21. Bertemu Sehun

5.4K 545 106
                                    


Agatha menggigit kuku jari cemas. Benarkah perempuan yang dia lihat di taman bersama Rafael tadi adalah Aeris? Gadis yang pernah dekat dengan Sehun. Perempuan tadi sangat mirip dengan Aeris. Setahun yang lalu, Sehun pernah menunjukkan foto Aeris pada dirinya. Di foto itu Aeris terlihat manis dan menggemaskan. Namun, Aeris yang baru saja dia lihat sangat berbeda. Aeris terlihat cantik dan dewasa. Dan yang membuatnya sangat terkejut. Perut Aeris terlihat besar. Apa Aeris hamil? Jika memang Aeris sedang hamil, berarti gadis itu sudah menikah.

"Ah, semua ini membuatku pusing." Agatha tanpa sadar menggelengkan kepala pelan. Apa mungkin dia salah lihat?

Sehun sedang asyik bermain di ruang tengah bersama Rafael. Lelaki tampan itu tidak menyangka beberapa hari yang lalu akhirnya kembali ke Indonesia. Tempat di mana gadisnya berada.

Sehun menarik napas panjang. Menurutnya udara di Indonesia terasa lebih segar dari pada di Korea Selatan. Apa mungkin karena dia berada di negara yang sama dengan gadisnya? Entahlah, Sehun tidak tahu.

Bagaimana kabar gadisnya sekarang? Apa dia baik-baik saja? Apa gadisnya makan dan tidur dengan baik?  Sehun berharap Tuhan tidak mempertemukannya kembali dengan gadisnya untuk saat ini. Sehun merasa belum siap karena cinta itu masih ada di dalam hatinya. Sampai kapan pun.

"Uncle, tolong lepasin."

"Sini!" Sehun meraih lengan Rafael. Napasnya tercekat saat melihat plester luka yang menempel pada lengan anak itu. Plester luka bermotif panda itu sangat mirip dengan plester luka yang sering dipakai oleh gadisnya.

"Makasih, Uncle," ucap Rafael saat plester luka sudah terlepas dari lengannya.

"Sama-sama." Sehun menatap plester itu lekat. Entah kenapa dadanya terasa sesak karena melihat plester itu.

"Uncle, Uncle, tadi ada Noona Cantik yang nolongin Rafael," celetuk Rafael tiba-tiba. Tangan anak itu asyik merangkai mobil-mobilan kesayangannya.

"Noona Cantik?" tanya Sehun tidak mengerti. Siapa yang dipanggil Noona Cantik oleh Rafael?

"He-em." Rafael mengangguk. "Noona Cantik tadi nolongin Rafael waktu jatuh. Noona Cantik juga ngasih Rafael macaron. Rasanya enak."

Sehun mengusap puncak kepala Rafael dengan gemas. "Noona Cantik itu pasti sangat baik."

"Iya, Noona Cantik baik banget. Kalau Rafael sudah besar. Rafael ingin menikahi Noona Cantik," ucap Rafael polos membuat Sehun tertawa keras.

"Kalau kamu besar. Noona Cantik sudah tua."

"Tidak apa-apa, Rafael akan tetap menikahi Noona Cantik." Rafael cemberut karena Sehun menertawakan impiannya.

"Kalau Noona Cantik sudah menikah bagaimana?"

Wajah Rafael seketika berubah sendu. Sehun semakin tertawa keras melihatnya. Ah, Rafael sangat menggemaskan. Anak berusia lima tahun itu sudah berpikir tentang pernikahan. Dia yang berusia hampir kepala tiga masih tenang-tenang saja.

"Kasihan sekali keponakan, Uncle." Sehun kembali mengacak rambut Rafael.

"Rafael sudah sore, ayo mandi, Sayang!" teriak Agatha dari balik pintu ruang tengah.

"Iya, Eomma." Rafael pun berdiri dan segera berlari menemui ibunya.

"Hati-hati jatuh!" teriak Sehun karena takut Rafael sedikit ceroboh, sama seperti gadisnya.

Rafael tiba-tiba berhenti, kemudian berbalik dan berlari menghampiri Sehun. Anak itu menangkup pipi Sehun lantas menggesekkan hidung kecilnya ke hidung Sehun sebagai salam perpisahan.

Tubuh Sehun membeku di tempat. Waktu seolah berhenti berputar. Apa yang Rafael lakukan sama seperti yang dilakukan gadisnya dulu.

"Siapa yang mengajarimu cium hidung?"

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang