26. Khilaf

6.7K 495 115
                                    


Para pelayan sibuk menata beberapa makanan di atas meja makan. Sehun, Aeris, Agatha, dan Rafael sudah duduk manis di meja makan. Aeris menelan ludah melihat banyaknya makanan yang disajikan oleh pelayan di mansion keluarga Oh. Mulai dari menu lokal sampai western. Padahal hanya sarapan tapi pelayan sudah menyiapkan makanan sebanyak itu.

Aeris sudah tinggal di mansion keluarga Oh selama tiga hari. Namun, dia belum pernah bertemu dengan mama dan kakek Sehun karena mereka sedang berada di Korea Selatan.

"Rafael mau itu?" Rafael minta tolong Aeris untuk mengambilkan pancake yang berada di dekat wanita itu.

"Kamu mau ini?" Aeris menunjuk pancake.

Rafael mengangguk. Aeris pun segera mengambil beberapa buah pancake untuk Rafael.

"Manja," cibir Sehun. Dia cemburu karena Rafael memonopoli Aeris sejak tinggal bersama mereka. Bahkan anak itu tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk dekat dengan Aeris.

"Bilang aja Uncle iri, wle..." Rafael menjulurkan lidah ke Sehun.

"Uncle tidak iri. Uncle bisa mengambil pancake sendiri karena tidak ingin membuat Noona Cantik lelah." Sehun tersenyum penuh kemenangan melihat wajah murung Rafael. Anak itu pasti merasa bersalah karena merepotkan Aeris.

Rafael meletakkan garpu dan pisaunya. Menatap Aeris dengan rasa bersalah. "Maaf, Noona," katanya palan.

Sehun tertawa keras melihatnya. Rafael sangat lucu. "Aduh!" Sehun meringis karena Aeris memukul lengannya pelan.

"Kenapa kamu suka sekali menggoda Rafael. Lihatlah, dia jadi sedih, kan?" omel Aeris. Dia mengusap kepala Rafael dengan lembut dan mengatakan jika mengambil pancake tidak akan membuatnya lelah.

"Aku tidak menggoda Rafael, Aeris. Aku hanya ingin membuat Rafael tumbuh menjadi anak yang tidak manja."

"Tapi Rafael masih terlalu kecil, Sehun. Lagi pula pancake ini letaknya jauh darinya."

Rafael tersenyum senang karena Aeris membelanya. Sementara Agatha tersenyum lega melihat Aeris dan Sehun. Perdebatan kecil perlahan meruntuhkan kecanggungan di antara mereka. Sepertinya Aeris dan Sehun sudah bisa berdamai dengan masa lalu mereka. Bagaimana pun juga mereka tidak bisa menjadi sepasang kekasih.

"Kakek pulang." Seorang pria tua memasuki ruang makan.

"Kakek Buyut." Rafael segera turun dari kursi, berlari kecil menyambut kedatangan kakek buyutnya.

"Cucu Kakek yang paling tampan." Meskipun usianya sudah 70 tahun, pria tua itu masih cukup kuat mengangkat tubuh mungil Rafael.

"Rafael kangen sekali sama Kakek." Rafael mengecup kedua pipi kakek buyutnya bergantian.

"Kakek juga kangen Rafael," balas pria tua itu sambil menggendong Rafael menuju meja makan.

"Mr. Oh Senna?" Aeris berdiri mematung, melihat pria tua yang menggendong Rafael adalah mantan nasabahnya, Mr. Oh Senna.

Mr. Oh Senna pun tidak kalah terkejut. "Mello?"

❄❄❄


Sehun mendadak gugup saat kakeknya meminta berbicara empat mata. Mr. Oh Senna pasti ingin membicarakan hal penting. Dengan ragu Sehun mengetuk pintu kayu yang ada di hadapan. Pintu ruang kerja Mr. Oh Senna.

"Masuk," kata Mr. Oh Senna dari dalam.

Sehun menarik napas panjang sebelum masuk ke ruang kerja kakeknya. Dia melihat Mr. Oh Senna sedang duduk membelakanginya, memandang halaman belakang mansion yang banyak ditumbuhi bunga yang ditanam almarhum neneknya. Bunga mawar merah.

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang