Bab 2 : Wine

2K 178 45
                                    

Ji Hyun melirik jam tangannya. Ia memperhatikan jarum detik yang terus berjalan, lima menit lagi akan menujukkan pukul tujuh malam. Tapi Hana belum juga menekan bel kamarnya. Ia melemparkan tubuhnya ke kursi empuk depan tempat tidurnya dan mendengus kesal. Tangannya meraih segelas air putih di sampingnya. Saat tegukan pertama, bel pintu hotelnya berbunyi. Ia meletakkan gelasnya dan berjalan ke arah pintu.

Ji Hyun membuka pintu kamarnya. Setelah terbuka ia melihat Hana berdiri mematung di depannya. "Jam berapa sekarang?" ia mengetuk-ngetuk kaca jam tangannya dengan telunjuk dengan ekspresi datar.

Hana melihat jam tangannya, "Tujuh lebih sepuluh menit, Tuan." Jawabnya singkat.

Ji Hyun menutup pintu kamarnya dari luar. "Kenapa kamu terlambat?" suaranya ketus.

"Sorry." Hana menunduk. "Saya solat dulu sebelum kesini." Lanjutnya.

Ji Hyun tak memedulikan jawaban Hana, dia segera melengos ke arah lift dan membiarkan wanita yang malam ini mengenakan kerudung ungu itu berjalan di belakangnya. Mengiringnya.

Dalam lift mereka tidak berbicara sepatah kata pun sampai tiba di basement Ji Hyun baru mengeluarkan suara. "Mana mobilnya?"

"Tunggu disini, Tuan! saya memarkirnya sebelah sana." Hana menunjuk ke arah barat.

Setelah mobil berwarna hitam itu berhenti di depan Ji Hyun, Hana segera turun dan membukakan pintu belakang untuk tamunya itu. Ji Hyun memerintahkan Hana untuk mengantarnya ke King Bar.

Hana tidak ada pilihan lain, malam ini ia harus menyetir sendiri. Melki, rekan setianya benar-benar tidak bisa meninggalkan ibunya dan ia harus berada dalam satu mobil dengan seorang laki-laki asing. Membuatnya sedikit canggung dan menimbulkan perasaan tak menentu.

Ini pengalaman pertama selama dua tahun dia menjadi tour guide menyetir sendirian diluar shift kerjanya. Ia masih bertanya-tanya dalam hati kenapa Ji Hyun menjadi tamu spesial bos. Tapi ia tidak mungkin kepo pada bosnya, ia hanya bekerja. Titik.

###

Hana membuka pintu mobil penumpang setelah sampai di depan King Bar. "Kita sudah sampai, Tuan!" ucapnya.

Ji Hyun segera menuruni mobil dan segera mendekati pintu masuk bar. Ia merasa aneh karena Hana tidak mengikutinya di belakang, ia menengok ke arah Hana yang berdiri jauh di belakangnya dan bersiap untuk masuk ke mobil.

"Hei... kesini!" teriak Ji Hyun.

Hana kembali menutup pintu mobil dan berjalan menghampiri Ji Hyun. "Ada apa, Tuan?"

Wajah laki-laki berkulit putih bersih itu sedikit kesal. "Oh, Tuhan! Kamu harus mengikutiku ke dalam. Kamu adalah pelayanku. Paham?" ujarnya.

Hana mengepalkan tangannya, ia tak suka dengan sebutan pelayan apalagi oleh laki-laki asing yang ada di depannya sekarang ini. Ia adalah tour guide bukan pelayan dan yang jelas ia bertugas sampai jam lima sore dan bar bukan tujuan wisata yang tertulis di dalam perjanjian. Tapi dia mencoba menenangkan diri dan menarik napas dalam-dalam. "Mianhamnida, Tuan. Saya akan menunggu di sini saja!" Hana menjawab dengan nada sedang dalam bahasa Korea.

"Kamu harus nurut!" suara Ji Hyun agak keras, membuat beberapa orang yang keluar masuk bar menengok. "Saya sudah bayar mahal ke perusahaan kamu!" lanjutnya geram.

Hana mengelus dadanya pelan, ia benar-benar kesal dengan kesombongan Ji Hyun. Seandainya posisinya bukan seorang tour guide ia sudah meninggalkan Ji Hyun sedari tadi. Ah, rupanya wajah baby face laki-laki itu tak menjamin karakternya juga lembut. Ia kembali menghela napas panjang. "Saya mengerti Tuan Ji Hyun, tapi saya seorang muslim, saya tidak boleh masuk." Hana berusaha menyungging senyum.

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang