Dia mungkin sama sepertiku yang terlalu takut. Kalau aku, yang kutakutkan adalah dia yang semakin menjauh padahal belum sempat mendekat. Kalau Dirga, yang dia takutkan mungkin si cebol ini yang terlalu mengejarnya dan mengusik hidupnya. -aci.
.Hai, ketemu lagi deh kita di hari ke tiga ratus tiga. Gila. Gak kerasa ya udah sepuluh bulan aja aku berusaha deketin Dirga.
Kalian masih inget gak sama puisiku yang berjudul Teruntuk Kamu di part yang judulnya ada tulisan Intermezzo-nya? Semoga kalian inget ya...
Kalau kalian lupa dan malas buat baca lagi di part yang sebelumnya, ya udah gak papa, nanti bakal aku tulis ulang di sini dari awal dan jadi puisi yang berujung dengan titik bukan koma.
Ya, di sini aku mau lanjutin puisi aku. Tulisan 'Abenklung' itu bukan aku mau nyeritain angklung ya (oke ini mungkin receh). Itu bahasa Jerman dari kata 'selingan'. Kalau salah penempatan, tolong aku dikasih tau yang benar gimana ya. Makasih.
Jadi, begini lanjutan puisiku. Nanti setelah aku menyelesaikan puisiku, akan ku ceritakan mengapa aku bisa melanjutkan puisi itu. Oke?
Teruntuk Kamu.
Hai kamu :)
Apa kamu sadar,
Bahwa ada seseorang yang selalu memperhatikanmu?
Selalu memperjuangkanmu?
Selalu berusaha untukmu?
Dan apa kamu tahu?
Dia akan bertahan dengan penantian yang tak pasti.
Namun, akan ada saatnya,
Hati akan mempertimbangkan.
Apakah kamu pantas untuk diperjuangkan,
dengan sifatmu yang terlalu mengacuhkannya,Waktu itu aku hanya menuliskan sampai di kata itu. Namun, sekarang aku sudah bisa melengkapinya sampai bertemu dengan titik di akhir kalimat.
Terlalu cuek,
Terlalu masa bodo?
Lalu, apakah kamu tahu siapa orang itu? Orang itu adalah aku :)
Namun, tak apa
Tetaplah dengan sifatmu yang seperti itu,
Karena aku tahu, cinta tak bisa dipaksakan
Mungkin karena hanya saja,
Aku terlalu berharap lebih kepadamu?
Tetapi aku ingin berterimakasih.
Sekarang,
Aku tahu,
Indahnya mencintai,
Tanpa harus memiliki. :)Ya, itulah sepenggal puisi lanjutanku. Berakhir dengan tanda titik sekaligus guratan senyum. Kadang aku merasa perlu membuat puisi saat hatiku gundah. Apa seorang Chairil Anwar juga perlu merasakan gundah untuk membuat puisi yang menggetarkan hati itu?
Oke, akan ku ceritakan bagaimana aku bisa melanjutkan puisi itu.
Setelah aku pulang dari kemah kala itu, aku terlalu sering mengingat kata demi kata yang diucapkan oleh Rani.
Tentang aku yang terlalu memikirkan kehidupan Dirga, aku yang terlalu mementingkan urusan orang lain, dan aku yang tidak bisa berlaku egois pada siapapun.
Mungkin Rani benar, ada kalanya aku harus membiarkan kehidupan Dirga berjalan dengan lancar tanpa gangguan dari orang yang tidak jelas sepertiku ini.
Mungkin Rani benar, aku terlalu mementingkan urusan orang lain yang berkenaan dengan Dirga. Mereka jadi tidak memiliki privasi sama sekali. Aku yang terlalu dibawa penasaran ini mungkin bisa menganggu ketenangan mereka.
Dan mungkin Rani benar, kalau aku harus egois dengan tetap memperhatikan batas wajar. Egois. Ya, menurutku itu adalah salah satu kata yang asing. Aku jarang melakukan itu, karena aku tahu bagaimana rasanya diegois-in oleh seseorang.
Dari situ aku mulai berpikir kalau Dirga ternyata sedang melakukan taktik egois itu. Tapi untuk apa. Dia tidak terlihat sepertiku yang sedang mengejar seseorang. Dia mungkin sama sepertiku yang terlalu takut. Kalau aku, yang kutakutkan adalah dia yang semakin menjauh padahal belum sempat mendekat. Kalau Dirga, yang dia takutkan mungkin si cebol ini yang terlalu mengejarnya dan mengusik hidupnya. Mungkin.
Mungkin juga Dirga memang ditakdirkan untuk mengajarkanku bagaimana rasanya mencintai tanpa harus memiliki. Memang indah, tapi terkadang juga menyakitkan.
Ah sudahlah, apapun yang terjadi kedepannya aku hanya bisa pasrah pada Tuhan. Biarkan Tuhan yang mengatur dengan baik sehingga menciptakan ketenangan hatiku yang sedemikian rupa.
Aku percaya kalau takdir Tuhan itu lebih indah. Bukannya dulu aku tak percaya, tapi dulu aku masih ingin mencoba berusaha untuk mendekatinya. Namun, aku tetap tidak akan mengatakan semua ini sia-sia.
Karena semua usaha itu tidak ada yang sia-sia, tinggal bagaimana kita yang menanggapinya. Menanggapi dengan hati yang bahagia, atau menanggapi dengan keresahan hati yang tak berujung. Itu semua tergantung pada diri masing-masing.
Semangat untukku, semangat untuk hatiku, dan semangat untuk perasaanku.
Kalau aku penat, mungkin hati dan perasaanku masih kuat.
Kalau hatiku rapuh, mungkin perasaanku masih tangguh.
Kalau perasaanku lelah, lalu siapa yang masih kuat dan tangguh menghadapi semua ini?
♤♤♤
Yeay sudah triple update!!!! Mungkin bakal update lagi minggu depan. Hehehe.
Pesanku tetep sama. Jangan lupa vote sama comment yaaa. Biar Aci senang!!!!
![](https://img.wattpad.com/cover/143084343-288-k155458.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
363 days of you [✔]
Teen Fiction[Longlist Wattys 2018] Ini bukanlah cerita cowok cuek tingkat kubik bertemu dengan cewek periang lalu si cowok meleleh dan akhirnya mereka bersama. Bukan. Cerita ini jauh dari bayangan itu. Sangat jauh. Jadi, kalau kalian menginginkan cerita yang c...