[14] Day 123

717 94 16
                                    

Aku tidak menginginkan aku dan Dirga menjadi satu, bukan itu. Aku juga paham kalau perbedaan yang ada di antara kami sulit untuk disatukan. Aku hanya ingin menjadi temannya. Ya, cukup teman saja. Aku bahagia. –aci.

.

Selang dua minggu dengan kejadian status di akun Facebook milik Dirga, aku masih saja memikirkan siapakah Li dan siapa yang dimaksud 'yang mengejarku' oleh Dirga. Sebenarnya dengan caraku memikirkan segalanya tentang Dirga, aku juga mendapatkan keuntungan tersendiri. Yaitu, berat badanku semakin berkurang padahal aku sedang tidak menjalankan program diet.

Di hari ke seratus dua puluh tiga berlangsung, ada cerita yang membuatku dan Rani berkesan. Selama dua minggu itu aku dan Rani mencari cara agar bisa mendapatkan informasi siapa sajakah yang dimaksud Dirga dalam dua statusnya di akun Facebook itu.

Hal pertama yang aku dan Rani—hmm sebenarnya Rani saja sih—lakukan adalah masih menelusuri teman di Facebook Dirga. Rani sempat mengatakan barangkali status di Facebook Dirga itu adalah panggilan sayang dari Dirga untuk si perempuan, maka dari itu Rani menelusuri satu-satu teman di Facebook Dirga—yang perempuan yaa—yang kemungkinan berpotensi sebagai Li.

Tapi upaya itu pun gagal. Rani tidak menemukan siapapun teman Dirga di Facebook yang berpotensi menjadi Li. Rani pun mengatakan hal yang menurutku masih bisa dibilang logis. Untung saja otaknya sedang sehat saat itu.

"Ci, kayaknya gak mungkin deh kalau si Li itu ada di Facebook. Ya masa Dirga berani pasang status gitu di Facebook kalau ada si Li? Dirga aja di dunia nyata dinginnya kayak gitu masa iya di Facebook secair itu? Jadi kayaknya si Li itu gak punya Facebook."

Oke. Rencana pertama sudah gagal. Rani mulai merancang rencana kedua untuk mengetahui siapakah sosok Li itu. Rani memutuskan untuk menanyakan hal itu pada Fia. Awalnya Rani menyuruhku untuk menanyakan pada Fia, namun aku tidak mau dengan alasan nanti aku bisa ketahuan kalau aku yang terus-terusan bertanya tentang Dirga pada Fia. Dan akhirnya Rani lah yang maju untuk menanyakan hal itu.

Saat Rani menanyakan hal itu pada Fia, aku juga memutuskan untuk tidak bersama Rani saat itu. Aku pun mau tidak mau harus ke kantin bersama Andin untuk membelikan titipan jajan dari Rani.

Oh iya, omong-omong soal Andin, dia masih belum tahu apa yang terjadi saat persami dan apa yang ada di Facebook Dirga. Aku dan Rani sepakat untuk menyembunyikan hal itu dari Andin, entah apa maksud Rani aku juga tidak tahu.

Sekembalinya aku dan Andin dari kantin, aku masih belum melihat keberadaan Rani di kelas. Namun, selang lima belas menit kemudian akhirnya Rani datang dengan senyum sumringahnya. Kalau tebakanku benar, dia sudah mendapatkan suatu informasi itu.

"Kata Fia sih, si anu tuh asal aja nulisnya. Si anu juga belum punya gebetan kok. Kamu aman kok." Aku paham mengapa Rani menggunakan kata anu saat itu. Karena ada Andin di sini. Tapi yang membuatku kesal adalah bukan masalah apakah aku dalam posisi aman atau tidak, tapi yang aku permasalahkan adalah siapa sebenarnya Li itu? dan apa benar yang dimaksud seseorang yang mengejar Dirga adalah diriku? Hanya itu saja.

Setelah aku menjelaskan pada Rani apa yang aku inginkan, Rani akhirnya manggut-manggut paham dan mulai merencanakan rencana berikutnya. Sudahlah aku hanya menuruti saja apa kata Rani, karena di sini aku sendiri sudah hampir terjepit oleh kesalahan. Mau maju, mundur, samping kanan, atau samping kiri sepertinya aku sama saja tidak pernah benar.

"Aha aku punya ide, ci!" begitu kata Rani setelah cukup lama memikirkan rencana yang ia buat.

Saat aku bertanya apakah rencana yang akan dilakukan Rani, Rani tidak langsung menjawab dengan to the point. Rani menjawab dengan jawaban yang membuatku kesal, "Nanti aja, kamu bakal tahu kok." Dan aku hanya bisa percaya pada Rani saat itu.

363 days of you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang