Seoul, Korea Selatan.
Jalanan kota Seoul padat merayap karena sekarang tepat jam pulang kantor. Sehun berulang kali mengembuskan napas panjang. Dia merasa sangat lelah karena pekerjaan di kantor hari ini lumayan banyak menguras tenaganya.
Sebelum pulang, Sehun mempir sebentar ke rumah Agatha karena ingin memberi sesuatu ke Rafael.
"Uncle Sehun!" teriak Rafael saat melihat Sehun turun dari mobil. Sehun pun merentangkan kedua tangan lebar, menyambut tubuh mungil Rafael.
"Keponakan Uncle yang paling tampan." Sehun mengacak-acak puncak kepala Rafael gemas membuat anak laki-laki berusia 5 tahun itu tertawa senang.
"Mana hadiah Rafael?" Rafael mengulurkan kedua tangan. Sehun tersenyum lantas mengambil sebuah cokelat dari dalam saku kemeja.
"Untuk keponakan Uncle yang sudah berhasil menghapal do'a sebelum makan."
"Asyik! Terima kasih, Uncle." Rafel mencium kedua pipi Sehun bergantian.
"Kalau kamu bisa menghapal do'a sebelum tidur. Uncle kasih kamu dua buah cokelat."
Wajah Rafael berbinar senang saat mendengarnya. Sehun lantas menggendong anak itu masuk ke rumah.
Agatha melipat kedua tangan di depan dada. "Kamu memberi Rafael coklat lagi?"
"Iya." Sehun mendudukkan Rafael di atas pangkuannya.
"Sudah berapa kali aku bilang. Jangan memberi Rafael coklat lagi karena giginya nanti bisa sakit," omel Agatha.
"Rafael tidak akan sakit gigi. Iya kan, My Boy?"
"Yes, Uncle." Rafael membuka bungkus cokelat lantas memakannya dengan senang.
Agatha memutar bola mata. Sehun sangat menyayangi Rafael. Apa pun yang diminta anak itu Sehun pasti menurutinya.
"Kamu tidak ingin pulang?" tanya Agatha seraya memberi Sehun secangkir kopi.
"Pulang ke mana?"
"Ke Indonesia."
"Uhuk!" Sehun tersedak karena mendengar ucapan Agatha. "Maafkan aku." Dia mengambil selembar tisu untuk membersihkan mulutnya.
"Kenapa kamu tidak kembali ke Indonesia saja? Perusahaan Kakek di sini juga sudah ada yang mengurus."
Sehun menyandarkan punggung di sofa. Mendengar kata Indonesia membuat dadanya terasa nyeri.
"Pulanglah, Hun. Jangan menjadi seorang pengecut!" Agatha menatap Sehun iba. Dia tahu Sehun mempunyai impian untuk bersatu dengan gadis pujaannya. Namun, impian Sehun hancur karena takdir tidak mengizinkan mereka untuk bersatu.
Sehun meringis. "Aku belum siap, Kak."
Agatha mengusap bahu Sehun lembut, mencoba memberi kekuatan ke adik sepupunya itu. Kamu tidak akan pernah siap jika terus seperti ini, Hun. Kamu harus terima karena kalian tidak akan pernah bisa bersatu."
Sehun mengembuskan napas kasar. "Entahlah, Kak. Aku belum siap jika bertemu lagi dengannya." Dada Sehun semakin terasa nyeri. Rasanya masih sama seperti beberapa bulan yang lalu. Sehun merasa tidak sanggup bertemu dengan gadis itu lagi.
"Jangan jadi pengecut. Kembalilah, jelaskan semua dengan hati-hati. Kakak yakin dia pasti mau mengerti."
"Bagaimana kalau dia marah sama aku?" Sehun mengusap wajah kasar.
Agatha tersenyum. "Dia pasti kecewa karena kamu tinggal begitu saja. Tapi Kakak yakin dia mempunyai jiwa besar untuk memaafkanmu."
Sehun menarik napas panjang. "Entahlah, Kak. Aku akan memikirkannya nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] Aeris Mellody Arkhana, gadis yang akrab dipanggil Aeris itu sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan adiknya. Apa pun akan Aeris lakukan agar adiknya bisa sembuh. Termasuk menjadi istri kedua dari Par...