24. Down

4.4K 525 90
                                    

Gerimis yang turun masih setia mengiringi pemakan Dylan. Langit seolah ikut merasakan kesedihan yang sedang Aeris rasakan. Para pelayat sudah banyak yang pergi karena pemakaman Dylan sudah selesai sejak satu jam yang lalu.

Aeris terduduk lesu di samping makam Dylan. Wanita hamil itu tidak memedulikan baju yang basah dan kotor karena hujan. Tubuh Aeris mulai menggigil kedinginan. Bibirnya pun terlihat pucat. Namun, Aeris tidak ingin beranjak untuk pulang. Lagi pula dia tidak mempunyai rumah lagi untuk pulang.

Tuhan telah mengambil Dylan darinya. Sekarang tidak ada alasan lagi bagi Aeris untuk tinggal di rumah Chanyeol. Aeris tidak ingin memberikan buah hatinya pada Chanyeol dan Valerry. Dia akan bekerja keras mengumpulkan uang untuk mengganti uang Valerry yang sudah dia gunakan untuk biaya operasi Dylan. Aeris tidak ingin kehilangan buah hatinya.

Baekhyun menatap Aeris sendu. Wanita itu sudah berhenti menangis. Namun, kesedihan terlihat jelas di matanya. Aeris sedari tadi hanya diam. Menatap kosong gundukan tanah basah yang ada di hadapan.

Baekhyun meraih jemari Aeris yang terasa dingin dan menggenggamnya lembut. "Kita pulang?"

Aeris mendongak, menatap Baekhyun yang berjongkok di sampingnya. Kenapa Baekhyun begitu perhatian padahal lelaki itu bukan siapa-siapa baginya. Sementara Chanyeol yang sangat Aeris harapkan kehadirannya justru tidak memedulikan dirinya sama sekali.

"Pulang?" tanya Baekhyun sekali lagi.

Aeris menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Ke mana dia harus pulang? Aeris tidak mempunyai rumah untuk pulang.

Tanpa Baekhyun dan Aeris sadari, Sehun terus memperhatikan keduanya dari jauh. Lelaki itu seolah bisa merasakan kesedihan yang sedang Aeris rasakan. Bagaimanapun juga Sehu. dan Aeris bersaudara. Dia turut berduka atas kematian Dylan. Sebenarnya Sehun ingin sekali berlari menghampiri mereka, lalu memeluk Aeris dengan erat. Namun, Sehun tidak mempunyai cukup keberanian untuk melakukan hal itu. Benteng yang sudah susah payah dia bangun bisa runtuh seketika bila berhadapan dengan Aeris. Rasa itu masih ada di dalam hatinya. Mengakar dan semakin tumbuh kuat. Jika Sehun bisa mengubah takdir. Dia harap Tuhan tidak pernah melahirkannya dan Aeris sebagai saudara.

"Kamu tidak menemuinya?" Sehun melirik Devan yang berdiri di sampingnya dari balik kaca mata hitamnya. Dia menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Sampai kapan kamu akan bermain kucing-kucingan, Hun?"

Sehun mendongak. Menatap langit yang masih setia menumpahkan air dari sana. Sehun mempunyai keyakinan jika orang yang sudah meninggal pasti tinggal di langit sana. Apa Ayahnya dan Dylan bisa melihatnya dari atas sana?

Devan menepuk bahu Sehun pelan. "Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku."

"Entahlah Van, aku tidak tahu." Sehun mengedarkan pandangan ke sekitar. Aeris dan Baekhyun sudah tidak ada di pemakaman. Pergi ke mana mereka?

"Seharusnya kamu temui Aeris. Dia pasti membutuhkanmu, Hun. Kamu nggak kasihan sama dia?"

"Berhenti bicara,Van. Gara-gara kamu aku tidak tahu Aeris pergi ke mana." Sehun berdecak kesal.

"Kenapa kamu menyalahkanku?"

Sehun meninggalkan makam begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Devan.

❄❄❄

Baekhyun membaringkan Aeris dengan hati-hati di atas tempat tidur. Aeris pingsan kerena belum bisa menerima kematian Dylan. Hal itu berpengaruh buruk pada kehamilannya. Aeris stres. Baekhyun pun memberi infus karena Aeris tidak mau makan sejak kemarin.

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang