cemburu

799 39 4
                                    

Sabtu 10.15 wib

Suasana kantin sudah seperti sarang semut, ramai sekali. Bahkan ada yang tidak mendapati tempat duduk, mereka memilih untuk makan dikelas masing masing saja.
Tapi tidak untuk Ana dan kedua temannya, mereka lebih awal memasuki kantin.

"Na kok ga dimakan? Atau mau gue bantu makannya?" Dwi membuka suara

"kenyang gue"

"tumben, biasanya lahap bat lo makan" ucap Bila heran dengan temannya ini

"Bil, kemaren gue ga sengaja keceplosan di depan kak Yoga kalo gue itu sukak sama adeknya" Ana mulai curhat

"lah, gercep ya lo, pinterrr pinterr" Bila mengacak acak rambut Ana hingga berantakkan

"woii monyet betina! Rusak rambut gue, nyari tubir lo?"

"hehe sorry sorry gue sengaja" Bila dan Dwi berusaha menahan tawa tapi akhirnya pecah juga.

"truss trus gimana? Kak Yoganya mau bantu lo?" tanya Dwi heboh

"ya mau lahh, dia bilang tunggu ae kabar dari dia" Ana tersenyum malu

"dih senyum sendiri, jijique liat orang sarap jatuh cinta" Bila menepuk jidat Ana

"ih katanya temen, mana dukungannya?" Ana menatap Bila dan dwi secara bergantian

"lo kira kita tukang joget joget di tepi lapangan, trus sorak sorak kek anak alay?!" Bila membalas ucapan Ana dengan gemas.

"yeee ga gitu juga kalii, ogeb lo emang, masa ga ngerti sih😑" Ana merasa geram dengan temannya yang satu ini

"lo tenang ae Na, kita tuh setuju bat lo sama Regis,beneran dah" Ucap Dwi melerai kedua temannya itu.

"nahh Dwi ae yang ngertiin gue, makasiiih" Ana memeluk Dwi dengan gemasnya.

"ih apaan si Na malu tauu diliatin" Dwi berusaha melepas pelukan Ana

*****
Dilain tempat (masih dikantin)

"Yo lo ga ada jadwal pemotretan lagi?"

"ada, katanya minggu depan, sekalian malmingan" ucap Leo menjelaskan.

"malmingan sama Yoga lo? Awas dia mojokin lo ntar" Nanda tertawa lepas

"wah wah kek ga ada yang lain ae lo Yo, malmingan sama Om Om, kerass broo!!" stevan mulai ngaur, otak mesumnya kambuh lagi.

"bacot lo berdua!" Leo memukul jidat kedua temannya itu.

"makanya, pacarin anak orang biar malmingan berdua"

"lo kira pacarin anak orang gampang ha?! Yakalii" Leo melempar kulit kacang kepada Stevan.

"dasarr jombs" ucap Nanda dan Stevan bersamaan

"mirror pliss" Leo berusaha melawan, tak ingin dinista oleh temannya.

Regis tak menghiraukan teman temannya yang ribut sedari tadi, ia hanya memandang jauh ke depan, pikirannya mencerna kata kata dari Yoga semalam.

"woii batu es hidup, ngapain lo ngelamun?" Stevan akhirnya angkat bicara, namun Regis masih tak menghiraukan.

"napa nih bocah satu?" stevan bertanya ke Nanda

"kaga tau" Nanda melirik ke arah Regis yang tepat ada di hadapannya.

"napa lo?" Nanda memukul meja, memecahkan lamunan Regis.

"kepo lo pada" Regis berdiri berniat ingin jalan ke kelas.

"kemana lo? Makanan lo belum abis"

"lo sikat ae, gue ke kelas"

Regis berjalan meninggalkan semua temannya. Ia berjalan melewati koridor, namun lagi lagi langkahnya terhenti karena seorang Tasya menghampirinya.

"heii Gis" ia tersenyum malu

"apa mau lo?" mood Regis langsung hancur melihat gadis ini, mengingat kejadian kemarin.

"aku mau minta maaf soal kejadian kemaren" ucap Tasya sambil memainkan jarinya.

"bukan ke gue, tapi ke Ana"

"ada apa?" tiba tiba suara Ana mengejutkan mereka berdua. Ana memang sengaja keluar kantin sendiri sebab ia ingin pergi ke kelas lebih awal.

"nah, pas lo disini, sini sini Na" Regis merasa legah kebetulan ada Ana. Ia tak ingin berdua dengan gadis genit ini, ya siapa lagi kalo bukan Tasya. Ana berjalan ke samping Regis.

"kenapa?" tanya Ana menatap Tasya tajam. Kalo bukan karena ada Regis disini Tasya akan melawan Ana. Tasya melirik ke Regis, Regis memberi kode menunjuk Ana dengan dagunya.

"cih, yaudah, gue minta maaf" permintaan maaf gadis ini sangat sangat tidak ikhlas

"buat apa?" Ana mencoba mengetes cewek sialan ini.

"kejadian kemaren lahh!" suara Tasya mulai meninggi.

"gue lagi males maafin orang"

"cihh sok jual mahal bat sih di depan Regis, tayi nih cewek" Tasya menatap Ana tajam

"apa? Natap gue kek gitu, mau tubir lo?" Ana puas sekali mengerjai gadis sialan ini.

"Ana, gue minta baik baik yaa, gue mau minta maaf soal yang kemaren. Oke?" dengan terpaksa Tasya melembut di depan Ana dan Regis.

Ana melirik ke arah Regis sebentar untuk meminta persetujuan, lalu Regis mengangguk pelan.

"oke, gue terima maaf lo"

Tasya merasa legah, daripada memalukan dirinya di depan Regis ia memilih untuk pergi ke kelas saja. Sekarang hanya tinggal Ana dan Regis.

"kok tumben cepet dari kantin?" Regis mulai membuka percakapan.

"gapapa, gue ga mood aja hari ini, lo sendiri kenapa?"

"sama"

"lah kenapa?"

"ga perlu tau"

"eh iya deh maaf"

"gue kelas dulu, dah"

"iyaa dadah" Ana melambai lambaikan tangannya.

"oh god!!! Dia nanyainn gue😆 terbangg nih gue terbang, haduu ganteng bat sih Gis gagal fokus gue. Ya ampun jantung gue dag dig dug gilaaa!!" Ana meloncat loncat kegirangan, namun setelah itu dia sadar sedang di depan umum, untung saja sepi. Saat Ana ingin melangkahkan kakinya, terdengar suara yang memanggil namanya.

"Ana!" Ana membalikkan badannya mendapati Leo berjalan mendekat.

"eh iyaa, kenapa?" Ana tak tau harus berekspresi apa. Yang ia tahu pria ini adalah teman Regis dan dia model majalah di perusahaan Yoga.

"gue boleh nanya sesuatu ga?"

"iyaa boleh"

"lo deket ya sama Regis?" Leo bertanya dengan hati hati.

"ha?" Ana bingung ingin menjawab apa, kenapa tiba tiba pria ini menanyakan soal kedekatannya dengan Regis?

"eh lo belum tau nama gue ya? Kenalin gue Leo, Leo Yovan. Lo ga perlu sebutin nama, gue udah tau kok" ia mengulurkan tangannya. Mau tak mau Ana membalas menjabat tangan Leo.

"kaka kesini cuma mau nanya soal itu?"

"hmm iya"

"buat apa?"

"gue pen tau aja" Leo tersenyum ke arah Ana

"oo gitu, tapi kenapa?"

"gue cemburu, hehe"

"eh gue ke kelas dulu kak" merasa tidak enak Ana memilih untuk pamit saja.

"mau gue anter?"

"eh ga usah, gue sendiri aja"

"yauda hati hati cantikk"

"iy..iya" Ana berjalan agak cepat. Langkahnya terhenti lagi, Leo kembali memanggilnya lagi.

"Na!!" Ana membalikkan badannya.

"jangan lupa senyum" teriak Leo sambil tersenyum manis ke Ana.

#BERSAMBUNG...

You Are My Prince From Volleyball [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang