Sudah tidak ada lagi kesempatan bagiku untuk mengejarnya. Istilahnya, aku seperti diberi kartu merah dalam pertandingan sepak bola yang mengharuskanku untuk keluar dari pertandingan. -aci.
.Hari ke tiga ratus tiga puluh tiga. Wahh, banyak angka tiganya. Sepuluh hari setelah Dirga melakukan aksi block pada akun Facebook-ku. Aku pun masih mencari apa hal yang bisa membuatku melupakan Dirga.
Namun aku mulai tertarik dengan dunia Korean Pop atau yang biasa disingkat K-Pop. Ya, tentunya aku menyukai hal itu karena tertular oleh teman-teman sekelasku.
Hmm, di hari ke tiga ratus tiga puluh tiga ini, aku mulai membuat puisi lagi. Judul part ini Interludio, yang diambil dari bahasa Italia yang artinya selingan. Jadi aku memang sengaja menuliskan kata selingan dalam bahasa yang berbeda-beda. Entah apa alasannya, aku suka saja sih.
Kalian pasti sudah menebak apa yang menjadi inspirasiku untuk menuliskan puisi ini. Ya, inspirasiku kali ini adalah kejadian penge-block-an yang dilakukan Dirga pada sepuluh hari yang lalu. Sepertinya tidak hanya akun Facebook-ku yang di block, tapi hatiku juga sudah lama diblock oleh Dirga.
Aku sadar, tapi aku masih ingin mencoba hingga akhirnya aku mulai lelah. Hehehe. Jangan salahkan mengapa aku begini, mungkin dari kalian ada yang lebih hebat dariku, yang bisa menghadapi seseorang seperti Dirga.
Dannn... Inilah puisiku yang berjudul....
D
Dengan ini, aku akan menuliskan sebuah puisi tentang dia.
Dia adalah manusia yang penuh teka-teki.
Dia yang merangkap sebagai pangeran bulan.
Dia yang mengajarkanku bagaimana mencintai tanpa harus memiliki.
Dia yang bisa merubah suasana hatiku.
Dari yang mulanya senang, lalu berganti runyam.
Dan membuat otakku kembali berpikir,
Dustakah aku menghentikan semua ini?
Dosakah aku jikalau meneruskannya?
Dunia serasa tidak adil padaku,
Demikian pula pada perasaanku,
Dan, apakah aku masih bisa mengelak?
Demi apapun, sepertinya tidak.
Duka pada hati ini, semoga cepat membaik.
Dedikasimu pada hatiku cukuplah berarti.
Dirga, terimakasih telah memberi warna pada hidupku.Lengkap sudah aku mencurahkan isi hatiku saat ini. Jujur, membuat puisi yang berawalan satu huruf yang sama itu sangat susah. Tapi aku ingin, hingga akhirnya terciptalah puisi itu. Puisi yang tidak mempedulikan bagaimana tanggapan orang lain tentangnya. Karena harusnya mereka tahu, bahwa aku bukanlah pujangga yang ahli.
Aku masih dalam proses berhenti untuk mendekati Dirga. Ya, mungkin kalian sudah menebak bagaimana aku akhirnya menanggapi Dirga yang seperti itu. Aku benar-benar lelah, terlebih saat aku merasa dihina oleh Dirga.
Kata 'hina' yang kemarin mungkin belum tega untuk ku sebutkan, kali ini ku sebutkan dengan jelas. Aku dihina. Aku sangat merasa. Sampai-sampai Dirga menyuruh orang lain untuk memikirkan tentangku. Sungguh mulia sekali bukan? Memikirkan orang yang AGRESIF.
Sebenarnya tidak ada dalam pikiranku sekalipun tentang kata 'AGRESIF', namun kalau di matanya aku memang terlampau batas sampai menuju kata 'AGRESIF', aku bisa apa? Sudah tidak ada lagi kesempatan bagiku untuk mengejarnya. Istilahnya, aku seperti diberi kartu merah dalam pertandingan sepak bola yang mengharuskanku untuk keluar dari pertandingan. AKU BENAR-BENAR DI SURUH DIRGA UNTUK KELUAR DARI KEHIDUPANNYA. Hahahaha. Sedih? Lumayan. Frustasi? Sedikit. Kecewa? Hahaha, apa yang harus dikecewakan ketika diriku sendiri terlihat mengecewakan.
Kadang aku berpikir, untuk apa usahaku selama ini kalau tidak pernah di hargai seperti ini? Untuk apa semua perlakuanku kalau aku dianggap tidak jelas? Lalu, untuk apa langkahku selama ini kalau aku dicap sebagai 'perempuan AGRESIF'?
Tidak, aku tidak akan mengatakan semua usahaku, semua perlakuanku, dan semua langkah yang kulakukan untuk Dirga itu sia-sia. Tidak akan. Aku bahkan ingin berterima kasih pada Dirga yang telah mengajarkanku bagaimana rasanya mencintai tanpa harus memiliki, berterima kasih karena sudah menyadarkanku bahwa aku ini adalah manusia yang tidak jelas, dan pastinya berterima kasih karena sudah menyadarkanku kalau perbuatanku terlalu AGRESIF untuk kadar perempuan.
Terima kasih Dirga, telah hadir dalam hidupku dan menjadikan hari-hariku lebih indah. Semoga kamu tidak akan berubah. Aku suka kamu yang sekarang. Jangan pernah berubah ya, Dirga. Terima kasih telah menjadi secuwil kisah manisku di masa SMA.
Terima kasih. Darimu aku bisa belajar banyak hal. Aku bangga padamu, Dirga. Semoga kamu tetap dalam lindungan Tuhan. Semoga kamu tidak merasakan bagaimana kecewanya diriku terhadap orang yang aku suka. Semoga, kamu bisa selalu menjadi kenangan terindahku. Amin.
♤♤♤
😊😊😊😊
Jangan lupa vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
363 days of you [✔]
Teen Fiction[Longlist Wattys 2018] Ini bukanlah cerita cowok cuek tingkat kubik bertemu dengan cewek periang lalu si cowok meleleh dan akhirnya mereka bersama. Bukan. Cerita ini jauh dari bayangan itu. Sangat jauh. Jadi, kalau kalian menginginkan cerita yang c...