Bab 3 : Shaum

1.7K 160 36
                                    

Hana merebahkan tubuhnya di atas ranjang kecilnya. Kamar sempit berukuran 4x3 meter itu menjadi tempat pulang yang paling baik sejak dia mulai bekerja dua tahun lalu, kosnya ini menjadi istananya.

Malam sudah semakin pekat, tak biasanya ia pulang selarut ini. Jam sepuluh malam, demi pekerjaan yang diluar waktunya. Hati Hana menggerutu tapi dia tak berdaya menolak permintaan bos. Ia memilih untuk tidur saja, besok ia akan kembali menemani Ji Hyun.

###

"Assalamualaikum." Salam itu terdengar samar di telinga Hana, ia perlahan membuka matanya agak susah. "Assalamualaikum." Salam kedua kalinya terdengar lebih jelas, mata Hana terbuka lebih lebar. Tangannya meraih ponsel dan melirik jamnya yang sudah menunjukkan pukul delapan tiga puluh. Ia terbelalak dan segera melompat dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Usai mandi, ia segera mengambil tas dan membuka pintu. Melki sudah berdiri di depannya, "Hehe... Kak. Aku tidur lagi habis subuh. Maaf ya." Hana menyengir ke arah Melki yang wajahnya sudah tak karuan. Ia mengunci pintu kosnya.

"Pantas saja aku beri salam sampai sepuluh kali kamu gak denger." Melki berjalan menuju mobil. Ia membuka pintu pengemudi.

Hana turut membuka pintu penumpang dan segera duduk, "Ya, tadi malam pulang jam sepuluh." Ujarnya sembari memakai sabuk pengaman.

Melki menyalakan mesin dan segera menuju jalan raya. "HAH! Jam sepuluh?" dia melirik Hana.

Hana mengangguk.

"Benar-benar itu bocah. Mentang-mentang bayar mahal, gadis secantik kamu dibiarin pulang semalam itu. Menyetir sendirian." Ada sedikit amarah di nada suara Melki.

"It's okay, Kak." Hana tersenyum simpul.

Mobil mereka kembali melintasi jalan raya.

###

"Kemana jadwal wisata hari ini?" setelah membukakan Hana dan Melki pintu kamarnya, Ji Hyun langsung bertanya pada mereka.

Hana melihat ponselnya, "Ke pantai Senggigi, Tuan." jawabnya, lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang warna merah muda yang dipakainya.

Ji Hyun berjalan di belakang Hana dan Melki. Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di dalam mobil. Sepanjang perjalanan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Ji Hyun, dia sibuk dengan gadget dan earphone-nya. Sementara Hana dan Melki sesekali berbicara menggunakan bahasa Sasak.

Pintu belakang mobil terbuka, Ji Hyun segera keluar dan matanya menatap ke laut luas. Bola matanya membesar sambil ber-wah ketika memperhatikan keindahan pantai Senggigi. Ia mengeluarkan kamera poketnya dan memotret sana sini.

Melki berdiri di hadapan Hana, "Kamu temani si Korea itu, Hm... siapa sih namanya? Aku harus mengantar tamu yang lain ke pantai Kuta." Ujarnya.

"Namanya Ji Hyun. Siap, Kak." Senyum manis Hana terukir di kulit putihnya.

###

Pantai Senggigi tak pernah sepi pengunjung, meskipun di hari biasa seperti sekarang. Akan ada banyak pengunjung yang menikmati keindahan alamnya, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. Di akhir pekan selalu macet apalagi ketika hari raya Idul Fitri, budaya jalan-jalan ke pantai tak bisa hilang dari masyarakat. Mereka akan piknik di pinggir pantai, membawa makanan dan buah-buahan sembari menatap ke laut, memperhatikan anak-anak mereka berenang, membuat istana pasir dan naik sampan.

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang