Nb : walaupun cerita ini udah tamat, vomments tetep harus yaa, im watching you:))
Lebam lagi dan lagi. Aku sudah terbiasa seperti ini. Kali ini bukan mom dan dad yang memukul ku, tetapi Louis. Iya Louis. Kakak kandungku yang tidak pernah menganggapku sebagai adiknya. Rasanya aku ingin mati saja sekarang.
"Mengapa kau diam saja, hah!" kata Louis lalu menarik rambut ku hingga aku terjatuh. Aku hanya bisa menangis dalam diam.
"Jawab, bodoh! Aku tidak butuh tangisan bodohmu itu!" bentaknya lalu menendang kaki kiriku. Aku meringis, kemarin dad baru saja memukul kaki kiriku.
"A-aku tidak tau, Louis. Sungguh, Niall tidak memberitahuku" kataku akhirnya berbicara. "BULLSHIT!" teriaknya.
"Sekarang kau buatkan aku itu! SEKARANG!" teriaknya lagi lalu mendorongku.
Mereka selalu saja membentakku hanya karna masalah sepele, iya karna aku lupa membuatkannya cemilan sore. Dan bodohnya dia memberi tahu Niall untuk menyampaikannya padaku. Siapa yang bodoh sekarang?
Tapi bagaimanapun dia adalah kakakku. Jadi aku harus memenuhi permintaan nya. Akupun berjalan ke dapur dengan kaki pincang. Ya Tuhan kaki ku sakit sekali!
Lalu aku membuat cemilan kesukaan Louis. 20 menit kemudian aku meletakkan cemilannya diatas meja. Lalu dengan ragu aku melangkah menuju kamar Louis.
Pun aku mengetuknya. "Lou, cemilannya sudah ku letakkan diatas meja makan" kataku. "PERGI KAU! AKU SUDAH TIDAK NAFSU!" teriaknya dari dalam. Huh biarlah dia. Aku sudah lelah. Akupun memutuskan untuk pergi kekamar.
Saat sedang asyik membaca buku kumuh ku, tiba-tiba pintuku terbuka sedikit. Aku jadi takut, mungkin dad, mom atau Louis ingin memarahiku. Akupun meletakkan buku ku lalu pura-pura tidur.
Aku mendengar pintu ku tertutup. "Hei sudah tidur kau rupanya" kata seseorang yang sangat kuhafal suaranya. Akupun kembali membuka mataku.
"Huh, ternyata kau, Ni" kataku. "Aku sudah takut tadi, aku kira yang masuk mom dad atau Louis" kataku. Niall adalah kakak tiriku. Dia adalah anak dad dari istri sebelum mom ku.
"Tanganmu?" tanyanya. Aku melihat tangan kanan ku yang baru dipukul Louis tadi. Niall memegangnya, aku meringis.
"Siapa lagi yang memukulmu?" tanyanya. "Louis" kataku menunduk. "Louis! Sudah berapa kali aku mengatakan padanya bahwa kau tidak pantas disakiti!" kata Niall. Airmataku mulai berjatuhan.
"Jangan menangis" katanya lalu memelukku. "Aku sudah lelah, Ni. Mungkin pandangan orang adalah keluarga ini adalah keluarga kaya dan baik. Padahal tidak!" kataku terisak.
"Kau harus banyak bersabar, Ra. Aku yakin ini akan segera berakhir. Mana Nara yang kukenal yang tidak gampang menyerah?" kata Niall. Mungkin Niall hanyalah kakak tiriku. Tetapi aku lebih menyayanginya daripada Louis. Lalu aku memeluknya kembali.
"Tadi aku memergoki Louis sedang makan camilan di ruang tv. Kau yang membuatnya?" tanya Niall. "Iya. Dia memakannya? Padahal katanya dia sudah tidak nafsu?" tanyaku.
"Iya benar tadi dia memakannya" kata Niall. "Dasar, gengsian" kataku lalu kami tertawa bersama. Walaupun aku dan Niall dekat, tetapi Louis tidak pernah marah Niall dekat denganku dan menyuruh Niall menjauhiku karna dia membenciku. Aku sendiri tidak tau alasannya.
"Sekarang kau ganti bajumu, kita akan pergi" kata Niall. "Baiklah" kataku. Lalu Niall keluar dari kamarku dan aku mulai mencari baju yang cocok. Sebagian besar isi lemari ku adalah baju yang dibelikan Niall. Oh tidak sebagian besar, tetapi semuanya.
Dia juga membelikanku ponsel yang sama, yaitu iPhone 6, awalnya aku menolaknya, tapi dia memaksaku untuk menerimanya. Aku takut akan ketahuan mom dad dan Louis kalau aku mempunyai ponsel. Jadi aku sembunyikan ponsel ini di tempat yang tidak satupun orang yang tau kecuali aku sendiri.
To be continued
oh iya, ini ceritanya 2014 ya, Niall, Zayn dan Liam masih 21 tahun, Harry 20 tahun dan Louis 23 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Edge ✖ (1D Series)
Fanfiction[COMPLETED] What do you feel when your family act like you don't exist? Well, if you wanna feel that, this is Nara's story. Written in Bahasa✨ ✨1 in #louistomlinson on 26th June 2018 ✨3 in #onedirection on 5th July 2018 ✨5 in #niallhoran on 25th Aug...