kamu pada hari itu.

627 33 0
                                    

"sampai ketemu besok" Ana melambaikan tangannya.

"hm," kekasihnya itu mengangguk pelan dan tersenyum.

"besok latihan kan?"

"iya, gue jemput"

"emang gapapa?" Ana masih merasa canggung.

"salah? Emang ga boleh? "

"iy..iya kalo gitu hati-hati dijalan"

Ana membalikkan badan melangkah menuju rumahnya.

"Na,"

Langkah Ana terhenti. Ia membalikkan badannya melihat Regis.

"makasi untuk hari ini" sambil tersenyum manis.

Ana mengangguk sambil membalas senyum Regis.

"yaudah masuk sana"

Ana pun menurutinya. Ana tak mengerti kenapa dia mendadak bisu. Ucapan terima kasih Regis tadi sangat hangat, ia bahagia sekali.

*Regis pov

Drrrrtt..

Drrrrtt..

Drrrrtt..

Ponsel Regis bergetar, nomor asing tertera disana.

Awalnya ia malas sekali menerima telfon dari nomor asing itu. Tapi di sisi lain ia juga penasaran.

"hallo?"

"apa kabar? " terdengar suara yang lembut dari seberang sana.

"siapa ya?"

"kamu lupa?"

"lupa apaan si?"

Tutt..

Tiba-tiba telfon itu terputus, Regis bingung sendiri dibuatnya.

Regis merebahkan tubuhnya di atas kasur, sambil tersenyum senang melihat fotonya dengan Ana.

Bunyi ketukan pintu terdengar jelas di telinga Regis. Beberapa detik kemudian berdiri seorang pria disana.

Spontan Regis menyembunyikan foto itu dibawah bantal.

"kenapa pa?"

Yah, itu adalah Mr. Jof.

"ga ada, papa cuma pengen ngobrol, udah lama kita ga bicara banyak"

Regis terdiam mematung, ia mencerna kembali pikirannya, benar saja sudah lama sekali ia tak bicara banyak dengan pria didekatnya ini. Semenjak mama tirinya pergi meninggalkan mereka semua, Regis hanya banyak diam dibanding dengan Yoga.

Untuk kedua kalinya Regis kehilangan sosok mamanya. Bagaimana tidak? Baru saja ia merasakan sosok ibu didekatnya, tapi takdir merubah tawanya menjadi diam. Saat itu adalah masa terpuruknya Regis. Kehilangan Herlin dan hanya berjarak beberapa hari ia juga kehilangan sosok ibu lagi.

Regis memaksakan senyumnya, ada sedikit rasa sakit di dadanya mengingat kejadian itu. Tak ada orang yang dijadikan sandaran saat itu. Semua sibuk dengan kesedihannya masing-masing.

"kamu masih ingat?"

"apa?"

"mamamu"

"keduanya masih kok. Mereka banyak berjuang"

Tepi bibir Mr. Jof terangkat sedikit,

"papa minta maaf"

Kerutan dikening Regis mulai terlihat.

You Are My Prince From Volleyball [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang