Bab 10 : Pintu Langit

1.1K 97 13
                                    

Seminggu berlalu pesat. Hana memeriksa kembali berkas-berkas yang ia perlukan setelah itu menggembok kopernya. Ia memunggungi tas ransel dan segera menuju mobil hitam yang sudah menunggu di depan kos.

Melki keluar dari mobil itu. "Sini... aku bantuin." Dia memasukkan koper hitam itu ke bagasi.

"Makasih, Kak." Kata Hana sambil membuka pintu depan penumpang.

"HANA!"

"Clara? Kamu ikut?" Hana terkejut sedetik setelah membuka pintu.

Clara yang duduk di kursi tengah tersenyum lebar. "Iya dong. Aku paksa Kak Melki jemput aku." Ia tertawa jahat.

Hana segera duduk. "Aku pikir kamu sibuk, semalam kamu tidak angkat telponku."

Clara menyengir. "Bagaimana kalau kamu duduk di belakang? Biar kita bisa ngobrol."

"Oke." Hana segera pindah ke kursi tengah.

Melki membuka pintu mobil. "Nggak ada yang mau duduk di sampingku nih? Aku jadi merasa seperti supir sungguhan." Ia menghela napas.

"Emang." Ucap Clara diiringi tawa mencandai.

Hana hanya tersenyum.

Mereka segera melesat menuju bandara.

"Maaf Kak, jadi merepotkan." Hana membuka suara. Melki masih fokus menyetir. "Santai aja, Han. Mumpung lagi free dan Pak Deni juga udah ngasih izin pinjam ini mobil buat nganter kamu." Melki tersenyum kecil.

Setengah jam kemudian mereka tiba di Bandara Internasional Lombok. Melki segera menurunkan koper Hana dan mengantarnya menuju pintu keberangkatan.

"Kak, makasih ya." Hana mengambil koper dari tangan Melki. "Salam sama ibu dan bapak di rumah."

Clara memeluk Hana spontan. "Aku akan merindukanmu, Na." Ia menangis di punggung Hana.

"Ih... lebay deh ini anak, kebanyakan nonton drama sih." Melki pura-pura mencairkan suasana, walaupun dia juga sebenarnya sedih.

"Iya ih, jangan nangis! Cuma setahun kok, Insya Allah." Hana melepas pelukan Clara dan mengusap air mata di pipi temannya itu.

"Aku jadi pengen meluk kamu juga, Han." Melki menyengir.

"Dasar orang tua! Kurang kasih sayang, nikah dong! Wek!" Clara menjulurkan lidahnya.

"Orang tua? Kamu tuh anak TK. Cengeng! Huh!" Melki membalas ejekan Clara.

"Sudah sudah." Hana melerai. "Ntar kalian berjodoh lo!"

"OGAH!" teriak Clara.

"Nauzubillahi min zalik." Melki mengelus-elus dadanya.

Hana berhasil tertawa dengan kekonyolan mereka. "Aku harus masuk sekarang." Hana mengeluarkan tiket dan paspor dari jaketnya. "Habis ini kalian harus saling memaafkan biar nggak berubah jadi cinta." Ia memaksakan tawanya.

Clara dan Melki hanya diam, tak ikut tertawa karena mereka sadar Hana akan segera pergi.

"Assalamualaikum." Hana melangkah masuk. Ia berbalik sebentar sambil melambaikan tangan. "Dah..."

Melki menjawab lemah. "Waalaikumsalam."

Clara kembali menitikkan air mata.

"Ayo kita pulang!" Suara Melki melembut.

Clara tidak menjawab, dia segera mengekor langkah Melki.

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang