, dan Claire sewaktu umur 5 tahun. Lucu kan?" ucap Mommy.
"Lucu banget, Mom. Claire yang mana mom?" tanyaku.
"Yang ini..." ucap Mommy sambil menunjuk foto anak kecil manis dan imut yang ada di kiri sendiri.
"Ini perlu kamu tahu, Amanda. Keluarga kami kehilangan Claire 2 tahun lalu. Waktu itu..." ucap Mommy terbatah-batah karena merasa tak kuasa menceritakannya.
"Mom, sudah gak apa-apa. Gak usah cerita Mom. Amanda ngerti kok perasaan Mommy." Ucapku menenangkan sambil mengelus-elus pundak Mommy.
"Tidak Amanda, kamu harus tahu... waktu itu, keluarga kami sedang ada perdebatan yang kuat dengan Claire. Mommy gak ngerti sama dia. Gejolak perasaannya sangat tinggi. Apalagi dia baru saja menginjak masa remaja. Mommy bersitegang dengannya. Itu yang membuat Claire kesal dan dia memutuskan untuk pergi dari rumah. Mommy tak menyangka kalau dia harus mengalami kecelakaan mobil saat pergi meninggalkan rumah. Dan yang paling Mommy sesali adalah Mommy harus kehilangan Claire disaat hubungan kita sedang tidak baik." Jelas Mommy dengan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOPTED: Love Me, Then.
RomansaAmanda hanya seorang gadis sederhana. Gadis SMA sebatang kara, yang sejak kecil telah kehilangan orang tua. Bukannya menyerah, Amanda justru semakin kuat menghadapi dinamika hidup yang luar biasa. Dengan kesabaran dan keuletannya, seolah Tuhan membe...