Chapter 22

5.2K 690 58
                                    

Bunyi lonceng itu berbunyi, setelah pintu kaca dari sebuah cafe itu terbuka. Menampilkan seorang pria di sana yang kini telah masuk dan pandangannya mulai mengelilingi. Sapaan dari salah pekerja di cafe itu hanya dibalas dengan senyumannya, sebelum pandangannya jatuh pada salah satu meja dimana terdapat beberapa teman-temannya di sana.

Menghela napasnya sekali, ia melanjutkan langkahnya untuk mendekat pada meja itu. Mengundang perhatian bagi ketiga pasang mata itu untuk menatap padanya yang mulai duduk pada salah satu kursi kosong di sana.

"Maaf, aku sedikit terlambat. Tidak mudah untuk keluar rumah akhir-akhir ini."

Ucapan Jungkook saat itu sama sekali tak mendapatkan jawaban apapun, membuat pria itu kembali menghela napasnya ketika mendapatkan tatapan yang membuatnya menjadi tak nyaman saat ini.

Ia berdehem, berusaha untuk bersikap biasa. "B-Bagaimana kabar Lisa? Aku tak bisa menghubunginya sampai saat ini. Dia baik-baik saja, kan?"

Rose mendecih mendengarnya, membuat Jungkook menatap pada gadis itu. "Kau bertanya hal itu? Jungkook, ini sudah tiga minggu berlalu. Kau hanya diam dan tak melakukan apapun untuk menolak perjodohanmu. Lisa benar-benar buruk sekali jika kau ingin tahu. Dia itu begitu menyedihkan setelah datang ke tempatku dan menangis tersedu."

Jungkook hanya dapat menghela napasnya saat ini. Memang, dia tak melihat sendiri bagaimana menyedihkannya Lisa seperti apa yang dikatakan Rose. Tapi wajah terakhir yang ingat dari Lisa saat menangis dan berlari darinya saat itu sudah bisa membuat Jungkook membayangkan bagaimana gadis itu saat ini.

"Maafkan aku. Aku sudah berusaha untuk bicara pada ibumu. Ibuku adalah orang yang keras dan dia tak bisa jika--"

Ucapan Jungkook tak selesai saat itu, sedikit terkejut ketika Taehyung dengan cepat pula beranjak mendekat padanya. Mencengkram kerah kemejanya dan membawanya untuk menatap pada pria itu agar lebih dekat. Membuat Jungkook bisa melihat bagaimana rahang yang mengeras di wajah Taehyung saat itu.

Jimin dan Rose juga ikut terkejut melihatnya. Beruntung karena cafe yang mereka datangi saat itu tak terlalu banyak orang. Tapi tatapan dari beberapa orang serta para pekerja di cafe sana sudah cukup membuat mereka kini menjadi perhatian.

"Aku tak peduli bagaimana ibumu. Yang aku ingin tahu, jika kau mau berusaha untuk hubungan kalian. Kau pikir hanya dengan bicara pada ibumu bisa menyelesaikan semuanya? Jika kau benar-benar mencintai Lisa, lakukan sesuatu sekarang atau kau ingin melihat Lisa menjadi lebih menyedihkan dan gila setelah melihatmu di altar bersama dengan wanita lain!"

Jungkook masih diam di sana. Ucapan Taehyung benar-benar menohoknya, memikirkan kejadian itu di dalam pikirannya yang bisa saja terjadi.

"Kau mengatakan aku bodoh saat itu. Dan aku menyadarinya karena aku memang bodoh. Tapi saat ini, kau bahkan lebih menyebalkan daripada apapun, sialan."

Taehyung menghempaskan begitu saja Jungkook dan menjauh, menghela napasnya dengan kasar sembari mencoba untuk menetralkan dirinya.

"Kau tahu? Kau bukan Jungkook yang ku kenal saat ini. Dimana Jungkook yang tak pernah menyerah dengan cintanya pada Lisa, huh? Kau bahkan saat ini begitu menyebalkan, Jungkook. Tak ada pergerakan apapun yang kau lakukan untuk hubungan kalian. Kalian baru saja memulainya, Jungkook."

Jungkook melirik ke arah Rose yang berbicara padanya saat itu. Merunduk, terlalu merutuki dirinya yang tak memang benar terlihat bodoh dan menyebalkan.

"M-Maafkan aku. Aku tak tahu juga pada diriku sendiri. A-Aku bahkan tak tahu apa yang aku harus lakukan sekarang. Maaf."

Mendengar ucapan Jungkook tadi hanya membuat Rose maupun Taehyung menghela napas mereka. Taehyung bahkan berusaha untuk menahan emosinya saat itu, tak inginkan menjadi perhatian banyak orang jika ia melayangkan pukulan pada Jungkook.

perfect ❌ lizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang