"Kau tidak ingin melihatnya kemari? Ya Tuhan kau benar-benar berhati iblis, Louis!" kata Niall lalu mengakhiri telfonnya. Dia sangat kesal pada Louis. Dia tidak ingin menjenguk adiknya sendiri.
"Nara kau harus cepat bangun, ya. Sudah tiga hari kau tidak berbicara padaku" kata Niall. Dia sangat prihatin dengan Nara. Seumur-umur disiksa baru kali ini yang parah sampai Nara kritis 3 hari.
Lalu sebuah keajaiban datang, Nara membuka kelopak matanya perlahan.
"Nara! Astaga akhirnya kau sadar juga!" kata Niall. "Sebentar ya aku panggilkan dokter" kata Niall. Dia menekan bel yang berada di sebelah tempat tidur Nara.
Lalu seorang dokter dan suster datang. Lalu dokter memeriksa detak jantung Nara. "Keadaannya sudah membaik. Dia sudah melewati masa kritisnya." kata dokter. Niall bernafas lega.
"Baiklah terimakasih, dok" kata Niall. Lalu dokter dan susternya pergi dari kamar Nara.
"Feelin better?" tanya Niall. Nara hanya mengangguk. "Kau haus?" tanya Niall lagi. Nara mengangguk.
Lalu Niall mengambil minum di meja sebelah ranjang Nara. Lalu dia memberinya pada Nara. Nara langsung meneguknya sampai habis.
"Sepertinya kau sangat haus" kata Niall. "Sudah berapa lama aku tertidur?" ucap Nara. "Um, tiga hari. Cukup lama, sleeping princess" kata Niall. Nara mengerucutkan bibirnya.
"Apakah Louis ada kesini?" tanya Nara. Niall ingin menjawab, tetapi dia ragu. Dia takut Nara sakit hati.
"Tidak?" jawab Niall seperti bertanya. Nara hanya mengangguk kemudian tersenyum. "Jadi kau sendirian menjagaku?" tanya Nara.
"Tidak, Zayn selalu datang menemaniku" kata Niall. Lalu pintu kamar Nara terbuka. Tampak disana ada Zayn, dan... Tebak siapa? Louis.
Iya. Louis.
"Hai Nara, kau sudah sadar ternyata. Bagaimana keadaanmu?" tanya Zayn. "Ya aku baik-baik saja" kata Nara. Zayn duduk di sofa sebelah Louis yang sedang asyik memainkan ponselnya.
"Kau ingin menjenguk atau ingin memainkan ponsel?" sindir Niall. Louis menatap Niall sinis. "Apa urusannya denganmu" kata Louis.
"Aku kemari terpaksa, karna Zayn terus memaksaku, lagian aku mana peduli dengan gadis bodoh itu" ucap Louis santai. Niall benar-benar geram dengan Louis.
Niall ingin sekali menghajar wajah Louis yang menjijikkan itu, tapi dia masih tau aturan. Satu, ini dirumah sakit. Dan dua, Louis adalah kakak tirinya.
Nara mengusap punggung Niall. Dia tidak mau terjadi apa-apa dengan kedua kakaknya.
"Tidak apa, aku sudah terbiasa" bisik Nara. "Hatimu seperti malaikat, Nara. Kau sangat baik, kau tidak pantas diperlakukan seperti ini" kata Niall.
Louis tertawa remeh. "You said her heart like an angel? Pfttt" kata Louis. Dia bangkit dan berlalu pergi dari kamar Nara.
Nara ingin sekali menangis sekarang, tetapi dia tidak ingin membuat Niall emosi. Lain hal nya Niall, tangannya sangat gatal untuk menghajar wajah Louis
"Tenangkan dirimu, Horan" kata Zayn. Wajah Niall sudah sangat merah karna menahan emosi. Dia hampir tidak terkendali.
"Stay calm, ok? Im ok. It's fine" kata Nara. Niall tidak tau hati Nara terbuat dari apa. Dia gadis baik, tak sepantasnya mom, dad dan Louis memperlakukannya seperti ini. Batin Niall terus mengucapkan kata itu.
Lalu seorang suster datang untuk mencabut infus Nara. Lalu ponsel Zayn berdering
"Halo? Ada apa?" kata Zayn, dia sedang mengangkat telfon. "APA? Itu sangat parah, aku kesana sekarang" kata Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Edge ✖ (1D Series)
Fanfiction[COMPLETED] What do you feel when your family act like you don't exist? Well, if you wanna feel that, this is Nara's story. Written in Bahasa✨ ✨1 in #louistomlinson on 26th June 2018 ✨3 in #onedirection on 5th July 2018 ✨5 in #niallhoran on 25th Aug...