16. Mimpi Buruk

6.5K 508 28
                                    

'Kamu pernah bilang kita akan selalu berjalan bersama. Tapi nyatanya kamu malah berlari pergi meninggalkanku'

~Aeris Mellody Arkhana~

Chanyeol terlihat seperti seorang pencuri saat memasuki rumahnya sendiri. Beruntung dia mempunyai kunci cadangan. Chanyeol pun membuka pintu dengan pelan dan masuk ke kamar Aeris dengan cara mengendap-endap. Aroma apel manis seketika menyeruak dia indra penciumannya. Aroma yang menenangkan sekaligus memabukkan. Jantung Chanyeol seketika berdegup kencang. Dengan pelan dia berjalan mendekat, berbaring dengan hati-hati agar tidak membangunkan Aeris.

Debaran jantung Chanyeol semakin menggila karena Aeris berada sangat dekat dengannya. Dia menarik napas panjang lalu mengembuskan perlahan. Ada perasaan yang tidak bisa Chanyeol jelaskan ketika bertemu lagi dengan Aeris. Dia semakin mendekat, dengan berani menarik tubuh Aeris dalam pelukan. Tubuh Aeris terasa sangat pas dalam dekapannya.

"Ernggh ..." Aeris mengerang dan menggeliat pelan.

"Sshhh ..." Chanyeol pun mengusap puncak kepala Aeris agar kembali tidur lelap.

Chanyeol memejamkan kedua mata, menikmati perasaan bahagia di dalam hatinya. Dia menatap Aeris yang tertidur lelap dalam dekapan. Pipi Aeris terlihat semakin chubby, tubuhnya pun sedikit berisi. Wanita itu terlihat semakin menggemaskan.

Chanyeol mengecup pipi dan bibir Aeris sekilas. Aeris mengerutkan dahi karena merasa tidurnya terganggu. Chanyeol terkekeh pelan melihatnya. Dia pikir Aeris bangun, tapi tidak lama kembali tertidur pulas.

Chanyeol mengusap perut Aeris yang sedikit membesar dengan tangan gemetar. Butah hatinya sedang tumbuh dan berkembang di dalam sana. Chanyeol tanpa sadar menitikan air mata. Dia merasa terharu sekaligus bahagia karena Sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

"Terima kasih, Aeris. Terima kasih." Chanyeol mengecup puncak kepala Aeris dengan penuh sayang.

❄❄❄

Langit begitu cerah, Aeris berjalan riang menyusuri jalan setapak. Di sepanjang jalan banyak bunga tumbuh bermekaran. Jemari lentik Aeris terulur, memetik salah satu bunga itu. Bunga mawar putih.

"Bunga yang cantik."

Aeris berbalik, menatap lelaki tampan yang sedang tersenyum manis pada dirinya. "Lebih cantik bunga ini atau aku?"

Lelaki itu mendekat, mengambil alih bunga mawar dari tangan Aeris. "Jika kamu bertanya apa yang paling cantik di dunia ini jawabanku hanya satu, kamu." Dia menyelipkan bunga mawar ke telinga Aeris.

Aeris menunduk, menyembunyikan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya. "Gombal," ucapnya malu-malu.

Lelali itu terkekeh. Dia suka sekali melihat ekspresi Aeris saat sedang malu. Lelaki tampan itu kemudian meraih tangan Aeris, menyatukan jemari mereka dan menggengamnya lembut. "Aku ingin terus mengenggam tanganmu seperti ini."

"Kamu sekarang kan, sudah melakukannya," desah Aeris malas.

"Sekarang dan selamanya, akan tetap menggenggam seperti ini. Itu janjiku padamu, Aeris."

"Sungguh?"

Lelaki tersebut mengangguk. "Iya, supaya kamu tidak pergi meninggalkanku."

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang