-Author-
"Kim Taehyung-ah!"
Taehyung berdecak. Hal paling menyebalkan baginya adalah saat seseorang memanggil namanya di tempat paling sakral bagi dirinya ini. Karna itu artinya bencana sedang menghampirinya.
"Yaa ... aku mencarimu di kantor tapi ternyata kau disini. Kau keterlaluan, membuat orangtua sepertiku jauh-jauh datang kesini untuk menemuimu."
Bukan benar-benar bencana, pria tua itu adalah paman Taehyung, Bae Joo Dam. Jangan heran kenapa marganya berbeda dengan Taehyung walaupun dia pamannya. Dia hanya teman baik dari ayahnya yang sudah dianggapnya sebagai kerabat.
Taehyung diam, atau lebih tepatnya dia sengaja mengabaikannya. Pria yang selama sisa hidupnya tak pernah tersenyum itu, masih berkutat pada dokumen-dokumen di meja. Membolak-baliknya, mencoretnya, ataupun menandatanganinya.
Joo Dam melongokkan kepalanya pada berkas yang menjadi titik perhatian Taehyung saat ini. Dia ingin tahu apa yang membuat pria itu seakan tidak menganggapnya ada.
"Kau sebut ini tempat persembunyianmu? Apa bedanya dengan raungan besar di kantormu? Kenapa tidak kau kerjakan disana saja?"
Taehyung memeriksa lembar terakhir pada dokumen yang dipegangnya, sebelum akhirnya dia menjawab, "karna orang sepertimu akan mencuri kesempatan mengganggu jam-jam berhargaku."
Dengan ucapan pedas itu, siapa saja bisa tersulut emosinya. Tapi tidak dengan Joo Dam. Dia justru terkekeh.
"Kau sengaja menghindariku rupanya. Baiklah, tidak apa. Asal jangan menghindari putriku saja."
Pena Taehyung berhenti di tengah lembar ketas dengan serentetan kosa kata yang bahkan enggan dibacanya. Dia melirik ujung dasi pria itu sejenak kemudian melanjutkan dengan tenang.
"Apa kau menerima telpon Joo Hyun?"
"Ya."tukas Taehyung diiringi oleh desauan napas berat.
"Benarkah? Dia bilang dia kehilangan komunikasi denganmu selama dua minggu."
"Apa dia mengadu padamu?"
"Tidak. Dia itu putriku. Dia tidak akan bicara hal yang tidak benar padaku. Angeurae?"desak Joo Dam meminta persetujuan.
Ya. Dan Taehyung setuju dengan itu.
"Sesibuk apapun kau, angkatlah telponnya sesekali. Atau kirimlah pesan padanya kalau kau sibuk. Dengan begitu dia tidak akan menggangguku terus. Tch!"
Taehyung menutup lembar terakhir pada dokumennya. Menjejalkannya kedalam tas kemudian bangkit.
"Dia kan putrimu, kau tahu itu"balas Taehyung sebelum dia pergi menyisakan Joo Dam yang memandang punggung pria itu setengah mencela.
"Aigoo ... kenapa Joo Hyung jatuh cinta pada pria itu?"
***
Taehyung bukan orang yang gemar minum alkohol, meskipun begitu bukan berarti dia tidak pernah minum alkohol. Selama 29 tahun hidupnya, dia hanya minum alkohol dua kali. Kalian tidak akan percaya mendengarnya. Tapi itulah Taehyung. Hidupnya terlalu berharga untuk dirusak oleh alkohol.
Dia lebih memilih minuman bersoda yang biasa dia beli di minimarket sepulang bekerja.
Pemandangan berbeda malam ini menyita perhatian Taehyung, mana kala seorang gadis mabuk memanggilnya didepan minimarket.
"Hey kau."
Taehyung menoleh karna merasa terpanggil.
"Kemari. Ayo minum bersama."
Taehyung hanya memandangnya. Jika dilihat lagi, dia sepertinya pernah bertemu gadis itu. Dari luka di lututnya, Taehyung yakin jika dia bertemu gadis itu siang ini, saat dia tanpa sengaja menabraknya. Dan satu hal lagi, dia yang membuat tulang keringnya memar.
"Yak! Kenapa diam saja, ayo kesini dan tuangkan minum untukku."
Taehyung melangkah mendekati gadis yang matanya sudah terkatup-katup itu. Bahkan kepalanya sudah lunglai kalau dia tidak menopang dagu dengan tangan.
Pria itu kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet dan melemparnya ke meja di hadapan gadis itu.
"Gunakan uang itu untuk naik taksi dan obati lukamu."
Taehyung memberikan uang itu bukan tanpa alasan, melainkan sebagai kompensasi. Meskipun caranya keliru.
"Kau mengenalku?"tanya Jennie, menunjuk dirinya sendiri.
Taehyung bukan orang yang akan meladeni orang mabuk. Maka dia berbalik untuk pulang saat emosi menguasai diri Jennie lagi.
"Semua pria memang brengsek!"
Taehyung berhenti ketika Jennie mengumpatinya.
"Semua pria di dunia ini sama saja. Melakukan ini dan itu kemudian pergi begitu saja. Apa kau pikir aku akan diam saja, hah! Tch! Brengsek gila! Kutunggu kau di neraka."
Lalu kepala Jennie tersungkur dimeja. Tak berapa lama terdengar isakan darinya. Taehyung berpaling sebentar, mengamati gadis itu, kemudian masuk kembali ke dalam minimarket.
"Permisi, apa kau bisa mencarikan taksi untuk gadis di depan itu? Aku sudah memberinya ongkos, jadi sisanya tolong, ya."kata Taehyung pada sang penjaga minimarket.
Kemudian Taehyung pergi tanpa menoleh lagi pada gadis yang masih saja menangis itu.
***
Pagi harinya, Jennie dibangunkan oleh suara ayam berkokok di ponselnya. Dia meraba mencari ponselnya untuk mematikan alarm. Gadis itu menggeliat, lalu menguap. Ketika matanya terbuka perlahan, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah televisi.
Gadis itu lupa apa yang terjadi semalam. Kepalanya pusing ketika dia bangkit dari tempatnya tidur. Beberapa saat kemudian dia menyadari keberadaannya dan apa yang terjadi semalam.
Dia dicampakkan oleh pria brengsek bernama Taeyoung. Kebencian mulai merambah pada dirinya mengingat betapa kejinya dia memutuskan hubungan pada hari dimana seharusnya dia menepati janji untuk melamarnya.
"Lee Taeyoung! Kau akan mati!"Jennie berteriak seperti orang gila, mengguncang seisi apartemen, atau bahkan menyebabkan gempa tektonik yang berpusat di kawasan Seongbuk-dong.
Bersambung ...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid [K.Taehyung&Jennie.K]
Fanfic[Complete] ✔ [Pastikan sudah follow sebelum membaca. Tuan rumah tidak pelit folback kok?] ✔ Bagaimana ketika Kim Taehyung, seorang pria dingin dengan penuh luka bertemu dengan Kim Jennie, yang menggantungkan hidup padanya. Meski muak, namunTaehyung...