Bab 8 : Menikah

1.3K 122 19
                                    

Ji Hyun menginjakkan kakinya di Bandara Internasional Incheon keesokan harinya pukul delapan tiga puluh waktu Korea. Usai mengambil bagasi nya, ia segera keluar melalui pintu International Arrival. Ia tak perlu celingak-celinguk, seseorang telah menunggunya tepat di pintu keluar.

"Bagaimana liburan Anda, Pak?" tanya laki-laki dengan setelan jas rapi berwarna hitam seraya mengambil koper dan tas Ji Hyun.

"Begitulah, Hyung." Ji Hyun tersenyum sekenanya kepada sekretaris yang saat ini ia panggil kakak.

Ji Hyun sudah menganggap Dong Wook seperti keluarga, hanya dia yang mengerti jatuh bangun GF Corp, perusahaan perhotelan yang sekarang sudah tidak diragukan kiprahnya di Korea dan Asia, termasuk di Indonesia. Hotel bintang lima tempatnya bermalam di Lombok kemarin adalah salah satu cabangnya.

Setelah mereka masuk mobil. Dong Wook menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. "Kenapa Anda membatalkan penerbangan Anda kemarin, Pak?" Dong Wook menoleh ke arah Ji Hyun yang setengah perjalanan masih diam saja.

"Tidak apa-apa, Hyung."

"Sepertinya kamu memang kelelahan, Hyun-aa." Dong Wook kali ini bicara informal. "Sebaiknya kamu istirahat setelah ini."

Ji Hyun mengangguk.

Satu setengah jam kemudian mereka telah sampai di depan pintu apartemen Ji Hyun yang berada di lantai lima belas sebuah gedung pencakar langit. Dong Wook meletakkan barang-barang Ji Hyun di dekat sofa. Sedangkan Ji Hyun segera berbaring di tempat tidurnya.

"Aku pergi. Selamat beristirahat!" Dong Wook melangkah keluar.

Setelah tanda pintu terkunci otomatis berbunyi, Ji Hyun membuka matanya perlahan yang sedari tadi ia pura-pura tidur. Ia meletakkan tangan kanan di dada sebelah kiri. Ada yang hilang, batinnya. Ia seolah-olah sedang mendengar lagu patah hati paling sedih di dunia. Ia kemudian berdiri lalu melangkah ke dekat jendela kaca besarnya. Ia membuka tirai dan menatap jauh entah kemana.

"Aku ingin melihat laut lagi... aku ingin melihatmu." Ji Hyun berbicara dengan diri sendiri.

###

Keesokan harinya.

Mata Ji Hyun terbuka perlahan ketika mendengar suara pintu apartemennya terbuka. Ia tahu itu pasti Dong Wook, hanya dia yang tahu sandinya.

"Hyun-aa!" panggil Dong Wook setelah sampai di dekat tempat tidur Ji Hyun. "Astaga, Ireona! Aku membawa makanan kesukaanmu. Ireona!" Ucapnya sembari menarik selimut Ji Hyun.

Ji Hyun menggeliat malas. "Baiklah. Aku pakai baju dulu." Ia menghampiri meja makan menggunakan kaos dan celana training lalu menarik kursi dan segera memakan kimbab yang tersaji di depannya.

Dong Wook membuka suara sesaat setelah mereka selesai sarapan. "Segera ganti pakaian Hyun-aa! Hari ini kita ada jadwal rapat dengan..."

"Hyung!" Ji Hyun memotong laporan jadwal Dong Wook.

"Hm."

"Aku tidak akan ke kantor hari ini. Kuserahkan semuanya pada Hyung." Ucap Ji Hyun sambil berlalu pergi memasuki ruang perpustakaan pribadinya.

"Tapi... Hyun-aa... tunggu!" Dong Wook belum selesai bicara, Ji Hyun sudah menutup pintu ruangan tersebut. Ia menghela napas lalu mengecek tab-nya untuk me-reschedule rapat. Meskipun hanya tiga hari Ji Hyun meninggalkan perusahaan, banyak pekerjaan yang menunggu diselesaikan. Tapi Dong Wook tidak bisa apa-apa selain menuruti perintah presdirnya itu.

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang