9 - Putri

66 6 0
                                    

Dan aku tau, penyebab dari kegusaranku ialah kamu. Aku merindukanmu.

:)

Minggu merupakan hari terbaik diantara hari-hari lainnya. Dimana semua aktifitas manusia diliburkan.

Putri sejak tadi sudah bangun dari tidurnya. Ia juga telah membersihkan rumahnya. Dari menyapu, mengepel, mencuci hingga menyiram tanaman.

Ia kini sudah memakai dress hitam sampai selutut. Jadwalnya kini ia ingin mengunjungi makam Papanya.

*****

Pangeran sedang mengerjakan proposal di ruang osis. Meskipun hari ini hari minggu, anak osis tetap menyibukkan dirinya di sekolah untuk event mereka yang selanjutnya. Apresiasi Seni.

Apresiasi Seni semacam event untuk mengapresiasi kepada seorang yang memiliki jiwa seni. Jadi kegiatannya akan dilakukan adu bakat seni, baik itu drama, nyanyi, dll.

Pangeran keluar dari ruang osis bermaksud untuk menuju toilet. Namun hp nya bergetar dan menampilkan notif alarm pengingat di hp tersebut.

Ulang tahun Papa Putri.

Pangeran kesal karena melupakan hari penting ini. Putri pasti sedang menunggunya. Ketika hubungan mereka baik-baik saja pada masa lalu, Pangeran akan selalu menemani Putri untuk ke makam Papanya itu. Tapi tidak untuk sekarang, Pangeran hanya memasukkan kembali hp nya dan menuju kembali ke arah toilet.

Pangeran sudah terlalu cuek terhadap kehidupan Putri.

Di lain tempat, ada Putri yang sedang membersihkan sekitar kuburan papanya itu. Lalu menyiramnya dan menaburkannya bunga. Setelah itu membacakan doa untuk almarhum papanya.

" Pa, Putri datang pa " ujar Putri, sambil memegang batu nisan papanya itu.

" Pa, kali ini Putri datang sendirian. Putri jahat yah pa, tidak ngajak Pangeran kesini. Putri minta maaf pa " satu tetes air mata berhasil lolos jatuh ke pipi Putri.

" Pa, Putri sudah tidak sama lagi dengan Pangeran. Putri benar-benar kesepian. Kenapa..kenapa Papa cepat sekali ninggalin Putri. Putri.. Putri benar-benar kesepian pa " isak tangis Putri semakin kencang. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Putri benar-benar kesepian.

Putri rindu papanya. Putri rindu mamanya. Putri rindu saudaranya. Putri rindu keluarganya. Putri rindu Pangeran. Putri benar-benar rindu.

Putri memang bodoh, merindukan mereka yang jelas jelas tidak akan merindukan dirinya.

Putri hanya kesepian. Itu saja.

Setelah menangis di depan kuburan papanya, Putri bangkit untuk pulang. Hatinya benar benar kosong.

Dan disaat Putri pulang, seseorang melangkahkan kakinya menuju kuburan itu. Ia menaruh sepaket bunga di depan batu nisan papa Putri. Lalu, membacakan doa, setelah itu ia mengucapkan

" Om, Satria pulang "

***

Suasana hari ini benar benar sangat membuat Putri badmood. Pasalnya pagi tadi ia sudah bertemu dengan Pangeran yang bersama dengan nenek lampir itu. Ketika pelajaran dimulai, tiba-tiba ibu Nur-guru mapel Fisika langsung memberikan ulangan mendadak. Dan siang tadi adalah puncaknya. Ketika Putri makan di kantin bersama teman-teman kelasnya, Si nenek lampir datang menghadang ke meja Putri dan mengumumkan bahwa dirinya telah resmi pacaran dengan Pangeran.

Putri hanya bisa memendam tangisnya sejak tadi. Ia tidak hanya ingin terlihat rapu di depan banyak orang.

Kalau itu kemauan Pangeran untuk benar-benar melupakan Putri, ia bisa apa. Padahal jelas-jelas hubungannya sama Pangeran waktu itu hanya break, tidak putus.

Pangeran benar-benar membuatnya sakit hati dengan apa yang ia perbuat.

***

Putri duduk di salah satu bangku di depan gerbang sekolahnya. Ia menunggu jemputan grabnya.

Ia mengotak-atik hpnya tidak jelas sampai ia tidak tau bahwa sejak tadi ada seseorang yang duduk di sampingnya.

" Hei " ucap cowok itu. Ia juga memakai seragam yang sama dengan Putri.

Putri mendongak dan mengerutkan keningnya.

" Masih kenal gue nggak? " tanya cowok itu dengan senyum khasnya. Sangat manis bro...

Bagaimana Putri bisa lupa dengan sosok di sampingnya ini.

" Kalau lo lupa, gue akan perkenalkan diri gue. Nama gue Ksatria Amungsawan. Panggil aja Satria. Satria yang mantan terindahnya Putri sejak 2 tahun lalu " ujar Satria menatap Putri. Putri membalas tatapan itu. Lalu berpaling.

" Lo nggak mau nanya gue nih? " tanya Satria. Putri diam. Tidak menggubris.

" Gue pindah lagi kesini sejak seminggu lalu. Gue juga satu sekolahan sama lo. Gue tinggal satu kompleks sama lo. Gue di Jepang baik-baik saja. Tapi disana tidak menyenangkan seperti di Jakarta. Disana tidak ada lo. Membosankan. " tutur Satria mengungkapkan semuanya.

Putri mendadak mengeluarkan air matanya. Memang, Satria yang memutuskan hubungan mereka 2 tahun yang lalu, dengan alasan ingin pindah ke Jepang. Satria lah yang membuat Putri menjadi cewek yang agresif. Cewek yang suka mengumbar-umbarkan kondisinya. Karena sejak Satria pergi, satu per satu orang yang ia sayangi ikut pergi. Semacam kutukan buat Putri.

" Gue rindu cewek gue " ucap Satria dengan suara lembutnya. Suara yang membuat Putri benar-benar jatuh hati padanya

" Btw, lo pulang sama siapa Poty? " tanya Satria. Poty nama kesayangan yang diberikan oleh Satria ketika mereka masih berpacaran.

" Satria jangan manggil gue dengan sebutan itu. Gue jijik tau! " ketus Putri sambil mencubit lengan Satria yang membuat cowok itu meringis kesakitan.

" Lo tuh kebiasaan yah main cubit aja " tutur Satria.

" Bodo "

" Hahah lo lucu deh. Eh btw lo pulang naik apa Putriku? " tanya Satria kembali.

" Bukan urusan lo jelek " ketus Putri kembali. Membuat Satria benar-benar terbahak-bahak.

" Jelek bagaimana rupa gue? Jelek begini, dulu lo juga suka kan? " goda Satria.

" Satria, dasar cowok tidak tau untung, tidak tau malu, menyebalkan. Huuh " kesal Putri lalu berlari menuju mobil pesanannya itu.

Satria senyum. Sangat tulus.

" Putri, besok gue yang akan jadi ojek lo nih. Gratis kok " teriak Satria yang membuat siswa/siswi disekitarnya menatapnya.

"Untung gue gagah" cengir Satria.

Ketika semua orang kini menatapnya dengan tatapan aneh.

***

Hallo guys!!! Maafin aku yang sempat hiatus ini...banyak masalah dan lagi sibuk2nya nih.....

Gimana dengan part ini?jangan lupa tinggalkan jejak...

Jangan lupa follow of author @rstadse

LIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang