gadis sialan!

798 42 0
                                    

Jumat, jam 15:30 wib Ana sudah sampai di GOR, ia menunggu dua orang temannya lagi, siapa lagi kalo bukan Bila dan Dwi.

WhatsUpp

Araina : "wei kalen dimana? Gue udah nyampe"

Abila : "lagi otw nih, bentar"

Araina : "lelet bat sih, tukar profesi jadi siput lo?"

Abila : "bangsat! Tebir lo!"

Araina : "gue sendirian ogeb"

Abila : "sabar, makanya cari pacar biar ga sendiri"

Araina : "proses"

Abila : "dasar jomblo"

Araina : "lo juga jomblo tapi ngenes, prihatin gue:("

Abila : "bangke"

Ana memilih menunggu Bila dan Dwi saja, ia malas untuk masuk duluan ke dalam GOR. Beberapa menit berlalu kedua temannya itu belum juga kelihatan

"mana sii tuh siput, heran gue lama bener"

Ana melihat sekitar moga-moga temannya itu sudah datang. Ana membulatkan matanya, ia melihat sosok Regis dan kak Yoga serta teman-temannya yang lain.

"eh awal banget Na" Yoga mulai menyapa Ana dengan pertanyaan itu dengan Regis berdiri didekatnya.

"hehe saking semangatnya kak" Ana tertawa untuk menghilangkan kegugupannya di hadapan Regis.

"ah gue tau, semangat buat ketemu Regis ya" Yoga menepuk nepuk pundak Regis. Ana sekaligus tak percaya dengan apa yang ia dengar sebentar ini.

"eh, bu..bukan gitu kak, maksudnya latihan vollynya semangat" Ana tersenyum kaku. Ia melirik sekilas ke arah Regis, ia mendapati Regis sedang menatapnya dalam. Regis berusaha membaca pikiran Ana dari gerak gerik dan cara berbicaranya.

"yaudah masuk kuy" ajak Yoga.

"duluan ae kak, gue nunggu temen dulu"

"siapa?"

Tepat waktu, kedua temannya itu akhirnya muncul juga.

"noh orangnya" Ana menunjuk kedua temannya.

"sorry, gue telat, ban gue bocor tadi Na" ucap Dwi dengan perasaan bersalah karena membuat temannya ini menunggu lama.

"iya slow"

"lo ga niat buat kenalin temen-temen lo ke gue?" ucap Yoga dengan PD-nya.

"ah iya gue lupa, kenalin ini Bila dan itu Dwi" Dwi dan Bila tersenyum kaku. Yoga memperhatikan Dwi dari bawah sampai atas, membuat Dwi salah tingkah sendiri.

"adaw!" Yoga mengiris, tiba tiba sebuah tangan mendarat di kepalanya. Itu adalah tangan Regis.

"giliran cewe cantik aja lo liatin" Regis memaki kakaknya itu.

"suka suka gue dong" Regis hanya geleng-geleng sendiri dengan tingkah kakanya itu.

"yaudah masuk kuy, serigala ga usah diladenin" Regis mengajak Ana dan teman temannya masuk kedalam GOR.

"dihh, gue santap juga lo ntar!" teriak Yoga dari jauh.

"santap sesuka lo!" Regis membalas ucapan Yoga.

Regis berjalan di depan Ana dan yang lainnya, Ana hanya menunduk mengikuti langkah Regis. Tiba-tiba seorang cewek menghampiri Regis membuat langkah Regis terhenti.

"aww, haduu kenapa berhenti sih Gis?" Ana tak sengaja menabrak punggung Regis. Ana mengangkat kepalanya dan mendapati seorang gadis menatapnya tajam.

"sorry Na, ada tamu di depan" yang di maksud Regis adalah Tasya.

"lo ngapain disini?"

"aku latihan volly juga sama kek kamu" Tasya tersenyum kepada Regis.

"gue tau tujuan lo bukan latihan"

"ah.. hehehe aku latihan kok kesini, beneran" Tasya memaksakan tawanya, dugaan Regis benar! Tujuannya hanya untuk mendekati Regis saja bukan latihan volly.

"yok Na" Regis dengan sengaja menggengam tangan Ana, membuat gadis itu merasa tak percaya apa yang dilakukan oleh Regis. Tasya hanya menatap tajam kearah Ana.

"awas lo!" Tasya bergumam sendiri dengan perasaan kesalnya.

*****
Ditengah istirahatnya, Ana meneguk air minum hingga menyisakan setengah botol.

"demi apa, gue liat Regis genggam tangan lo! Hahaha seneng gue kalo kalen beneran jadian" ucap Bila histeris.

"paan si nih bocah, itu kebetulan kalii" Ana berusaha mengelak untuk membela dirinya. Ia merasa malu sendiri.

"ga lama lagi lo bakal jadian sama dia, gue yakin!" Dwi seakan-akan menjadi peramal.

"sok tau lo Wi" tawa mereka pecah seketika dan tak sadar Tasya sedari tadi berdiri dibelakang mereka, mendengarkan percakapan mereka.

"gue jamin lo ga bakal dapetin Regis" Tasya tiba-tiba membuka suara. Ana dan yang lainnya memutar tubuh mereka ke belakang.

"lo ngomong ke kita?" Ana bertanya ke Tasya.

"bukan! Tapi ke elo!" Tasya menatap Ana tajam. Seperti macan yang ingin menerkam mangsanya.

"gue?"

"gue tekankan ke lo! Regis ga akan suka sama lo! Secara gue lebih cantik dari lo dan asal lo tau Regis itu ga suka cewek ganjen kek lo!" Tasya meluapkan kekesalannya kepada Ana. Merasa tak terima, Ana pun terpancing emosi.

"lo bilang gue ganjen?" Ana berusaha menahan emosinya.

"iya, kenapa? Ada masalah?"

"gue tau lo cantik, tapi belum tentu hati lo juga cantik. Diatas langit masih ada langit, diatas yang cantik masih ada yang lebih cantik, inget!" Ana tanpa basa basi menyerang Tasya.

"wah wahh ga usah ceramah disini, gue cuma bilangin ke elo ae, kalo Regis itu emang ga suka cewek kek lo, lo itu bukan tipenya Regis! Dan menurut gue lo juga kekanak-kanakan. Bocah baru puber biasalah yaa" Tasya sengaja memancing emosi Ana. Ia tersenyum licik.

"eh lo boker di mulut lo ya? Kok banyak tayi sih?" merasa tak terima, Bila spontan melabrak Tasya, alhasil Tasya ikutan emosi.

"gue nyerang temen lo! Ga usah ikut campur!" suara Tasya meninggi, membuat semua orang yang latihan menghentikan kegiatannya termasuk Regis dan Yoga.

"urusan lo sama Ana, juga jadi urusan kita!" balas Bila emosinya semakin memuncak.

"udah udahh Bila udah, ga usah diladenin cewe gila ini!" Dwi berusaha melerai mereka.

"berani bawa temen? Pecundang emang gitu" Tasya mendorong bahu Ana dengan kasar. Ana yang sedari tadi menahan emosi, sekarang tak bisa ia kendalikan.

"pergi gak lo!" nada suara Ana mulai meninggi, Regis dan Yoga berlari menghampiri Ana dan yang lainnya.

"Kalo gue ga mau?"

"SIALAN! PERGI GAK LO SEKARANGG!!!" Ana memajukan langkahnya, ia ingin sekali menyerang gadis sialan di hadapannya ini. Tapi tiba-tiba Regis menahan Ana, emosi Ana benar benar memuncak sekarang! Bahkan ia tak sadar Regis sedang menahan tubuhnya untuk menyerang Tasya.

"Na udah Na, stabilin emosi lo!" Regis masih berusaha menahan Ana, membuatnya jadi kewalahan. Tanpa basa basi Regis menggenggam kedua tangan Ana dengan kuat.

"lo pergi sendiri atau gue seret keluar?" Yoga mengancam Tasya, membuat gadis itu merasa agak takut, ia pun memutuskan untuk pergi dari GOR.

Melihat Tasya yang perlahan menghilang dari hadapannya, emosi Ana mulai berkurang. Ia mulai melunak, keadaan tak setegang tadi. Ana baru menyadari bahwa kedua tangannya digenggam erat oleh Regis.

#BERSAMBUNG...

You Are My Prince From Volleyball [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang