22. Labirin

4.4K 602 15
                                    

-Kim Taehyung-

"Yeah. Itu tidak salah. Kau hanya peduli pada dirimu sendiri.... asal kau tahu, tuan. Sikapmu membuatku salah paham. Aku sangat frustasi sekarang. Aku menyesal kenapa aku menyukaimu."

"Kau- kau menyukaiku?"

Meringkuk di tengah temaramnya cahaya, diriku dirundung rasa bersalah yang tak berkesudahan. Tiap kata yang dilontarkan oleh Kim Jennie terekam dengan baik oleh indera pendengarku, menyebabkan dentuman keras di kepala. Rasa sesal perlahan merambat memenuhi batinku, dan saat kuingat sebutir air matanya menetes hatiku benar-benar perih.

Pun begitu, aku tidak yakin dengan apa yang sudah kulakukan. Jika Kim Jennie semurka itu berarti ada yang salah denganku. Tapi apa? Bisakah seseorang membantuku?

Aku tidak menduga jika perasaan Kim Jennie akan sedalam itu kepadaku. Hatiku benar-benar di uji saat ini. Sungguh aku bingung dengan apa yang tengah kurasakan.

Sejujurnya, jantungku berdebar saat bersamanya. Aku marah saat dia bersama oranglain. Terlebih jika itu adalah pria sok polos yang mengaku sebagai teman semasa sekolahnya dan termasuk bocah tengik yang sok mengobrol di bioskop.

Akupun tidak dapat memungkiri jika hatiku pedih melihatnya menderita. Ketika itu berhubungan dengan ibunya, wajahnya yang cerah akan berubah suram dengan cepat. Ia panik, berlari kesana kemari dan menolak bantuan orang lain dengan alasan ia ingin membahagiakan ibunya dengan usahanya sendiri. Itu bagus, tapi aku tidak jamin dia dapat tidur dengan tenang setiap malamnya.

Gadis sekecil itu harus menanggung beban hidup yang berat sendirian. Kecil kemungkinan dia bahagia diusianya saat ini. Setiap hal yang terjadi pada dirinya pasti menyedihkan untuk dibayangkan. Melihatnya hancur seperti waktu itu, tanganku selalu ingin terulur untuk membukakan sandaran saat ia butuh tempat meluapkan segala emosinya yang sengaja ia tahan.

Alasan itu cukup bagiku untuk menghibur hatinya yang terluka, alasan kenapa aku ingin selalu menciumnya. Secara naluriah melihat matanya yang berbinar mengingatkan pada diriku sendiri. Dia butuh seseorang untuk berbagi rasa pedih itu dan aku bermaksud meringankannya meski tidak secara finansial. Terkadang kebutuhan batin itu penting.

Tapi seiring waktu berlalu, perasaan ingin menghibur berubah menjadi perasaan suka. Aku hanya ingin menciumnya saat jantungku berdebar. Aku ingin merasakan hangatnya tubuh mungil itu dalam pelukanku.

Aku takut keinginan ini justru akan melukainya, sama seperti saat aku melukai orang disekitarku. Aku hanya tidak ingin jika itu terulang.

Kuusap wajahku dengan kasar saat aku merasa bingung pada diriku sendiri. Menyandarkan kepalaku di tepian ranjang sembari menatap sisa cahaya rembulan di langit malam.

Bolehkah aku egois untuk sekali saja?

-○○○-

-Author-

Kim Jennie berpikir Byun Baekhyun tidak akan menunggunya selama ini hanya untuk bertemu. Ia telah mencari pria itu di seluruh taman rumah sakit dan menyadari bahwa tempat itu benar-benar kosong.

Tangan kecilnya merogoh saku, mendapatkan ponsel dan bermaksud hendak menelpon pria yang sedang ia cari. Sebelum jemarinya menekan tombol 'call', tubuhnya tiba-tiba terdorong kedepan seperti mendapat hantaman. Ekspektasinya salah ketika ia mendapat tautan tangan seorang lelaki di sekeliling dadanya.

Kim Jennie terdiam. Dia berusaha tidak salah paham dan melirik dengan segala keterkejutan. Pipinya menyentuh hidung mancung milik pria yang sedang ia cari saat ia menoleh untuk memeriksa.

"Baekki?" Ucapnya Lirih, atau lebih tepantnya ia tidak mengira bahwa Baekhyun memiliki pikiran untuk memeluknya.

Gadis bersurai panjang itu tidak dapat melakukan apapun. Tangannya masih terkungkung memegang ponsel, tubuhnya tidak dapat bergerak maupun menolak pelukan Byun Baekhyun yang membuatnya sedikit sesak.

Housemaid [K.Taehyung&Jennie.K]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang