[17] Day 253

687 79 14
                                    

Tidak selamanya berjuang sendirian itu mengenaskan, hanya perlu bersabar dan kebahagiaan itu akan datang di saat yang tepat. –aci.

.

Dua bulan telah berlalu, Reia ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan. Dia bahkan tidak menunjukkan pergerakan sekecil apapun terhadap Dirga. Entah dia memang tidak tertarik dengan Dirga atau dia masih mengingat laranganku itu.

Yang aku tahu, Reia sudah mengetahui kalau Dirga bukanlah pacarku. Hal itu terjadi ketika dia merasa ada yang aneh saat melihat Dirga kalau aku sedang lewat di hadapan Dirga. Katanya seperti orang yang saling membenci. Hmm, mungkin yang membenci hanyalah Dirga saja.

Reia juga menanyakan mengapa aku sampai berbohong seperti itu. Dengan santai aku menjawab kalau aku mengatakan yang sejujurnya, yang ada nanti Reia akan sengaja mendekati Dirga karena telah mengetahui kalau aku menyukai Dirga. Tidak salah kan kalau terlalu curiga dengan orang baru. Lalu Reia menjawab, kalau dia tidak suka menikung karena sudah tertikung.

Omong-omong tentang tikung-menikung, aku akan menceritakan sedikit kelucuan yang dikeluarkan oleh Reia di sini. Reia yang ku kenal sebagai anak kalem itu ternyata bisa mengeluarkan kata-kata yang jarang aku dengar sejauh ini. Mungkin ada, tapi beda logat.

Pada saat itu, Reia sedang bercengkrama dengan aku, Rani, Laili, Tita, dan Riris. Disana kami awalnya menanyakan apakah Reia punya pacar. Lalu, Reia seperti orang kesetanan mengatakan kalau mantan itu bang***t, ba***gan, dan lainnya. Kami yang sontak kaget akhirnya menanyakan baik-baik apa yang terjadi dengan Reia.

Katanya, dia dan mantan pacarnya putus karena tidak mau LDR—Long Distance Relationship—tapi sebelum dia pindah ke sekolahku, pacarnya itu ternyata sudah menjalin hubungan dengan sahabat Reia tanpa sepengetahuan Reia. Dan Reia baru tahu waktu mau pindah sekolah ke sini, padahal kata temen-temen Reia, pacarnya itu udah selingkuh sekitar satu bulanan. Katanya sih itu sahabat yang dijadiin Reia buat tempat curhat tentang mantannya sih. Jadi ya hati-hati ya sama sahabat yang semacam itu. Hehehe.

Mungkin kalian tidak menemukan dimana letak kelucuannya di sini. Tapi, kalau kalian melihat ekspresi Reia saat mengatakan hal itu, kalian akan tahu dimana letak kelucuannya. Tenang, aku ceritain kisah cinta Reia di sini pastinya udah bilang dulu kok sama Reia. Jadi aku gak asal taruh cerita aja di sini.

Oke, di hari ke dua ratus lima puluh tiga ini sekolahku mengadakan kunjungan penelitian ke Semarang. Di Semarang, kami melakukan kunjungan ke museum Palagan Ambarawa, kemudian ke pabrik salah satu produk yogurt yang terkenal, lalu yang terakhir adalah Rawa Pening.

Di tiga tempat itu, kami tidak hanya bersenang-senang menikmati pemandangan yang ada. Kami diharuskan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh masing-masing guru pengampu. Seperti mata pelajaran geografi, ekonomi, sejarah, PKN, dan bahasa Inggris. Memang tidak semua mata pelajaran mengeluarkan soal untuk diselesaikan, karena mata pelajaran yang dikeluarkan hanyalah mata pelajaran yang berkaitan dengan tempat yang akan dikunjungi.

Dan lagi-lagi, aku dipertemukan Tuhan dengan Dirga pada kesempatan yang emas ini. Kelas Dirga berada dalam satu bis yang sama dengan kelasku. Memang masing-masing bis diisi dua kelas dan ternyata pembagian bis ini menjadi keberuntungan bagiku.

Aku duduk—lagi-lagi—bersama Rani di barisan kedua dari belakang. Tentunya dekat dengan siswa laki-laki. Hal itu sudah disiasati Rani agar aku bisa mabuk kesenangan karena berada di dekat Dirga. Uhh, Rani memang sahabat yang baik untukku.

Rani juga mengajakku untuk duduk di tempat yang berlawanan dengan tempat duduk Dirga. Maksudnya, aku berada di sebelah kanan dan Dirga berada di sebelah kiri bagian kursi bis yang panjang atau yang biasanya berisi lima itu. Ya, bisa ditebak kalau aku akan melakukan proses curi-curi pandang ke arah Dirga.

363 days of you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang