"Lou, pagi ini kami akan ke rumah mom dan dad. Kau ikut?" Tanya Niall. Louis mengangguk. "Ayo ikut aku sebentar" kata Niall menarik Louis menuju dapur.
"Kau tidak marah pada Nara kan?" Tanya Niall. "Untuk apa aku marah padanya" kata Louis. "Ah baguslah, yasudah yuk" kata Niall.
"Zayn kita naik dua mobil ya. Kau bersama Nara aku bersama Niall" kata Louis. Zayn hanya mengangguk.
***
Sedari tadi Nara diam saja, jika ditanya oleh Zayn jawabannya hanya iya, tidak, dan mungkin. Zayn mengerti, gadisnya sedang tidak mood untuk berbicara.
Lalu mereka sudah tiba di rumah mom dan dad mereka. "Kau tidak apa kan?" Tanya Zayn. Nara hanya mengangguk. Lalu mereka turun, Louis dan Niall juga sudah sampai.
Buru-buru Louis langsung merangkul bahu Nara. "Kau siap?" Tanya Louis. Nara menarik nafasnya. Lalu ia mengangguk. Lalu Louis mengetuk pintu rumahnya.
Tidak ada jawaban dari dalam. Tanpa pikir panjang, Louis membuka pintunya, ternyata tidak terkunci.
Mereka berempat pun masuk. Nara menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Dan ia juga meneteskan air matanya.
Rumahnya tampak sangat berantakan, dan yang pasti, ada darah di mana-mana.
"Apa yang terjadi?" Tanya Niall. Lalu mereka menuju kamar mom dan dad mereka. Saat Louis membukanya, pintunya dikunci.
"Dikunci" kata Louis. "Dobrak saja" kata Niall. Lalu Louis, Niall dan Zayn bersedia mendobrak pintunya. Tak lama, pintunya pun terbuka.
"MOM!" teriak Louis. Mereka berempat pun langsung masuk. Mom mereka duduk di antara genangan darah yang mengalir. Bau busuk pun menjalar di sekitar kamar ini.
"Mom apa yang terjadi?" Tanya Louis. Maurice hanya diam, tatapannya kosong ke depan. "Mom?" Panggil Niall.
"Dia sudah mati" kata Maurice. Seperti berbisik. "Dia siapa?" Tanya Louis. "Mark" kata Maurice. Nara menahan air matanya, begitu juga dengan kedua kakaknya.
"Di mana dad?" Tanya Louis, suaranya bergetar. "DIA SUDAH MATI" teriak Maurice. "Iya dia ada di mana sekarang?" Tanya Niall.
"Aku tidak tau" kata Maurice. "Mom, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi" kata Louis.
"Lelaki itu, datang tiba-tiba. Masuk ke kamar ini, dan langsung menusuk-nusuk suamiku" kata Maurice. Nara tidak dapat menahan tangisannya lagi. Dia terisak di pelukan Zayn.
"Siapa yang membunuhnya?" Tanya Niall. "AKU TIDAK TAU!" teriak Maurice lagi. "Kapan kejadiannya?" Tanya Niall.
"Dua hari yang lalu" katanya. "Mom, kau ikut kami ya, ke rumah baru kami" kata Louis.
"Tidak" kata Maurice. "Mom, di sini tidak ada yang mengurusmu!" Kata Louis. "Aku sudah sangat berdosa dengan kalian" kata Maurice, lalu dia menangis.
"Tidak mom! Kau tetap mom kami" kata Niall. "Aku sudah sangat jahat pada kalian, terutama Nara. Aku tidak pernah menganggapnya sebagai anakku" kata Maurice.
"Aku sudah memaafkanmu, mom" kata Nara akhirnya berbicara. "Aku tidak pantas menjadi ibu kalian" bisik Maurice
"Tidak mom! Kumohon, ikutlah dengan kami. Kami akan mengurusmu" kata Louis.
"Rumah ini bagaimana?" Tanya Maurice. "Rumah ini akan dijual" kata Louis. Niall mengangguk.
"Kau ikut kami ya?" Tanya Louis lagi. Maurice mengangguk. "Ayo" kata Louis. "Aku mau berganti baju dulu" kata Maurice. Mereka mengangguk. Lalu mereka berempat keluar dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Edge ✖ (1D Series)
Fanfiction[COMPLETED] What do you feel when your family act like you don't exist? Well, if you wanna feel that, this is Nara's story. Written in Bahasa✨ ✨1 in #louistomlinson on 26th June 2018 ✨3 in #onedirection on 5th July 2018 ✨5 in #niallhoran on 25th Aug...