Pencarian [Part 5]

21 2 0
                                        

Dan hari itupun tiba, hari dimana para mahasiswa berusaha sebaik mungkin demi mempresentasikan hasil akhir mereka dalam sebuah sidang tugas akhir. Semua berkeinginan untuk mendapatkan gelar yang mereka inginkan, tentu saja ketegangan selalu meliputi di setiap lembar penilaian yang mereka ajukan kepada para dosen penguji dan saat alfa pun datang untuk pengujian tugas akhir.

Setelah hampir dua jam memaparkan dan sesi tanya jawab, waktu pengumuman pun datang. Akhirnya alfa lulus dengan predikat cumlaude dan menyelesaikan studinya dalam waktu tiga setengah tahun.

"Terima kasih ya pak, atas bimbingannya selama ini, saya akhirnya bisa lulus juga. Dapat predikat cumlaude pula, saya ga nyangka pak bisa begini", "Selamat ya nak Zalfa, semoga ilmunya berguna di kehidupan nyata, dan semoga cepat dapat kerja serta dipermudah dalam pencarian jodohnya hehe", "Ah..... Bapak, jangan bahas – bahas jodoh pak, masih lama, saya juga masih nunggu seseorang", "Yasudah kalau begitu saya ke ruangan dulu ya, nanti kalo butuh tanda tangan saya, saya ada di ruangan", "Baik pak, siap 86 hehe".

Dan akupun bergegas meninggalkannya yang sedang bersenang hati bersama keluarga dan temannya. Sesampainya di ruangan aku mendapati beberapa mahasiswa yang sedang stres menghadapi sidang akhirnya, aku mencoba menenangkan dan mengajaknya berbicara.

Tidak lama setelah perbincanganku dengan mahasiswa, alfa datang dengan setumpuk kertas yang sudah disusun rapi dengan beberapa berkas yang harus aku tanda tangani. Dan mahasiswa itupun bergantian dengan alfa.

"Misi pak, maaf menganggu. Saya cuma mau minta tanda tangan buat berkas yang tadi disidangkan", "Ya zalfa silahkan, yang mana saja yang harus saya tanda tangani?", "Ini pak, disini, disini, disini dan disini, duh maaf ya pak, banyak ya hehe", 

"Ah tidak apa, oh iya, tolong jangan panggil saya bapak, saya sudah berapa kali bilang sama mahasiwa saya, panggil saja kakak, karena umur saya tidak berbeda jauh dengan kalian", "Baik pak... eh, kak hehe. By the way, saya mau nanya ka, tapi urusan pribadi lagi, gapapa nih?", "Ya silahkan saja, ada apa? Ini sambil saya tanda tangani saja ya", 

"Jadi begini ka, kakak itu beneran masih single? Belom nikah gitu? Udah cukup umur kenapa belum nikah juga?", dan akupun berhenti untuk menulis.

Tanganku serasa tidak bisa digerakan, mataku tertuju padanya. Sebenarnya aku mengetahui apa yang para mahasiwaku rasakan kepadaku. Dari beberapa yang berani bercerita, aku sudah banyak menangkap cerita mereka, termasuk alfa. Dia menaruh hati padaku, bisa dibilang kalau dia mencintaiku.

"Baik, jadi begini. Karena kamu selalu penasaran dengan apa yang terjadi sama kehidupan asmara saya, saya akan bercerita sedikit. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mencintai seseorang yang saya sayangi, saya berusaha membuatnya selalu nyaman dan selalu saya sayangi, tapi pada suatu hari saya pergi meninggalkannya. Tanpa kata, tanpa cerita, tanpa pemberitahuan, saya pergi meninggalkannya karena satu dan lain hal, salah satunya adalah kuliah magister saya di singapore. Ketika saya berusaha menghubunginya kembali, semuanya sudah terlambat. Orang yang saya sayangi sudah tidak ada, dia pergi meninggalkan saya dan dunia ini karena saya. Saya membuatnya kecewa dan mungkin membuatnya putus asa sehingga penyakit yang dia derita membuatnya tidak bertahan hidup. Itulah kesalahan saya dimasa lalu. Makanya hingga sekarang saya belum ingin menikah, karena masih dihantui masa lalu",

"Hmm... jadi gitu ka, hidup itu sebuah pembelajaran ka, hidup itu sebuah proses...",

"Sudah sudah, saya tahu apa yang akan kamu katakan, saya sedang berusaha melakukan itu, mencoba untuk mencari yang baru dan berusaha melupakan yang sudah terjadi".

"Terus kalo ada orang yang sayang sama kakak gimana? Orang itu pasti kecewa denga melihat kakak yang masih terjebak dalam lingkaran masa lalu",

"Saya tahu itu, dan saya tahu beberapa orang yang pernah curhat ke saya menyukai saya. Apa yang mereka lihat? Saya tidak memiliki tubuh yang atletis, saya tidak bisa apa – apa, hanya bisa mengajar",

"Aduh ka, please deh, jangan pesimis gitu, beberapa orang menyukai kakak itu bukan karena fisik kakak, tetapi hati kakak. Coba deh bayangin, kalo ada orang yang sayang sama kakak, terus kakaknya bilang apa ke dia?",

"Saya tahu kamu salah seorang yang menaruh hati sama saya", "Hah? Itu gimana? Maksudnya? Aduh ka, aku jadi salting gini, maaf ya hehe",

"Tidak perlu berbohong, saya tahu itu. Dari pengamatan saya selama ini, kamu cukup introvert, menutup diri dari dunia luar, ya walau terkadang kamu harus terlihat 'bertingkah' di depan orang lain. Kamu itu baik, lucu, menggemaskan, ya walaupun masih dalam proses pembelajaran", "Duh kakak, apasih, aku jadi malu kan, emang ketahuan ya? hehe",

"Perbedaan usia kita cukup jauh, sekitar empat tahun, sepanjang yang saya alami diluar sana, dan beberapa kali berhubungan dengan kamu, saya mendapatkan sebuah pertanyaan", "Pertanyaan apa ka?", 

"Kamu masih single?", "Hahaha, ya masih lah kak, pertanyaan macam apa itu? hahah, mana ada yang mau sama cewe bulet, jelek macem aku, jerawatan pula, ya walaupun aku putih buat nilai plusnya",

"To the point banget ya? Jadi begini reaksi mahasiswa yang menyukai dosennya? Haha. Kamu itu ga jelek, malah manis, jerawatnya juga tidak terlalu terlihat, putih juga, sepengamatan saya selama bimbingan dan diluar itu, mulai dari aplikasi minder dan sampai sekarang, saya menemukan ada yang mengganjal sama kamu", 

"Ih apa sih ka, jangan gitu lah, aku jadi malu, iya aku suka sama kakak, bahkan lebih dari suka, emang yang mengganjal apaan ka?",

"Sebuah rasa yang gabisa diungkapkan sama kata - kata, karena kata - kata terlalu miskin buat pengganti pernyataan dari perasaan", "Kok bisa? eh maap ka hehe",

"Setelah kelar kuliahmu, aku rasa kamu akan bertanya kenapa saya masih single, dan sesuai dengan dugaanku. Kamu tahu kenapa? Karena firasatku selalu benar. Kalau boleh, ijinkan aku menemui orang tuamu", 

"Hah? Kak gimana? Ngapain ketemu orang tuaku?",

"Kalau boleh saya jujur, saya menaruh hati kepada mahasiswi bimbingan saya yang saya temui di aplikasi kencan di ponsel",

"Hah? Siapa ka? Aku ya? Ko bisa? Kenapa aku ka? Bukannya banyak ya yang sayang sama kakak? Diluar sana kan banyak, kenapa kakak milih aku? Padahal kan aku masih bocah kak hehe",

"Ijinkan saya menjelaskannya", "Diijinkan ko ka hehe", 

"Jadi begini, semuanya memang terjadi begitu saja, terlalu cepat, saya juga sudah lelah menjalani hubungan yang tidak serius, mungkin dari pengenalan, pemahaman, pengertian dan semacamnya bisa dijalani seiring jalannya waktu, namun ketahuilah kamu, ketika saya sudah berbicara mengenai hati, saya tidak pernah bermain – main. Karena itu soal perasaan, meliputi segala di dalamnya, saya rasa, alasan kamu menyayangi saya juga bukan karena yang kemari kamu sebutkan, cinta itu datang dan pergi begitu saja. Tanpa permisi dan pamitan. Aku hanya ingin perasaan itu datang dan menetap, tidak utuk pergi dan permisi, apalagi pamitan. Sepanjang perjalanan itu, saya menemukan hal yang entah mengapa membuat saya nyaman dengan kamu. Jikalau kamu berkenan, ijinkan saya bertemu orang tuamu untuk menyatakan maksud dan tujuan saya",

"Ini kakak serius? Ga bercanda kan?", "Saya serius, dan tidak ada unsur bercanda", 

"Jadi gini ka, sebelum kakak nemuin mamah sama ayah. Aku mau ngasih tau sesuatu sama kakak. Aku ga akan diijinin nikah sebelum kerja, aku juga belum mengenal kakak gimana? Gimana kalau waktu yang aku gunain buat nyari kerja itu dipake buat kenal satu sama lain? Setuju?", "Jikalau itu memang keputusanmu, saya akan mengikutinya, tapi ijinkan saya bertemu mereka dengan niat baik dan tujuan yang pasti. Apakah kamu siap untuk menjadi pasangan hidup saya? Menghabiskan sisa waktu dengan saya? Tumbuh menua bersama saya? Setiap hari bertemu dengan saya dibawah atap yang sama", 

"Yes, yes, and yes. I do, nanti aku bilang mamah sama ayah ya buat ketemu sama kakak, ini berkasnya udah kan? Makasih ya ka, dadah....".

Dan diapun bergegas meninggalkanku di meja ruanganku. Wajah berseri – seri dengan kelulusannya serta sebuah jawaban dari pertanyaannya selama ini. Perasaannya pun terbalaskan. Ini bukanlah sebuah akhir, melainkan awal dari sebuah cerita untuk jenjang berikutnya.

A Slice of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang