bertahan atau runtuh?

887 41 0
                                    

Perjalanan pun berhenti, mereka telah sampai di depan rumah Ana. Ana hanya diam dan tak berani berbicara lagi, kata-kata Regis tadi selalu terbayang di pikirannya. Pandangan Ana tertuju kedepan.

"lo ga mau turun?" Ana tak menghiraukan Regis

"Ana?" Ana masih saja larut dalam lamunannya.

"Araina," Regis menyenggol sedikit bahu Ana membuat lamunan gadis itu pecah seketika.

"ha? Apa?"

"kenapa lo?"

"gapapa Gis, kalo gitu gue turun ya," ia membuka pintu mobil dengan tangan yang mulai bergetar, tapi kegiatannya terhenti saat Regis memanggilnya.

"Na,"

"iya, kenapa?"

"makasih buat yang tadi"

"emang gue ngelakuin apa?" Regis mengerutkan keningnya, suara Ana agak berbeda, suaranya sedikit serak.

"lo baik-baik aja kan?"

"hmm ya gue fine kok" Ana berusaha tersenyum walau hatinya agak kacau.

"yaudah, sekali lagi makasih"

"seharusnya gue yang bilang makasih Gis"

"hah?" Regis mengangkat alisnya sebelah.

"iya makasih udah ingetin gue biar ga terbawa suasana" Regis terdiam saat melihat mata Ana yang berkaca-kaca. Kenapa dengan gadis ini?

"lo yakin gapapa?"

"iya" Ana cepat cepat keluar dari mobil Regis dan membuka pintu gerbang rumahnya.

*****
Bendungan itu tak mampu lagi menahan air mata Ana. Ana menggigit bibir bawahnya agar tangisannya tak terlalu keras, ia takut bunda mengetahuinya. Ia mengingat kembali kata-kata Regis tadi

"semoga lo ga baper"

"semoga lo ga baper"

"semoga lo ga baper"

"Gue udah baper duluan Gis!!! Gue sukak sama lo! Segitu mudahnya lo bilang itu ke gue!" beberapa kali Ana menghapus air mata di pipi lembutnya itu, tapi tetap saja air mata berikutnya kembali jatuh.

"belum juga mulai, udah nangis duluan" Ana mengumpati dirinya sendiri. Ia merasa lelah hari ini. Ana memilih untuk tidur saja.

*****
Ana melangkahkan kakinya melewati gerbang sekolah. Ia melihat ada Regis di parkiran bersama seorang gadis. Gadis itu terlihat menghampiri Regis dengan semngatnya

"Regis sama siapa?" Ana bertanya pada dirinya sendiri. Ia tak ingin melihat itu, takut rasa cemburu menghampirinya.

"jangan liat Na, jangan liat dia" Ana memohon mohon pada hatinya agar tidak melirik ke arah Regis. Tapi apa daya, hatinya lebih kuat daripada pikiran, Ana melirik Regis!

"ih ganjen bat sih, pake kasih kado lagi"
Ana terus memperhatikan Regis dan gadis itu.

*Regis

"ini apa?" tanya Regis kepada gadis itu.

"buka aja Gis, ini special buat kamu" Regis dengan malas membaca nama si pemberi kado itu 'Tasya Adriany' tertulis disana.

"Tasya?"

"iya nama aku Tasya, suka ga kadonya?" Tanyanya dengan tingkah agak genit merayu Regis. Ia memberikan kue coklat kacang mini kepada Regis.

"sorry gue alergi kacang" Regis mengembalikan kue itu kepada Tasya.

"ah beneran? Tapi kata temen aku gak gitu"
Ucap Tasya memelas

"lo makan aja" Regis pergi meninggalkan Tasya sendiri di parkiran.

"bangsat!!!" Tasya melempar kue itu ke tanah, hingga tak berbentuk lagi. Ia hanya memalukan dirinya sendiri di depan Regis.

Regis berjalan dengan santainya, ia melihat Ana sedang memperhatikannya. Mungkin ia melihat kejadian tadi di parkiran.

"Ngapain Na?" Regis menyoraki Ana.

"haa? Ah itu..gue..itu tadi.." Ana tak tahu harus menjawab apa, ia terbata bata.

"lo nguping?" Ana menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah. Lalu Regis melangkahkan kakinya menuju Ana. Ia terkekeh geli melihat tingkah Ana, itu menggemaskan baginya.

"udah gue ga marah, kali ini gue maafin" Regis mengacak-acak puncak kepala Ana, membuat Ana mematung seketika dan menatap Regis.

"gue duluan, bye" Regis pergi meninggalkan Ana. Tapi langkahnya terhenti dan ia berjalan mundur.

"a..apa?" Ana gugup sekali saat Regis kembali dan menatapnya.

"mata lo kenapa?"

"ha? Kenapa mata gue? Gapapa kok" Ana mengusap-usap matanya

"bengkak, lo abis nangis?" Ana tertegun, ia baru ingat matanya bengkak gara-gara nangis semalaman.

"ah itu gue nangis karena..." Ana berusaha mencari alasan

"karena?"

"ka..karena di marahin bunda kemaren, pulangnya telat"

"beneran? Ga bohong?"

"iyaa, buat apa juga bohong"

"yaudah, gue duluan" Regis memberikan senyuman manisnya kepada Ana di sertai lesung pipi sebelah kanannya. Ana hanya mengacungkan jempolnya kepada Regis dan tersenyum kaku.

*****
Ana sampai di tempat duduknya, ia meletakkan tasnya diatas meja dan membenamkan wajahnya disana.

"kenapa Na? Gimana kencannya kemaren?" Bila langsung bertanya tentang hari kemarin.

"najisun! Dia sih seneng, gua mah engga!" Ana masih membenamkan wajahnya.

"lah? Kenapa lo?" tanya Bila gagal paham, Ana langsung mengangkat kepalanya dan menghadap Bila. Bila pun kaget melihat mata Ana sembab.

"ya ampunn, tuan putri gue! Mata lo kenapa? Abis nangis lo?"

"kemaren gue ga langsung pulang, Regis bawa gue ke rumahnya buat kenalin gue ke papanya. Dia ngaku-ngaku jadi pacar gue, kak Yoga manggil gue adik ipar dan yang gregetnya lagiii Bil, papanya Regis bilang gue calon menantunya!! Ahh gila!!" Ana meluapkan tentang kejadian kemarin yang menimpanya.

"nahh bagus dongg Na, kurang seneng apa coba? Udah dikasih lampu hijau sama papanya"

"iyaa itu gue tau, tapi ada lagi yang bikin gondokan sampe nangis gegara dia!"

"apa Na apa?" Bila benar benar penasaran.

"Pas Regis anterin gue ke rumah, dia bilang gini semoga lo ga baper, lah gue harus gimana coba kalo udah gini?" Ana menendang nendang mejanya.

"yahh sabar Na,ujian idup lo itu, eh lo ga bakal nyerahkan btw?"

"gue bingung, bertahan atau runtuh?"

"Ana! Ini saatnya lo jalanin rencana kita! Lo bilang ke kak Yoga tentang perasaan lo ke adeknya!" ucap Bila dengan penuh keyakinan.

"haa? Sarap ya lo? Ga mungkinlah!! Ga mau gue, ntar dikira apa sama kak Yoga"

"gue jamin kak Yoga juga mau nolongin lo"

"haduu Bilaa, harga diri gue dikemanain?! Gue cewek loh yaa"

"lo mau Regis atau ga?" ancam Bila serius

"ya..ya mau lah"

"nah, lo jalanin rencananya"

"serahh lo deh Bil seraaahh, semerdeka lo aja" ucap Ana pasrah.

#BERSAMBUNG...

You Are My Prince From Volleyball [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang