11. The Reality of a nightmare

6.1K 835 7
                                    

-Kim Jennie-

Jika mengendarai sepedah roda satu adalah hal yang sulit bagi sebagian orang, bagiku, berjalan dengan satu kaki adalah hal paling sulit.

Seluruh aktifitas yang kukerjakan menggunakan seluruh anggota tubuhku. Aku masih bisa menggunakan tanganku meski sedikit nyeri. Tapi satu kakiku yang bengkak mengisolasir nyaris seluruh pekerjaanku.

Sulit bergerak kesana kemari menggunakan tongkat. Rasanya aku ingin membuang tongkatnya saja, tapi kakiku masih membengkak. Dokter memberitahuku untuk istirahat total sampai kakiku sembuh, tapi aku sendiri yang memutuskan untuk tetap bekerja.

"Yak, Kim Jennie-ssi?"

"Ne?"

Aku tidak pernah berpikir Taehyung akan memanggil namaku, ataupun mengetahui namaku. Kupikir itu tidak penting baginya. Seingatku dia juga memanggil namaku saat di kantornya. Apa waktu itu aku bermimpi, ya?

"Apa kau yang meletakkan pot bunga dan mengganti pulpenku dengan pensil?"

"Ah itu. Ehm ... Mejamu sangat luas tapi hambar. Jadi kupikir lebih indah sedikit meletakkan pot bunga disana. Kau tidak perlu sering menyemprotnya, jika kau tidak sempat, itu tidak masalah. Dan pulpen itu, kupikir lebih baik dan sopan menggunakan pensil. Mencoret pekerjaan orang lain dengan pulpen merah seperti kau sedang mencekiknya. Itu sangat-"

"Kupikir kau bekerja disini sebagai asisten rumah tangga, bukan sebagai istriku."potong Taehyung.

Mulutku bungkam seketika. Kulipat kedua lembar bibirku ke dalam rapat-rapat.

"Aku tidak suka kau menyentuh barang-barangku. Jika kau mau bertahan disini, jangan sentuh apapun."

Seperti biasa, Taehyung pergi setelah mengeluarkan umpatan andalannya. Helaan napasku keluar seiring dengan lenyapnya pria itu dibalik pintu duang kerjanya.

Sabar Jennie ... sabar ...

Ini poin tambahan untukku. Kim Taehyung tidak suka orang lain menyentuh barangnya. Tapi kupikir aku tidak menyentuhnya, tapi aku merubahnya. Tch! Suatu saat dia akan menyesal dengan ucapannya.

Ponselku berdering tepat sebelum aku mengeluarkan umpatan pada Taehyung. Kekesalanku langsung sirna sebab membaca asal penelpon. Sesuatu yang paling kutakutkan untuk kuterima.

"Halo, nona Kim. Ibu anda pingsan. Kondisinya semakin memburuk."

Belum sempat aku menyambutnya, diriku di songsong oleh berita buruk semacam ini. Tidak ada waktu untuk melotot atau merasa terkejut. 'Kondisinya semakin memburuk' menjelaskan segala makna yang tersirat.

"Yak, Kim Jennie! Apa kau yang meletakkan pot dan pensil di ruang kerjaku juga?!"

Aku tidak bermaksud memotongnya. Tapi aku benar-benar tidak punya waktu untuk menghiraukan omelan Taehyung yang kekanakan. Aku beringsut begitu saja dengan menyeret kaki pincangku susah payah.

Lihatlah betapa tidak bergunanya diriku? Pada saat seperti ini aku tidak bisa berlari. Aku merasa payah. Ibuku disana butuh pertolongan. Kalau begini, bagaimana aku bisa datang tepat waktu.

"Tunggu!"

Tidak ada orang lain di rumah ini selain aku dan Taehyung yang menahan tanganku untuk pergi. Aku sudah cukup kesal dan frustasi. Maka aku memberontak sekuat tenaga dari tangannya.

"Minggir, nanti saja memakiku. Aku tidak bisa memperhatikan omelanmu untuk saat ini."

Wajahku terasa panas saat aku berbalik untuk pergi. Dan memang, Taehyung sangat menyebalkan. Dia menahan tanganku lebih kuat sehingga kau tidak dapat mengibaskan tanganku lagi.

Housemaid [K.Taehyung&Jennie.K]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang