kode

896 45 0
                                    

"pulang sekolah, kemana?" ia berusaha untuk tetap tenang, Regis lumayan bisa menenangkan dirinya.

"ha? Ke..kenapa?" Jantung Ana kembali berdetak cepat, pipinya terasa panas. Kedua temannya itu hanya diam memperhatikan.

"jawab Araina" Regis menekankan kepada Ana.

"yaa pulang langsung"

"gue anter" Regis menatap Ana sangat dalam, jantung Regis berdetak lebih cepat dibanding dari biasanya saat melihat wajah polos Ana.

"APA?!" Ana dan dua rekannya langsung merasa tidak percaya dengan kejadian barusan.

"an..anterin gue?" Ana mengulang kembali perkataan Regis tadi

"iya, pulang sekolah gue tunggu di parkiran" Regis langsung membalikkan badannya dan berjalan mendekati teman temannya. Ana terdiam membeku. Benar benar beku. Ia tak dapat menahan senang bercampur rasa tidak percaya ini, semua seperti mimpi. Ada apa Regis? Ada apa?

"benerkan feeling gue" Dwi membuka suara.

"feeling apa?" Ana tak mengerti yang dimaksud Dwi

"lo bilang Regis liatin lo tadi pagi, kek ada yang disampein kan?  itu kode Ana, peka dong ah" Dwi mulai kesal sendiri.

Ana dan Bila melirik secara bergantian. Ada benarnya juga ucapan Dwi barusan.

*****
Langkah Ana terhenti saat melihat seorang pria berdiri didepan mobilnya. Regis menatap Ana memberi kode agar masuk ke dalam mobil. Mau tak mau Ana pun menurutinya.

"lo mau langsung pulang?" dengan hati-hati Regis bertanya.

"trus mau kemana lagi?"

"ikut gue bentar" ia berjalan membukakan pintu mobil untuk Ana.

"ke..kemana?" Ana sangat gugup sekali, kemana Regis akan membawanya?

"masuk aja dulu"

Didalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Tak ada yang berani membuka suara, beberapa menit berlalu akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang manimalis.

"rumah siapa Gis?"

"udah, masuk aja, ayok" Regis menggenggam tangan Ana, ia sangat berhasil membuat Ana semakin salah tingkah.

Tiba-tiba suara seorang pria tua itu mengagetkan Ana.

"Hey Ana, udah sampe ya?"

Siapa ini? Pria paruh baya ini mengetahui namanya, Ana tak mengerti sama sekali, apa maksud Regis membawanya ke pria paruh baya ini.

"Na, kenalin ini papa gue"

Semua terjadi begitu tiba-tiba, Ana merasa ingin hilang saja dari sini. Jantung nya berdetak tak karuan, apa yang harus dilakukannya, Ana benar benar kaku. Ia menegang sesaat.

"kenalin aku Ana, Om" Ana tak lupa menyalami Mr. Jof walaupun ia sangat gugup.

"haha ga perlu takut Ana, tanganya sampe dingin gitu, Om cuma mau kenal sama calon menantu Om" Mr. Jof mengembangkan senyumnya

"ca..calon menantu?" lagi lagi kecepatan jantung Ana semakin menjadi jadi, ia merasa ingin pingsan saja sekarang.

"papa, Ana bu--" ucapan Regis dipotong oleh Mr. Jof

"udah udahh, kita makan dulu, oke? Om udah nyiapin makanan"

"Om yang masak?" Ana memberanikan bertanya.

"udah biasaa Na" Mr. Jof tersenyum ke Ana.
"papa Regis baik juga, tapi duhh jantung gue ga karuan nih, santai dongg" ucap Ana dapam hati, ia merasakan jantungnya belum juga stabil.

Di meja makan sudah dipenuhi makanan dan minuman.

"nah, silahkan Ana" Ana duduk disebelah Regis dan Mr. Jof duduk dihadapan Ana. Ana tak tau harus melakukan apa, seharusnya ia menyuapi makanannya tapi tangan Ana terasa kaku sekali, sangat sulit digerakkan.

"kenapa ga di makan Na?"

"makan Na" ucap Regis memberitahu Ana.

"iy..iyaa"ia mencoba menggerakkan tangannya, terasa sangat susah. Ketegangan dan kegugupannya memuncak.

Ana nampak kesulitan memotong makanannya. Tiba-tiba Regis menyodorkan sendok yang berisi makanan diatasnya dan menyuapi Ana, membuat gadis itu bertambah gugup.

"makan Na" Ana membuka mulut dan memakan makanan itu.

"gimana? Enak?" tanya Mr. Jof

Ana membulatkan matanya, makanan ini benar benar enak, dengan cepat Ana menganggukkan kepalanya. Lidahnya baru saja mencicipi makanan selezat ini. Entah itu memang masakan Mr. Jof atau dibelinya, Ana tidak peduli, yang ia tahu makanan ini enak.

"kalian romantisnya ngalahin Om yaa" Mr. Jof tertawa lepas. Ia merasa sangat senang bisa bertemu dengan Ana.

Regis dan Ana melirik secara bergantian. Dan mereka hanya tersenyum kaku. Tiba-tiba suara yang agak familiar bagi Ana itu terdengar oleh telinganya.

"halloo adik iparrrr" suara yang terdengar semangat itu membuat Ana membeku ditempat.

"kak Yoga?"

"wah wahh udah deket ya?" tanya Mr. Jof

"hahaa ga juga pah" ucap Yoga sambil terkekeh geli

"wei Gis, jadi lu beneran bawa Ana ke papa? Kerenn lu boy!" Yoga mengacungkan kedua jempolnya.

"udah sana, huss huss" raut wajah Yoga tiba-tiba berubah.

"gue bukan ayam bego!"

"bodo" Regis melanjutkan makannya.

"jadi kapan jadiannya? Gimana pacaran sama Regis? Betah ga Na? Dia dingin kaya batu es ya?"

"satu satu pah" Regis membuka suara,

"oke, kapan jadiannya?" tak ada jawaban yang keluar dari mulut kedua sejoli itu.

"kok ga ada yang jawab? Ana sej---" ucapan Mr. Jof di potong oleh Regis.

"beberapa hari yang lalu pah" jawaban Regis berhasil membuat Ana makin tak berkutik, apa rencana dibalik semua ini? Ana butuh penjelasan dari Regis! Ya harus!

Masih banyak pertanyaan lain yang muncul dari mulut seorang Mr. Jof.

*****
Setelah semua rencana Regis selesai, ia mengantarkan Ana pulang. Sudah jam 17:40 wib. Ana terdiam ia tak tahu harus mulai dari mana menanyakan kepada Regis. Akhirnya Ana memberanikan diri untuk bertanya.

"kenapa tiba-tiba ngajak ke rumah lo Gis?"

"papa nyuruh" Regis masih tetap fokus menyetir

"trus kok ngaku jadi pacar gue?"

"biar papa percaya" Ana mematung menatap Regis, ternyata hanya itu tujuannya. Dada Ana mulai terasa sesak mendengar jawaban Regis

"kenapa? Kok gitu?"

"gue ga bisa ga turutin maunya papa"

"jadi?"

"jadi, gue harap lo ga terbawa suasana"

"ter..terbawa suasana?" Ana bingung dengan jawaban Regis

"maksud gue, semoga lo ga baper" Ana langsung tak bisa berkutik, ia merasa ada yang sakit saat mendengar kata itu dari mulut Regis.

Bagimu memang biasa saja, tapi bagiku tidak. Terkadang seseorang hanya ingin kesenangan tanpa memikirkan perasaan orang lain.

#BERSAMBUNG...

You Are My Prince From Volleyball [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang