Hembusan angin itu menerbangkan beberapa helaian rambutnya. Namun itu tak membuatnya beranjak. Terus duduk pada rerumputan itu sembari menggoreskan pensilnya pada sebuah kertas di pangkuannya.
Hingga ia terkesiap ketika penglihatannya tiba-tiba berubah menjadi gelap. Tidak. Dia tidak buta. Hanya saja, ada seseorang yang kini telah menutup kedua matanya. Dengan kedua telapak tangan milik seseorang itu yang sudah terkikik geli saat ini.
"Tebak. Siapa ini?"
Pria itu hanya tersenyum tipis. Meletakkan perlahan pensil yang ia genggam sebelumnya.
"Aku tak tahu."
"Ck, apa kau tak tahu? Kau benar-benar sangat bodoh."
Lalu kedua telapak tangan itu tak lagi menutupi kedua mata sang pria. Membuatnya berbalik dan menemukan raut wajah kesal dari seorang gadis yang masih berdiri di balik tubuhnya.
"Hey, jangan pasang wajah itu."
"Itu karena kau bodoh."
"Ya, baiklah. Aku memang bodoh. Sekarang, kemarilah." Ucapnya. Menepuk ruang kosong di sampingnya.
Sejenak, gadis itu hanya diam. Namun akhirnya memilih untuk menuruti permintaan sang pria. Kini telah duduk di samping pria itu yang kembali mengambil pensilnya.
"Kau menggambar apa?"
Kekesalan gadis itu mungkin telah hilang. Begitu pikir sang pria. Membuatnya tersenyum hanya karena memikirkan hal itu.
"Kenapa kau malah tersenyum? Aku bertanya padamu, bodoh."
"Lalu, apa kau tak lihat juga aku menggambar apa?"
"Ck, jika aku tahu, aku tak akan mungkin bertanya padamu. Dan juga, kenapa kau sangat menyebalkan hari ini?"
Raut wajah kesal gadis itu kembali. Kali ini mengalihkan pandangannya dari sang pria dengan melipat kedua tangannya di dada.
Dia benar-benar kesal ternyata.
Sedangkan sang pria hanya melirik sekilas ke arah sang gadis, sebelum akhirnya melanjutkan kembali pekerjaannya.
Tak ada yang berbicara di antara keduanya selama menit berikutnya. Tak tahu jika sang gadis diam-diam melirik ke arah gambar milik sang pria.
Terkesima. Itulah yang selalu gadis itu rasakan setiap ia melihat bagaimana hasil kerja tangan dari pria di sampingnya saat ini. Hingga suatu ide terlintas begitu saja di benaknya.
"Jungkook..."
"Hmm?"
"Bisa kau gambar diriku?"
Pria bernama Jungkook itu menaikkan satu alisnya. Mengalihkan pandangannya pada gadis di sampingnya.
"Kenapa tiba-tiba?"
Gadis itu hanya mengendikkan bahunya.
"Hanya ingin saja. Lagipula, aku merasa jika setiap hasil karyamu benar-benar sangat indah. Kenapa? Kau tak bisa menggambar diriku?"
Jungkook hanya tersenyum sebagai tanggapannya.
"Kau tersenyum lagi. Jangan tersenyum. Senyumanmu itu memiliki banyak arti. Jadi, bisa tidak?"
Jungkook hanya menggelengkan kepalanya. Mengalihkan pandangannya dari sang gadis.
"Tidak bisa."
Kedua mata bulat itu semakin membulat ketika mendengar ucapan Jungkook.
"Wae?"
"Karena kau adalah Lalisa." Lalu kembali menatap pada gadis itu. "Seberapa keras aku ingin menggambar dirimu, aku tak akan pernah bisa. Karena kau begitu sempurna. Di mataku, tak ada gadis yang lebih cantik dari dirimu. Bahkan dari gadis-gadis yang pernah ku temui sebelumnya."
--To Be Continued--
Hallooooo
Author kembali dengan cerita lizkook setelah lebih 1 tahun dari cerita lizkook sblumnya aku buat.Hayoo mau ngabsen dulu yg nungguin cerita lizkook.
Dan juga, aku mau ngucapin slmat tahun baru untuk smua pembaca aku. Smoga di tahun berikutnya, aku dan kalian bisa mendapatkan apa yang tak bisa di dapatkan di tahun sblumnya. Dan satu lagi, kesehatan nomer satu ya. *pdhal diri sndiri sring sakit wkwkwk.
Votenya jgan lupa ya
Note 2020 : cerita ini aku publish lagi gengsssss. Seneng gak??? 🤭🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect ❌ lizkook
Fanfiction[18+] ✔ Ia begitu sempurna. Di matanya, tak ada gadis yang lebih cantik. Bahkan dari gadis-gadis yang pernah ia temui sebelumnya. ----- ©iamdhilaaa, 2018