Malam telah tiba. Namun nyatanya, Jungkook dan Lisa sama-sama tak ingin pergi dari tempat yang mereka kunjungi saat ini. Keduanya berbaring dengan menggunakan sebuah kain yang selalu dibawa oleh Lisa. Entah mengapa gadis itu selalu membawanya bersamanya di tasnya. Dan itu membuat Jungkook tersenyum ketika membayangkannya.
Pandangan Jungkook beralih saat ini, pada Lisa yang masih terlelap dan menggunakan tubuhnya sebagai bantal bagi gadis itu. Sedangkan satu tangan pria itu menjadi bantal untuk dirinya sendiri.
Jemari pria itu perlahan menyentuh helaian rambut milik Lisa. Berusaha untuk menyelipkannya ke belakang telinga Lisa agar tak membuat gadis itu terbangun dari tidurnya.
Lalu pikiran Jungkook mulai kembali saat beberapa jam lalu. Ketika ia akhirnya dengan berani menyatakan perasaannya pada Lisa. Bahkan dengan berani pula untuk mencium gadis itu.
Jungkook pikir, Lisa mungkin akan membencinya setelah ini karena sudah berani menciumnya. Namun nyatanya, tak ada reaksi apapun dari gadis itu setelah ciuman mereka saat itu. Lisa bahkan tak juga menjawab ataupun memberikan reaksi apapun untuk perasaannya. Dan itu membuat Jungkook bingung saat ini.
Namun itu semua tak masalah bagi pria itu. Yang terpenting, Lisa tak berusaha untuk menjauh darinya dan itu membuatnya lega. Tapi tetap saja, Jungkook tidak bisa begitu saja membiarkan dirinya terus dihantui rasa penasaran akan apa yang akan Lisa lakukan setelah dia menyatakan perasaannya padanya.
Helaan napas itu keluar begitu saja darinya. Menatap pada langit malam saat itu yang menjadi atap bagi keduanya berbaring saat ini. Kenapa memiliki perasaan pada seseorang harus serumit dan sebegitu menyakitkan seperti ini? Ini bahkan bukan pertama kalinya Jungkook menyukai seseorang ataupun menyatakan perasaan pada seorang gadis.
Oh ayolah, Jeon Jungkook itu sudah tampan sejak lahir. Sudah berapa banyak gadis yang ia kencani selama dua-puluh-tiga tahun hidupnya. Ia bahkan bisa memilih sendiri gadis mana yang akan ia kencani. Karena nyatanya, para gadis-gadis itu sendiri yang akan menyerahkan diri mereka untuk seorang Jeon Jungkook.
Entahlah. Lalisa itu berbeda. Senyumannya, cara bicaranya, bahkan saat dia marahpun menjadi daya tarik sendiri untuk Jungkook. Rasanya, jika ia bersama Lisa, Jungkook ingin sekali selalu bersamanya. Seperti ada sebuah magnet yang menariknya agar selalu dekat dengan gadis itu. Gelar player yang tersemat padanya hilang begitu saja semenjak dirinya mengenal Lisa.
"Sejak kapan?"
Lamunan Jungkook terpecah begitu saja. Ketika ia bisa mendengar suara yang tak asing baginya. Pun dirinya yang kembali merunduk untuk menatap pada Lisa di sana yang entah kapan telah membuka kedua matanya.
"Oh, maaf. Apa aku membangunkanmu?" Ucapnya, sembari menjauhkan jemarinya yang Jungkook baru sadari masih mengelus surai milik Lisa.
Lisa masih belum mengalihkan pandangannya, membuat Jungkook tentu saja dibuat gugup oleh tatapan gadis itu padanya.
Oh, jangan lupakan. Semua yang dilakukan Lalisa Manoban akan selalu membuat degup jantung seorang Jeon Jungkook bertambah cepat.
"Kau belum menjawabku, Jungkook."
"Tentang apa? Sejak kapan aku menyukaimu?"
Lisa hanya mengangguk setelahnya, masih menyamankan kepalanya yang berbaring pada tubuh Jungkook.
"Entahlah. Aku juga tak tahu kapan perasaan itu datang padaku. Tapi aku menyadari, jika aku ingin selalu bersamamu. Kau tahu? Bukan sebagai sahabat saja, tapi seorang pria bagimu. Seorang pria yang ingin tahu apa saja yang kau lakukan, seorang pria yang selalu ingin membuatmu tersenyum, seorang pria yang selalu ingin kau butuhkan di saat susah maupun senang, seorang pria yang akan selalu menjagamu. Aku ingin melakukan semua itu untukmu, Lisa."
Bohong jika Lisa merasa tak tersentuh dengan ucapan Jungkook padanya. Jangan lupakan juga tatapan tulus pria itu padanya saat ini dengan sebuah senyuman yang ada di wajahnya.
"Kenapa kau harus mempunyai perasaan itu padaku? Aku bukan gadis yang cocok untuk bersanding denganmu. Bagaimana nanti para penggemarmu akan menatap padaku? Kau harus tahu, jika penggemarmu bukan hanya ada di kampus saja. Tapi hampir semua wanita mengetahui dirimu dan juga HOME Band."
Jungkook menghela napasnya tanpa sadar. Bagaimana bisa Lisa mempunyai pikiran yang sedangkal itu? Begitu pikirnya saat ini.
"Apa kau tak bisa melihat bagaimana hubungan Jimin hyung dan Rose? Mereka baik-baik saja. Penggemar Jimin hyung juga mendukung hubungan mereka. Atau, kau pikirkan bagaimana gilanya Taehyung hyung saat menyatakan perasaannya pada Jennie yang notabene-nya adalah seorang gadis yang tak terlalu dikenal di kampus. Aku bahkan sangat yakin, jika Taehyung hyung pasti akan melakukan apapun agar Jennie tak tersakiti."
Lisa diam. Tepatnya, tak tahu harus menjawab apa untuk saat ini. Karena nyatanya, semua yang dikatakan oleh Jungkook tadi adalah kebenarannya.
"T-Tapi, Rose berbeda denganku. Dia begitu cantik dibandingkan denganku. Itulah yang membuatnya diterima oleh penggemar Jimin Oppa. Dan Jennie, walaupun aku tak terlalu mengenalnya dan hanya melihatnya sekilas, aku yakin dia bahkan lebih cantik dan menarik daripada diriku. Terbukti dengan dirinya yang bisa membuat Taehyung Oppa jatuh hati padanya. Tinggal menunggu waktu saja sampai Jennie diterima oleh penggemar Taehyung Oppa."
Ini aneh. Semua ucapan Lisa terasa begitu menyedihkan ketika Jungkook mendengarnya. Dan juga, gadis itu tak menatapnya saat berbicara. Membuatnya mengetahui, jika mungkin Lisa tengah menyembunyikan sesuatu padanya saat ini.
"Kau mau bercerita sesuatu padaku?"
Lisa kembali melirik ke arah Jungkook. Oh, pria itu pasti bisa membaca gerak-geriknya saat ini. Membuatnya kembali menundukkan pandangannya setelahnya.
"Kau tahu, bukan? Jika aku bukanlah gadis asli Korea. Kau juga harus tahu, jika saat aku menginjakkan kaki pertama kali di sini, aku sudah menyadari pandangan orang-orang terhadapku. Bagaimana orang-orang yang membicarakan diriku yang bukan berasal dari Korea. Mereka bahkan membedakan diriku dengan gadis lainnya."
Jungkook kembali menghela napasnya untuk yang ke sekian kalinya. Dia begitu ingat dulu, bagaimana tertutupnya Lisa jika bukan dirinya yang datang pada gadis itu dan menawarkan pertemanan di antara mereka. Dan sekarang, Jungkook mulai mengerti kekhawatiran Lisa itu.
"Jika yang kau khawatirkan hanya karena penggemar kami, aku bisa keluar dari HOME Band untukmu."
Lisa dengan cepat kembali menatap pada Jungkook, dengan kedua matanya yang membulat dan menampakkan wajah terkejut.
"Kau gila? Kenapa kau harus keluar dari HOME Band karenaku? Tidak, kau tidak boleh melakukannya. Aku akan sangat marah padamu jika kau sampai melakukannya."
"Maka biarkan aku menyukaimu. Tak peduli dengan pandangan dan ucapan orang lain. Biarkan aku menjadi seseorang yang begitu berharga untukmu."
Lisa terdiam, belum mengalihkan pandangannya dari Jungkook yang juga melakukan hal yang sama.
"Jangan lagi merasa tak percaya diri dengan dirimu sendiri, Lisa. Bukankah sudah ku katakan padamu? Kau adalah yang terbaik dari yang terbaik. Hanya abaikan mereka, dan tatap saja diriku."
Perlahan, satu tangan pemuda itu mengambil satu tangan milik sang gadis. Memainkan jemarinya sebelum menautkannya dengan jemarinya. Dimana sang gadis sama sekali tak menolaknya. Malahan merasa sangat nyaman dengan tautan tangan itu dan mengeratkannya.
"Hanya lihat saja pada diriku. Maka semuanya akan baik-baik saja, Lisa."
--To Be Continued--
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect ❌ lizkook
Fanfiction[18+] ✔ Ia begitu sempurna. Di matanya, tak ada gadis yang lebih cantik. Bahkan dari gadis-gadis yang pernah ia temui sebelumnya. ----- ©iamdhilaaa, 2018