Sehun membawa Aeris ke apartemennya. Tubuh gadis itu masih panas. Sehun pun segera memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa kondisi Aeris.
"Bagaimana keadaan Aeris, Dokter?" tanya Sehun ke Ello setelah selesai memeriksa Aeris. "Jika perlu, beri dia infus."
Ello tersenyum geli. Sepertinya Sehun menyukai gadis ini, pikirnya. "Aeris tidak perlu diberi infus, dia hanya demam dan sedikit kelelahan. Berikan obat ini setelah dia sadar." Ello memberi beberapa butir obat penurun panas ke Sehun.
"Benarkah?"
Ello mengembuskan napas lega. Dia menerima obat dari Ello dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.
"Kamu mencintai gadis ini, Sehun?"
Sehun terhenyak. Apa terlihat sangat jelas jika dia mencintai Aeris? "Apa itu terlihat jelas, Dokter?" tanyanya malu-malu.
Ello mengangguk.
Sehun meringis. Ello saja bisa tahu jika dia mencintai Aeris, tapi kenapa Aeris tidak bisa melihat cintanya?
"Jangan lupa berikan obatnya," pesan Ello kembali ke rumah sakit.
Sehun mengangguk. "Terima kasih, Dokter." Dia pun mengantar Ello sampai ke pintu depan.
Aeris mengerjabkan kedua mata, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang masuk ke dalam indra penglihatannya. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, melihat kamar yang didominasi oleh cat berwarna putih. Aroma maskulin pun seketika menyeruak di indra penciuman. Aeris tiba-tiba bagun setelah menyadari sesuatu. Ini bukan kamarnya.
"Kamu sudah sadar?" Sehun meletakan nampan yang berisi segelas susu di nakas samping tempat tidur.
Aeris mengerutkan dahi, menatap Sehun dengan bingung karena nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. "Se-Sehun?"
Sehun menempelkan punggung tangannya di kening Aeris. "Syukurlah, demammu sudah turun," gumamnya pelan.
Napas Aeris tercekat karena Sehun berada dekat dengannya. Apalagi Sehun terlihat sangat tampan dengan kemeja putih yang digulung sampai sebatas siku.
Aeris pun segera menyingkirkan tangan Sehun dari keningnya. Wajah gadis itu terasa panas, jantungnya pun berdebar hebat.
"Emm ... aku ada dimana?" Aeris mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar Sehun. Yang Aeris ingat, dia sedang berada di rumah Mama Park. Saat itu hujan turun dengan deras, dia merasa kedinginan, lalu pingsan.
Sehun menghela napas panjang. Sepertinya ini waktu yang tepat untuk jujur ke Aeris. "Kamu berada di apartemenku."
"Hah?" Aeri malah cengo. Apartemen? Apa Sehun sedang mengajaknya bercanda?
Sehun mengembuskan napas panjang. Otak Aeris memang bekerja sedikit lambat. Sehun harus ekstra sabar menghadapi Aeris. "Aku minta maafkan, Aeris."
"Hah?"
"Maafkan aku," ulang Sehun lagi.
"Minta maaf? Untuk apa?" tanya Aeris tidak mengerti.
Sehun kembali menarik napas panjang sebelum berbicara. Semoga Aeris mau menerima semua penjelasannya. "Selama ini aku telah berbohong padamu. Sebenarnya aku…pemilik La Costa Cafe."
Aeris terdiam, mencerna ucapan Sehun. "Pemilik La Costa Cafe?" gumamnya sambil berpikir.
Sehun mengangguk. "Dan juga ... pewaris tunggal dari Diamond Groub," lanjutnya.
"Di-Diamond Grub?" Aeris menutup mulutnya tidak percaya. Diamond Groub adalah sebuah perusahaan berlian yang paling besar di Asia. Benarkah Sehun pewaris tunggal perusahaan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] Aeris Mellody Arkhana, gadis yang akrab dipanggil Aeris itu sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan adiknya. Apa pun akan Aeris lakukan agar adiknya bisa sembuh. Termasuk menjadi istri kedua dari Par...