"Rie! Rie!"
Alvarie berusaha untuk tidak mendengarnya. Tetapi, suara itu memekakkan telinganya. Tiga hari sudah ia menghindar dari laki-laki itu. Semuanya berawal dari kata-kata yang keluar darinya beberapa waktu lalu.
Alvarie, kan jadi malu.
"Rie! Rie! Rie!"
Kayaknya dia tidak berniat untuk diam.
Alvarie berulang kali menarik dan menghembuskan napasnya. Daripada nyonya besar naik ke atas dan mulai menceramahinya dari a hingga z, ia memutuskan membuka pintu apartemen dan memunculkan kepalanya saja.
"Apa?"
Alvarie berusaha sedatar mungkin.
Sementara laki-laki itu menatapnya heran. "Lo budeg ya?"
"Iya, budeg."balas Alvarie, lalu meraih pintu untuk ditutup kembali, namun ditahan oleh Alden.
"Galak amat."gumam Alden, membuat Alvarie berdecih.
"Masalah?"
Kayaknya, Alvarie datang bulan.
"Mau ngapain?"tanya Alvarie yang berusaha mempercepat pembicaraan.
"Gue nggak disuruh masuk?"
"Nggak!"seru Alvarie cepat, yang membuat Alden semakin heran dengan sikap gadis itu.
Apa dia pernah berbuat salah dengannya?
Alden menyunggingkan senyumnya, membuat Alvarie memalingkan arah pandangannya kemana saja, selain bertatapan langsung dengan laki-laki itu. Astaga, beraninya dia tersenyum begitu setelah apa yang terjadi.
"Makasih, udah bantu gue."ucap Alden yang terdengar tulus di mata Alvarie.
"Eh?"Alvarie tidak mengerti.
Alden berdehem, kemudian melanjutkan. "Berkat lo, gue udah bisa ngendaliin emosi gue sendiri di saat kegelapan menyelimuti. Belum total, sih. Tapi, gara-gara lo yang ngeyakinin gue buat berteman, gue ada tempat untuk menaruh kepercayaan. Dan gue harap, lo nggak keberatan."
Alvarie tersenyum lebar, ikut senang mendengarnya. "Syukurlah!"
Entah kenapa, hati Alden terasa hangat melihatnya. Ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ia kira, penghangat ruangan adalah yang paling hangat di dunia ini dan kasih sayang adalah yang paling dingin di alam semesta ini.
Tapi, berkat gadis yang sedang tersenyum dihadapannya itu, ia tahu kenapa kasih sayang adalah yang paling menenangkan di dunia ini.
Dan Alden rasa, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Makasih, udah jadi cinta kedua gue."lirih Alden.
Entah kenapa, Alvarie merasakan sesuatu, yang terakhir kali ia rasakan tiga tahun yang lalu.
Pahit dan manis, tercampur dalam rasa itu.
"Aya?"
Tidak berlangsung lama, kepahitan mulai menguasai dada Alvarie.
Laki-laki itu, orang yang kabur ketika ia berada di titik paling bawah, telah muncul setelah sekian lama.
****
Alden tidak tahu atmosfer apa yang sedang ia rasakan saat ini.
"Aya?"
Sudah ketiga kalinya laki-laki asing yang berada di sampingnya, memanggil Alvarie yang kedua matanya mulai berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunlight
Novela JuvenilBagi Alden, Alvarie itu seperti cahaya matahari. Ia hadir untuk menghilangkan gelapnya malam. Kehadirannya membuat semuanya terbangun dari mimpi, entah itu baik atau buruk. Alvarie membangunkannya dari mimpi-mimpi buruk yang menyakitinya setiap s...