[2] Day 15

2.8K 282 141
                                    

Sedih rasanya mengetahui bahwa aku bukanlah orang yang diinginkannya. Tapi tak apa, aku tetap disini mengagumi caramu memperlihatkan betapa perhatiannya kamu pada orang lain. -aci.
.

Dua minggu kurang sedikit. Saat itu pula aku melihat sesuatu yang harusnya tidak kulihat. Dirga pulang bersama perempuan lain yang juga tidak kukenal. Ternyata Dirga tidak sepolos yang aku kira. Aku makin penasaran dengan perempuan itu. Siapa dia? Bagaimana Dirga bisa mengetahui atau bahkan mengenal perempuan itu?

Akhirnya aku memutuskan untuk memendam rasa penasaran tentang dia dan perempuan itu. Banyak sekali pikiran yang bersarang di otakku kala itu. Apakah anak yang bisa disebut anti sosial seperti Dirga bisa mendapatkan tambatan hati orang yang dicintainya? Lalu, aku yang bisa disebut anak yang sudah mengikuti arus globalisasi ini masih takut untuk mendekatinya.

Ya, siapalah aku. Hanyalah perempuan yang terlalu takut menghadapi masalah cinta. Perempuan yang terlalu takut untuk mengambil resiko. Perempuan yang hanya bisa mengagumi dalam diamnya. Hanyalah cebol yang menginginkan bulan.

Tidak ada yang salah dari kalimat di atas tadi. Semua itu memang benar tentangku. Fakta tentangku. Dan aku tetaplah aku yang harus menghadapi semua ini dengan hati yang lapang. Sabar, hanya itu yang bisa kulakukan. Berharap pada Tuhan agar aku disatukan dengan dirinya. Pangeran bulanku.

Beberapa kali Dirga pulang lebih dulu daripada aku. Tidak seperti hari-hari pertama masuk sekolah. Kali ini Dirga seakan-akan sudah berani memperlihatkan pada semua warga sekolah kalau dia sudah memiliki dan dimiliki. Sedih rasanya mengetahui bahwa aku bukanlah orang yang diinginkannya. Tapi tak apa, aku tetap disini mengagumi caramu memperlihatkan betapa perhatiannya kamu pada orang lain.

Dua minggu lamanya, Dirga masih terlihat pulang bersama perempuan yang sama di satu motor. Jangan tanyakan mengapa aku tidak pulang lebih dulu saja daripada Dirga. Saat itu aku hanya mencoba memastikan kalau Dirga hanya ingin menolong seseorang yang ada masalah pada motornya atau hanya ingin menebengi orang yang rumahnya searah dengan rumah Dirga. Itu adalah pikiran awalku tentang mereka berdua.

Tapi pikiran itu seakan bubrah tak karuan setelah dua minggu lamanya Dirga tetap bersama perempuan itu. Iya benar-benar dua minggu. Hebat bukan? Hebat dong, itu kan Dirga. Pangeran bulanku.

Dan pada akhirnya, teman-teman kelas baruku mulai membicarakannya. Berturut-turut hingga tiga hari penuh. Tiga hari terakhir diantara dua minggu kejadian Dirga menebengi perempuan lain. Aku mencoba mendengarkan dengan penuh konsentrasi. Tapi tetap saja tidak bisa, pikiranku terlalu takut untuk mendengar status dari perempuan itu di mata Dirga.

Bahkan saat di rumah, aku pernah menyangka kalau perempuan itu hanyalah kakak kandung perempuan dari Dirga yang juga bersekolah di sekolah menengah atas yang sama denganku. Tapi lagi-lagi sangkaanku salah. Salah besar.

Hari pertama yang dibahas teman-temanku adalah pertanyaan pokok yang selama dua minggu ini bersarang pada otakku. Siapakah dia yang dua minggu ini selalu pulang bersama Dirga?

Beruntungnya ada teman SMP Dirga di antara teman-teman baruku ini. Namanya Nia. Awalnya tidak ada yang sadar kalau Nia adalah salah satu teman SMP Dirga, padahal di hari pertama juga sudah diadakan perkenalan bagi setiap siswa baru di kelas itu.

Untuk pertanyaan pertama, Nia hanya menjawabnya dengan singkat, padat, dan jelas. Mantan. Spontan, teman kelasku yang menanyakan tadi langsung dibuat menganga oleh jawaban satu kata itu. Dari situ pula aku sedikit lega namun tetap banyak ketakutan. Lega karena dia hanyalah mantan Dirga yang otomatis sudah tidak seberapa 'diperlukan' lagi. Takut karena bisa jadi Dirga masih menyimpan rasa pada sang mantan lalu mereka kembali merajut kasih dan membiarkanku menonton drama yang mereka mainkan.

363 days of you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang