[6] Day 41

1K 167 58
                                    

Kamu akan lelah dan bosan kalau hanya duduk diam atau diam berdiri saja, tapi kalau kamu mencoba untuk bergerak sedikit dan memandangi sekitar, kamu tidak akan menemukan kata lelah dan bosan. Yang ada hanyalah kata asyik dan menyenangkan. -aci.
.

Setelah aku menerima balasan dari Dirga, aku tidak langsung memberi tahu siapa aku. Kata temanku biarkan dulu selama beberapa hari seperti dia yang lama membalas SMS-ku. Anehnya, aku ya nurut-nurut saja diperintah seperti itu.

Tapi ternyata aku tidak tahan, besoknya aku membalas pesan itu dengan menyebutkan namaku. Dan sampai saat ini dia juga tak kunjung membalas pesanku.

Hari ini, di hari ke empat puluh satu sampai dua belas hari ke depan ada suatu kejadian yang membuatku kembali berpikir bahwa masih ada kesempatan untuk mengejar Dirga. Bukan hanya aku yang merasakannya, tapi Andin dan Rani juga merasakannya.

Di hari pertama atau hari ke empat puluh satu bertepatan dengan hari Senin yang pastinya akan diadakan upacara. Tapi takdir berkata lain, saat aku memarkirkan kuda besiku, rintik hujan mulai turun secara perlahan dan berangsur-angsur menderas. Hingga terdengar pengumuman bahwa hari ini tidak diadakan upacara karena cuaca yang tidak mendukung.

Aku bersyukur karena tidak ada upacara, tapi di salah satu sisi aku juga kesal karena tidak bisa memandangi Dirga saat upacara. Barisan laki-laki di sekolahku berada di belakang perempuan, tapi aku adalah salah satu anggota paduan suara di sekolahku yang berhadapan dengan siswa siswi yang baris menghadap bendera. Jadi aku dengan mudah memperhatikan Dirga yang bisa dibilang memiliki postur tubuh yang tinggi. Hahaha, jangan tiru perbuatanku ya, tapi kalau kalian ingin meniru ya tidak apa-apa sih.

Di hari pertama kejadian itu, diketahui oleh Andin dan Rani. Saat itu kami bertiga sedang berada di kantin. Aku sudah tidak lagi membutuhkan informasi dari Fia. Aku sudah lega walaupun akhirnya SMS-ku tidak dibalas lagi.

Saat itu, aku sedang membeli minuman dingin, jadi aku harus mengambilnya dari kulkas yang dimiliki kantin. Aku ingat kalau di sana juga ada Dirga yang sedang membayar apa yang telah dibelinya. Tapi aku tidak melihat apa yang dilihat oleh Andin dan Rani.

Kata Andin, “Tadi si Dirga liatin kamu, Ci. Tau gak?”

Dirga? Memperhatikanku? Apa tidak salah? Aku mencoba untuk menampik kata-kata dari Andin, mungkin Dirga memperhatikan orang yang ada di belakang atau di samping atau di depanku. Kan bisa saja?

Tapi, Rani malah menanggapinya dengan, “Di belakangmu itu kita berdua, Ci. Di sampingmu juga gak ada siapa-siapa, liat deh. Terus kamu sadar gak kalau depanmu itu kulkas?”

Ya, memang aku serasa tidak sadar dengan semua itu. Terlebih dengan elakkanku setelah ini. “Ya mungkin saja kan Dirga ngliatin kulkas ini, biar adem hatinya.” Aku sedang berusaha membela diri.

Setelah perdebatan antara aku, Andin, dan Rani tentang siapakah yang diperhatikan Dirga. Sampai di rumah aku langsung memikirkan kembali kejadian itu. Apa benar yang dikatakan Andin dan Rani? Tuhan, kalau memang benar Dirga memperhatikanku tadi, tolong datangkan Dirga dalam mimpiku. Setelah berdoa seperti itu, aku segera tertidur lelap.

Paginya, aku terbangun pukul lima lebih tujuh menit. Apa kalian ingin tahu apakah ada Dirga dalam mimpiku semalam? Jawabannya adalah TIDAK. Tuhan tidak mendatangkan Dirga dalam mimpiku, itu artinya doa-ku tidak terkabulkan, dan secara otomatis pula perkataan Andin dan Rani itu salah.

Tuhan, aku ingin perjuanganku ini terbalas. Tapi, kalau takdir Tuhan memang yang terbaik untukku, aku akan berusaha untuk berjuang kembali. Aku hampir lelah, tapi aku kembali teringat bagaimana susahnya perjuanganku selama ini. Aku tahu Tuhan pasti sedang memelukku dalam kelelahan ini.

363 days of you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang