Tuhan ingin menguji kita secara tidak langsung, melalui hamba-hamba yang telah ditentukan-Nya. Seperti aku dan Dirga. –aci.
.Tiga hari telah berlalu dari aksiku yang meminta nomor ponsel Dirga ke Fia. Selama tiga hari pula, aku belum melakukan tindakan pengiriman SMS untuk Dirga. Padahal aku sudah bertanya kepada banyak temanku perihal kata-kata apa yang harus aku kirimkan melalui SMS untuk Dirga.
Jawaban mereka juga bermacam-macam, tapi entah mengapa aku tidak bisa menentukan kapan aku mengiriminya SMS. Oh Tuhan, kalau aku ini terlalu takut untuk mencoba hal kecil, lalu bagaimana saat Engkau memberiku ujian dengan hal yang besar?
Aku ingin sekali mencoba sesuatu yang menurut orang lain itu termasuk biasa saja, tapi rasa takut ini kembali menyerangku secara tiba-tiba. Dan pendirianku selalu kalah saat bertarung dengan pasukan ketakutanku.
Kalau saja aku diberi sifat keberanian dalam hal apapun, aku pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Tapi sayangnya, Tuhan tidak memberikanku sifat seperti itu. Rasanya, aku seperti disuruh Tuhan untuk mencari cara agar aku dapat menemukan keberanianku sendiri.
Selama tiga hari itu aku hanya memandangi nomor ponsel dua belas digit yang tidak akan berbuat apa-apa. Dia diam saja, tapi kenapa jantungku selalu berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya saat aku memandanginya?
Apa ada yang salah dari organ tubuhku?
Apa dia memiliki kekuatan untuk merusak organ tubuhku?
Siapa dia yang berani-beraninya mencoba untuk mendebarkan jantungku dua kali lebih cepat?
Dia adalah pangeran bulan yang tenang dalam dunianya, kemudian masuklah si cebol yang ingin menggapainya. Tapi pangeran bulan tetap tenang, karena dia tahu bahwa si cebol tidak mungkin bisa menggapai dirinya. Akhirnya pangeran bulan mengabaikan si cebol dan kembali mencari putri bulannya. Ohh, sungguh dongeng yang indah bukan? Tapi sayangnya diriku hanyalah si cebol yang diabaikan.
Keesokan harinya, aku mendapat kabar yang kurasa pas di hatiku. Semua temanku membicarakannya, aku bahkan merasa menjadi orang yang tidak terlalu up-to-date. Umm, mungkin itu karena aku terlalu asyik membayangkan dongeng pangeran bulan dan si cebol.
Awalnya aku hanya mendengar perbincangan tentang wakil kepala sekolah yang selalu dibicarakan oleh teman kelasku, untuk hal itu aku masih terlalu bodo amat dengan apa yang mereka bicarakan. Tapi beberapa dialog kemudian, aku mendengar sesuatu yang membuatku membelalakkan kedua mataku. Untung saja tidak ada yang menyadari hal itu, padahal waktu itu kami sedang duduk melingkar.
“Si Dirga katanya mau ikut lomba debat, bener gak sih?”
“Iya.” Kali ini, Nia kembali bicara. Sepertinya semua hal tentang Dirga bisa ditanyakan pada dirinya. Aku tidak heran, karena memang Nia dan Gita adalah sahabat sejak SMP, jadi ya sudah kan, pas.
“Kapan, Ni?” tanyaku singkat.
“Katanya sih lima hari lagi. Tapi gak tau lagi itu diundur atau gak sama panitianya.” Jawab Nia sambil mengangkat kedua bahunya.
Percakapan tentang Dirga masih berlanjut. Ternyata Dirga tidak hanya bermodal tampang yang tampan, tapi dia juga bisa mengandalkan otaknya. Ya, tidak heran sih kalau banyak perempuan yang antri pada dirinya. Termasuk aku.
Aku kembali berpikir, apa yang harus ku lakukan setelah mengetahui Dirga akan mengikuti lomba debat? Apa aku tetap diam saja di sini? Lalu setelah Dirga menang aku akan memberinya selamat. Oh tidaaaak, aku juga tidak boleh sama pasifnya seperti Dirga. Aku dan Dirga harus saling melengkapi. Dirga pasif, aku aktif. Ya, harus seperti itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/143084343-288-k155458.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
363 days of you [✔]
Fiksi Remaja[Longlist Wattys 2018] Ini bukanlah cerita cowok cuek tingkat kubik bertemu dengan cewek periang lalu si cowok meleleh dan akhirnya mereka bersama. Bukan. Cerita ini jauh dari bayangan itu. Sangat jauh. Jadi, kalau kalian menginginkan cerita yang c...