Sehari sebelumnya.
Hana terpaksa harus meninggalkan Ji Hyun di restoran Jepang itu, ia berkali-kali bergumam, maaf Ji Hyun, maaf Ji Hyun sambil mengelus-elus dadanya. Langkah kakinya semakin cepat, HP-nya sedari tadi berkedip.
Ia tak peduli lagi dengan penampilannya ketika berlari melewati trotoar sebuah taman, berkeringat. Matanya melihat ke arah kursi-kursi panjang yang berjejer, kali-kali seseorang yang akan ditemuinya ada disekitar.
Hana memelankan langkahnya ketika laki-laki yang ia cari sudah duduk di kursi kayu panjang itu. Dari jarak lima meter ia berhenti sebentar merapikan baju dan mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ia berjalan pelan mendekati laki-laki itu.
"Assalamualaikum, Kak Fathir." Hana menunduk ke arah laki-laki yang masih membelakanginya itu.
Fathir berbalik. "Waalaikumsalam, Dek." Ia tersenyum. "Duduk!" Ia menepuk kursi kayu itu.
Mereka duduk berjarak, Hana di ujung kursi kiri dan laki-laki itu di ujung kursi kanan. Mereka saling menunduk.
Dua menit berlalu, belum ada satu kata pun terucap dari mulut mereka, yang terdengar hanya suara angin mendesau membawa daun-daun yang gugur beterbangan. Jalan raya di sekitar mereka mulai ramai oleh orang-orang yang pulang bekerja. Taman kota adalah satu-satunya tempat pertemuan terbaik menurut mereka, lebih santai dan menenangkan.
"Apa kabar, Kak?" Hana membuka percakapan, tas selempangnya ia letakkan ke pangkuannya.
"Alhamdulillah... Baik." Fathir mengambil kumpulan kertas ukuran A4 di dalam tas ransel hitamnya. "Kamu gimana?"
"Alhamdulillah baik juga."
Fathir memangku kumpulan kertas tadi. "Ini contoh berkas-berkas yang mungkin kamu butuhkan, Dek." Ia menyerahkan kertas-kertas itu pada Hana.
Hana menjulurkan tangan dan menerimanya. "Jazakillahkhoir, Kak." Ia membentuk senyum kecil di wajahnya.
Fathir mengangguk. "Kamu nggak berubah ya. Dari zaman kuliah sampai sekarang." Sambungnya tiba-tiba.
Hana spontan mengangkat kepalanya dari melihat kumpulan kertas tadi. Hatinya berdesir mendengar laki-laki berkulit putih itu mengucapkan sepotong kalimat itu. Apa yang dia ingat tentangku? batinnya. "Apa yang nggak berubah, Kak?"
"Hm... apa ya..." Ucap Fathir dengan ekspresi wajah sok mikir. "Nggak jadi deh, bercanda." Ia menyengir.
Hana menghela napas. Ia sudah memikirkan yang aneh-aneh dari tadi. "Hm... kakak juga nggak berubah kok."
"Apanya?"
"Nggak jadi deh, bercanda." Hana tersenyum licik.
"Balas dendam nih." Fathir tertawa kecil.
Hati Hana semakin berdegup mendengar suara tawanya. Entah, perasaan apa yang tak bisa lenyap dimakan waktu seperti ini.
"Tiga tahun ya kita nggak ketemu." Tawa Fathir terhenti. "Saya jadi ingat ketika kita masih di rohis dulu." Suaranya melembut.
Hana menunduk. "Iya Kak. Terimakasih telah memperkenalkanku dengan Islam."
Fathir merapatkan kedua tangannya. "Bukan aku, tapi Allah yang buka hati kamu nerima agama ini." Ia memperbaiki posisi duduk. "By the way, kamu masih sering ngaji?"
"Sejak lulus aku sudah jarang ketemu ustadzah. Tapi, Insya Allah masih menyempatkan diri ke pengajian di Masjid sebelah kos atau mendengar ceramah ustadz yang sekarang hits di YouTube, Kak." Hana tertawa kecil.
"Rupanya kamu juga suka nonton ustadz itu."
"Iya, sebenarnya ada dua ustadz sih Kak, yang setiap subuh selalu aku play bergantian. Satunya ustadz yang penampilannya anak muda banget, terus kata-katanya ringan dan kekinian. Lulusan Kairo. Satunya lagi usianya mungkin empat puluh, beliau cerdas, tegas dan lucu. Lulusan Maroko pula." Jelas Hana.
Fathir mengangguk-angguk. "Panjang ya ceritanya." Ia tersenyum.
"Maaf." Hana menutup mulutnya dengan tangan kanan. Ia tidak sadar sudah mengoceh banyak. Kenapa ketika dekat laki-laki ini aku jadi cerewet, batin Hana.
"Nggak apa-apa, aku suka mendengarnya. Next time kita bisa lanjutkan ceritamu. Sekarang aku pamit, sudah mau maghrib nih." Fathir memakai tas ranselnya yang tadi bersandar di lengan kursi. "Nanti kamu pelajari berkas-berkasnya. Kalau ada pertanyaan chat aja. Jangan sungkan!" Fathir menyunggingkan senyum lalu meninggalkan Hana setelah mengucapkan salam.
Angin kembali meniup pelan kerudung Hana, daun-daun kering saling berkejaran kesana-kemari. Semburat merah mulai terlihat di ufuk barat. Malam akan segera menjelang. Hana segera bergegas dari duduknya, walaupun di dalam hatinya ada kerinduan yang belum genap tersampaikan. Tapi apalah daya, ia hanya 'orang baru' dalam Islam, tak mengerti apa-apa. Sedangkan laki-laki itu, sosok yang sempurna di matanya. Cerdas dan saleh. Ia berjalan pelan di trotoar, adzan maghrib menggema di tengah perjalanan, ia mampir di salah satu Masjid dan salat disana.
###
Hana membuka pintu kos dan menggantung tasnya di belakang pintu. Ia duduk dan membuka lembar demi lembar kertas yang dibawanya. Berkas-berkas yang sekarang dihadapannya adalah dokumen yang diperlukan untuk mendaftar kuliah S2. Ia memutuskan meminta berkas-berkas itu ke Fathir karena hanya dia satu-satunya kakak tingkat yang berhasil menembus beasiswa ke Durham University.
Tangannya tak sabar ingin mengetik kalimat untuk dikirim kepada Fathir. Berterimakasih dan minta doa, tapi beberapa kali diketik dihapus lagi diketik dan dihapus lagi. Akhirnya Hana mengurungkan niatnya mengirim pesan singkat itu.
HP-nya tiba-tiba berdering. Dari Clara.
"Halo, Ra."
"Hana, besok Ji Hyun akan kembali ke Korea ya?" Ucap Clara di ujung telepon.
"Kamu tahu darimana?"
"Dari Kak Melki."
"Iya, Ra. Kenapa?" Hati Hana merasa curiga.
"Hm... aku boleh ikut nganter Oppa?"
"Nggak boleh!"
"Plis!!!"
"ENG-GAK BO-LEH!" tegas Hana.
"Hana... Plis!!!" suara Clara merengek.
"Nggak boleh, aku tutup nih. Bye."
Hana segera menutup teleponnya. Ia tak mau mendengar Clara merengek sampai ia harus menuruti permintaan temannya yang tidak-tidak itu. Ia tidak mau malu lagi, apalagi di Bandara. NO!
_________
Part ini Ji Hyun nggak ada ya, karena dia masih otw Korea. Kalau udah nyampe nanti diceritakan lagi :)
Jangan lupa tinggalkan jejak, VOMENT untuk support negelanjutin kisah ini :D

KAMU SEDANG MEMBACA
HANA
Fiksi Umum[SELESAI] [SUDAH TERBIT] Hana, sosok gadis berjilbab yang berprofesi sebagai tour guide atau pemandu wisata tetiba menerima wisatawan dari Korea bernama Ji Hyun. Ji Hyun adalah tamu istimewa sehingga Hana tidak bisa menolak permintaan laki-laki itu...