Bab 19 : Pilihan Abi

867 65 20
                                    

Mobil SUV putih Ji Hyun terparkir di basemen sebuah rumah sakit. Ia melangkah menuju lift dan memencet tombol 6. Plester di dahi nya sudah dilepas, tapi seringkali kepalanya berdenyut-denyut. Itulah kenapa ia ingin memeriksa hari ini.

Langkah kaki Ji Hyun terhenti di depan sebuah ruangan yang menarik. Ia melirik ke atas pintu, disana tertulis 'ruangan anak-anak penderita kanker'. Ruangan itu lebih seperti taman bermain, seluruh tembok ramai dengan lukisan bunga dan burung.

Anak-anak usia sekira delapan sampai dua belas tahun yang menempati ruangan itu. Sebagian besar mereka duduk di kursi roda, dua tiga orang yang bisa berjalan atau berlari kecil. Mereka sekarang sedang fokus memperhatikan seorang wanita berkerudung yang sedang duduk membacakan cerita. Wajah putih bening wanita itu tampak makin memesona ketika memperagakan sebuah adegan di dalam buku cerita yang ada di pangkuannya.

Wanita itu tetiba mengarahkan pandangan pada Ji Hyun yang berdiri di badan pintu. "Ji... Hyun." Anak-anak menoleh.

"Eiliya."

Eiliya menutup buku cerita dan meminta izin pada anak-anak untuk menemui Ji Hyun. Ia melangkah mendekati Ji Hyun. "Apa yang sedang Anda lakukan di sini?"

Ji Hyun mengulum senyum tipis. "Ah, saya perlu memeriksa kepala. Tapi berhenti sebentar saat melihat Anda."

Seorang anak perempuan dengan infus di tangan, memutar kursi rodanya ke arah Ji Hyun dan menjulurkan sebuah buku cerita. "Ahjussi yang tampan... tolong bacakan ini untuk kami!"

Eiliya sontak berjongkok di hadapan anak perempuan itu. "Ahjussi ini sakit, dia harus pergi menemui dokter sekarang."

Si anak perempuan cemberut. Hampir menangis.

Ji Hyun menggigit bibir. "Saya... saya akan membacakannya untuk mereka."

Ye ye ye! Semua anak yang tadi diam tiba-tiba bersorak bahagia.

Eiliya dan Ji Hyun duduk bersebelahan. Mereka bergantian membaca sampai selesai.

"Terimakasih, Ji Hyun-ssi." Eiliya menundukkan kepala.

Ji Hyun mengangguk. "Anda bekerja disini?"

"Tidak. Saya hanya berkunjung untuk bercerita."

Ji Hyun hanya ber-oh pendek. Ia kemudian melirik sampul buku cerita yang masih di pangkuannya. "Eiliya-ssi... Anda yang menulis buku ini?"

Eiliya tersenyum. "Ye. Itu hanya cerita sederhana. Tapi anak-anak sangat menyukainya. Mereka tidak memiliki banyak waktu, Ji Hyun-ssi. Dua hari yang lalu salah satu dari mereka sudah kembali ke surga. Mereka menangis waktu itu, karena menyadari sebentar lagi mungkin giliran mereka. Tapi... hari ini, mereka tersenyum saat mendengar cerita saya. Saya bahagia melihatnya. Sangat bahagia." Sedikit air mata menetes di pipinya.

Ji Hyun mengambil sapu tangan dari saku jas dan menyerahkannya pada Eiliya. "Anda melakukan yang terbaik, Eiliya-ssi."

Eiliya menerima sapu tangan itu.

Sepulang dari rumah sakit. Ji Hyun mampir ke sebuah florist. Ia membeli sebuket bunga dan meletakkannya di kursi depan. Dua puluh menit mengemudi, matanya memandang ke luar jendela saat berhenti di lampu merah. Ia menurunkan kaca mobilnya.

"EILIYA." Teriak Ji Hyun.

Eiliya yang tadi berjalan santai di trotoar, berhenti. Memicingkan mata ke sumber suara yang memanggilnya. "Ji... Hyun."

"ANDA MAU KEMANA?"

Karena teriakan Ji Hyun yang cukup lantang, ia memutuskan untuk mendekat ke mobil laki-laki itu. "Saya mau pulang."

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang