[19] Day 263

637 77 12
                                    

Kalau saja jodoh langsung diberi tahu oleh Tuhan dari awal, mungkin aku tidak akan se-mengenaskan ini. -aci.
.

Tepat di satu minggu kurang satu hari dari kelakuanku menulis puisi tentang Dirga dan aku unggah di blog milikku, aku mendapat kenyataan pahit yang harus ku terima.

Rani memberi tahuku bahwa ada tiga orang lagi yang berkemungkinan besar atau sudah pasti menyukai Dirga. Tiga orang itu di antaranya dua orang kakak kelas perempuan dan satu orang teman se-angkatanku namun berbeda kelas.

Oh bukan, kata Rani kakak kelasku yang satunya lebih tepat disebut pendukung si temannya itu. Namun bagiku, mau pendukung atau bukan aku tetap saja cemburu.

Sebelum aku menceritakan seluk beluknya, aku akan mengenalkan satu persatu dari mereka semua. Hmm, ku harap kalian tidak membanding-bandingkan aku dengan mereka ya, jelas berbeda. Tidak juga sih, ada yang sama kok.

Yang pertama ada si Bina, dia kakak kelas tepat di angkatan atasku. Dia salah seorang juara favorit saat menjadi model dalam acara kartini-an di sekolahku. Bina juga memiliki ke'sama'an dengan Dirga, tidak sepertiku. Lalu, yang membuat Bina dan Dirga dekat adalah mereka menjadi satu tim dalam perlombaan debat yang akan diadakan beberapa bulan lagi. Hm, kurasa kalian sudah menemukan dimana titik perbedaan yang sudah sangat jelas itu.

Kemudian yang kedua ada si Alen. Dia juga seorang kakak kelas yang berada di atas angkatanku. Dia satu kelas dengan Bina dan kemana-mana selalu bersama Bina. Maka dari itu aku menyebut Alen adalah pendukung dari Bina. Seperti Rani yang mendukungku mendekati Dirga. Dia sama cantiknya dengan Bina, hanya saja Alen terlihat lebih putih dibanding Bina.

Dan yang terakhir ada si Asti. Dia adalah teman satu angkatanku. Bahkan dulu satu SMP denganku dan hubungan pertemanan kami bisa dibilang lumayan dekat. Sebenarnya dia juga diam-diam menyukai Dirga. Tidak ada pergerakan yang berarti dari dirinya untuk Dirga. Asti tidak secantik Bina dan Alen, aku jujur. Tidak lebih cantik dari diriku juga. Namun, ada kemungkinan Dirga menjadi teman Asti karena mereka 'sama'. Ya, mereka bertiga 'sama' seperti Dirga. Dan dengan Asti lah aku pernah berperang.

Oke, mari ku jelaskan satu persatu mengapa aku terlalu sensi dengan mereka bertiga. Mungkin menurut kalian ini adalah hal yang alay, namun bagiku tidak. Karena aku belum siap mengetahui kalau pangeran bulanku telah memiliki dan dimiliki seseorang.

Seperti yang sudah ku katakan tadi kalau Dirga dan Bina dekat karena menjadi satu tim dalam debat. Selain itu yang membuatku geram adalah sebutan 'kakak kelas' yang bisa membuatnya bisa melakukan hal apa saja terhadap 'adik kelas'nya. Bukan, bukan perploncoan atau pembullyan. Tapi lebih menjurus sebagai 'penguasa yang bisa melakukan hal apapun'.

Maaf, sepertinya aku tidak perlu membubuhkan kata 'kak' disini. Karena sejatinya sebutan 'kak' bagiku adalah untuk orang-orang yang menurutku terhormat saja.

Aku sudah berkali-kali mengetahui bagaimana tindakan demi tindakan yang dilakukan oleh Bina. Mungkin kalian akan menganggap Bina adalah seorang yang centil setelah aku ceritakan hal ini. Aku akan mendukung kalian di barisan paling depan.

Pada saat itu, sebelum pulang sekolah aku melihat Dirga dan tim debatnya sedang berlatih di sebelah kelasku. Waktu itu sebenarnya aku terburu-buru karena ada acara sepulang sekolah, namun Rani menyuruhku untuk menunggunya sebentar saja karena dia ingin ke toilet. Hmm.

Aku tidak akan menyalahkan Rani karena aku telat dalam acara itu. Aku akan berterima kasih pada Rani yang telah membuatku menunggu dirinya. Sebab, aku jadi tahu bagaimana perlakuan Bina pada Dirga yang notabenenya adalah adik kelas yang dia sukai.

Saat itu, Dirga rupanya ingin menuju ke kantin untuk membeli camilan yang digunakan untuk selingan latihan debat. Namun, setelah lima langkah keluar kelas, langkah Dirga terhenti karena panggilan dari Bina yang menurutku centil.

363 days of you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang