Hana menggigit bibir bagian bawahnya. Ia menarik napas panjang. Meskipun ia sudah menyiapkan semua materi dengan baik selama di London, ia tetap saja gugup. Tak menyangka ruang konferensi sebesar itu. Melebihi ekspektasinya.
MC memanggil nama Hana sebagai pembicara ke tiga. Hana melangkah pelan menaiki panggung. Ia mulai memaparkan materinya selama setengah jam. Semua peserta memperhatikan dengan seksama, sebagian peserta mengangguk-angguk sebagian lagi hanya diam tidak berkedip.
Setelah usai menyampaikan materi, Hana kembali ke belakang panggung untuk istirahat. Siang nanti akan dilanjutkan sesi konferensi berikutnya.
"Han...na."
Ketika mendengar namanya dipanggil. Hana tidak mau menoleh, ia mengenal suara itu. Ia memilih pura-pura tidak mendengar.
"Hana... Aku Ji Hyun."
Suara sepatu Ji Hyun berjalan mendekat. Hana menghela napas, tentu saja ketika presentasi tadi, ia tahu laki-laki itu duduk di deretan paling depan. Semalam, ia memutuskan untuk membaca berkas-berkas yang panitia siapkan. Salah satu berkas adalah daftar tamu yang hadir. Ji Hyun, Presdir GF Corp. Foto Ji Hyun ada di lembar paling depan. Ya Allah.
"Hana."
Kali ini Hana memutuskan untuk menoleh. "Ji... Hyun."
Ji Hyun masih mengondisikan detak jantungnya. Lidahnya kelu tiba-tiba ketika melihat wanita yang dikaguminya sekarang berdiri tepat di hadapannya. Ini bukan mimpi, batinnya.
"Kenapa diam, Tuan Presdir?" Hana mencoba mencairkan suasana. Ia tak ingin keadaan menjadi canggung. Sejujurnya, sejak Ji Young mengatakan kalau Ji Hyun masuk Islam karena menyukainya, ia senang. Tapi ia tak mau menciptakan harapan apapun untuk Ji Hyun. Tentu saja, karena sekarang ia sedang dalam proses taaruf dan Ji Hyun... ia anggap seorang kenalan yang pernah jadi tamu wisata. Itu saja.
"Oh... aku suka presentasimu." Ji Hyun menyunggingkan senyum kecil.
"Terimakasih, Tuan Presdir."
"Jangan panggil aku begitu. Bukankah kita berteman?"
Hana diam sebentar. Ia ingat ketika di Lombok, Ji Hyun tidak mau lagi dipanggil 'Tuan'. "Baiklah... Chingu."
Ji Hyun menghela napas. Ia ingin mengobrol lebih banyak. Tentang apa saja, hal tidak penting sekalipun. "Aku tak menyangka kamu kuliah di Eropa. Dimana kampusmu?"
"Queen Mary."
"Queen Mary? Adikku juga di sana." Ji Hyun sumringah.
"Aku tahu. Kami teman sekamar." Setelah mengucapkan itu. Hana langsung membungkam mulutnya sendiri. Duh, keceplosan.
Bola mata Ji Hyun membesar. "Benarkah?"
Hana mengangguk pelan sambil bergumam di hati. Menyalahkan diri sendiri.
"Dia tidak merepotkanmu kan, Hana?"
Hana menggeleng. "Justru dia gadis yang baik."
Ji Hyun menyeringai. "Syukurlah." Ia kembali kelu. Berpikir sebentar. "Hana... setelah konferensi, kamu ada free time?"
Hana tertegun. Ia berpikir yang tidak-tidak. "Hm... Lusa."
"Aku ingin mengajakmu bertemu seseorang. Lusa... aku akan menjemputmu di depan hotel tempatmu menginap."
"Insya Allah."
###
Matahari cerah di langit Seoul. Sehari berlalu pesat. Suasana Masjid Pusat Seoul selalu sejuk. Eiliya merapikan buku-buku yang ada di ruangan Ibrahim Jang. Di bagian belakang masjid. Ruangan itu seperti perpusatakaan pribadi dengan banyak koleksi buku-buku Islam. Ia mengibas-ibas tangannya karena debu yang bertebrangan. Sesekali terbatuk sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANA
General Fiction[SELESAI] [SUDAH TERBIT] Hana, sosok gadis berjilbab yang berprofesi sebagai tour guide atau pemandu wisata tetiba menerima wisatawan dari Korea bernama Ji Hyun. Ji Hyun adalah tamu istimewa sehingga Hana tidak bisa menolak permintaan laki-laki itu...