Bab 5 : Menjadi Teman

1.2K 117 31
                                    

Matahari yang masih sepenggelahan membuat Hana memicingkan mata. Satu per satu cucian ia gantung di halaman belakang kosnya yang sempit. Ia bisa bernapas lega, karena Ji Hyun sudah berangkat ke Bandara satu setengah jam yang lalu. Entah kenapa bos menyuruhnya untuk tidak ikut dan hanya Melki yang mengantar Ji Hyun.

Hana meletakkan tangannya di pinggang dan mengggerak-gerakkannya karena agak pegal. Baru saja ia membuka pintu kamar mandi tapi suara ketukan pintu depan mencegatnya masuk. Ia memakai kerudung instan dan segera membukakan pintu.

"HANA!" teriak seorang perempuan berambut lurus dan hitam legam di ambang pintu. Ia lalu memeluk Hana. "Aku kangen banget sama kamu." Katanya dari balik punggung Hana.

Hana diam saja ketika tubuhnya digoncang-goncang, "Aku juga, Clara." Dia melepas pelukan Clara, "Ayo masuk!" Hana tak kalah sumringah melihat teman karibnya itu datang berkunjung.

Clara langsung memasuki ruangan kecil itu. "Kamu apa kabar?" tanyanya sembari duduk di atas tempat tidur Hana.

Hana masih berdiri menuangkan air putih, "Alhamdulillah baik, Ra." Ia berjalan mendekati Clara dan memberinya air tersebut. "Kamu gimana?"

"Aku juga baik, Na." Clara merogoh sesuatu dari dalam tasnya yang berwarna silver, "Aku ada hadiah buat kamu. Nih!" kotak hadiah itu mendarat di tangan Hana.

"Apa ini?" Hana menggerak-gerakan kotak itu.

"Hm... buka saja!"

Hana membuka bungkus kado itu perlahan. Matanya terbelalak ketika mendapati isinya adalah Al-Qur'an kecil berwarna merah muda. Dia menatap Clara. "Thanks, Ra." Lalu dia memeluk temannya itu.

"You are welcome." Clara menepuk-nepuk punggung Hana.

Hana melepas pelukannya. "Sampulnya lucu, aku akan membawa ini kemanapun aku pergi." Tangannya meraih kedua tangan Clara. "Ra... kamu ingat waktu kita kuliah dulu, kita benci banget sama Islam. Liat orang pake kerudung, kita yang gerah dan kepanasan."

Clara menunduk dalam.

"Tapi... sejak aku memutuskan masuk Islam, aku ngerasain ketenangan di sini, Ra." Hana memegang dadanya yang tepat di jantung. "Aku bahagia menjadi bagian dari muslimah yang terjaga kehormatannya." Lanjut Hana. Ada setitik air mata yang jatuh ke pipinya.

"Aku ingin mengikutimu, Na." Ujar Clara mengangkat kepalanya perlahan. "Tapi mama papa masih tidak setuju. Aku tidak bisa setegas kamu."

Hana tersenyum kecil, "Aku paham hal itu, Ra. Sangat paham. Aku tidak akan memaksamu."

Clara mengangguk.

Hana mengalihkan pembicaraan agar suasana menjadi lebih santai. "Aku tinggal mandi ya, Ra. Anggap rumah sendiri." Hana menyengir.

"Silahkan, Na. Pantas tadi pas meluk kamu ada aroma aneh." Clara ketawa mencandai.

Hana selalu memiliki hati yang baik. Sebelum Hana masuk Islam pun dia adalah orang yang humble kepada teman-temannya, sifatnya itu yang membuat Clara masih ingin bersahabat dengannya sampai hari ini, walaupun sekarang keyakinan mereka berbeda.

###

"Na, ada yang meneleponmu." Teriak Clara menggedor pintu kamar mandi. "Namanya Tuan Ji Hyun."

Mendengar nama itu, Hana mempercepat mandinya. "I-ya, sebentar." Hana balas berteriak.

Sepuluh menit kemudian Hana keluar dari kamar mandi. "Berapa kali dia nelpon?" tanyanya seraya menjemur handuknya.

"Lima kali mungkin. Aku tak berani mengangkatnya, kelihatannya tamu penting." Jawab Clara yang sedang fokus membaca majalah.

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang