Pagi ini terasa begitu dingin, tidak seperti biasanya bandung hujan dengan begitu lebatnya. Waktu menunjukan pukul setengah tujuh pagi, hujan diiringi dengan embun yang menutupi sejauh mata memandang. Seperti biasaya, di hari jumat jadwal mengajarku hanya sore hari. Waktu kosongku diisi dengan secangkir kopi hitam di pagi hari dan ditemani hujan.
Seminggu telah berlalu sejak hari itu, aku sudah melupakan beberapa kenangan yang memang sudah seharusnya dilupakan. Dalam keheninganku memandang hujan aku sudah lupa bagaimana rasanya bersama. Hampir tiga bulan sejak alfa lulus, dia tidak menghubungiku lagi. Entah karena jarak atau memang kami belum siap ditakdirkan untuk bersama.
Dulu seingatku, aku pernah memperjuangkan rasa dan cinta setulus hati. Namun ada seseorang yang begitu saja membiarkanku pergi. Namun aku mengingat saat dia memintaku untuk kembali dengan rasa yang dulu aku miliki. Kenapa dengan senyuman dan kata – kata, kamu tak pernah menunjukan keinginan sepenuh hati. Berhayal memiliki rasa dan hati dalam satu atap rumah, namun rasanya sulit saat yang kau inginkan bukan diriku. Aku tidak pernah memintamu mencintaiku dengan setulus hati, karena rasa itu hanya kamu yang mengerti. Aku tidak pernah memintamu untuk merindukanku, jika kamu bukanlah milikku.
'Siapa aku? Sebagai apa aku di hidupmu? Sebesar apa rasamu padaku? Setulus apa hatimu padaku? Jangan pernah berkata padaku jika kamu belum bisa sepenuhnya untukku, jika ketiga pertanyaan itu belum bisa hatimu jawab. Aku tak perlu mendengar dari jawaban yang akan kamu katakan dari ketiga pertanyaan itu. Karena aku tahu, kamu bukanlah orang yang pandai dalam merangkai kata. Jika hanya perbuatan yang bisa kamu sampaikan untuk menjawab pertanyaan hatimu. Lakukan jika memang itu dibutuhkan. Tapi tolong jangan paksa aku untuk berhenti mencintaimu jikalau aku bukanlah jodohmu nanti. Karena aku lebih memilih untuk tidak mencintai siapapun daripada aku harus terluka lagi', pikirku dalam lamunan pagi ini.
Keheninganku terpecah saat suara ponselku berdering. Sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak asing untukku. Aku rasa nomor alfa, tapi sepertinya berbeda,
"Aku takut, did you feeling same with me? Aku hanya takut untuk jauh cinta dan terluka lagi. Sejauh apapun aku pergi, saat hatiku untukkmu, aku hanya takut untuk terluka lagi. Maaf, saat aku mencoba untuk jatuh cinta padamu, aku masih saja takut untuk terluka kembali. Jadi biarkan aku seperti ini sampai aku siap untuk jatuh cinta lagi".
Tahukah kamu ada hati yang terluka saat ini? Percayakah kamu apa yang ingin aku lakukan saat ini? Jika bukan jarak yang menghalangi. Mungkin aku sudah berada disana memelukmu dengan erat. Tidak perlulah kamu mengatakan beberapa kata atau apapun itu. Aku hanya ingin merasakan apa yang kamu rasakan. Aku bersedia mendengarkan semua keluh kesahmu, semua curhatanmu, rasa gelisahmu, apapun itu. Saat aku berkata aku serius, itulah yang sebenarnya terjadi.
Berusaha untuk mencintai yang baru saat hati pernah terluka begitu dalam adalah hal yang cukup menyiksa hati. Saat berusaha melupakan akan terasa begitu sulit tetapi saat yang bersamaan harus mencoba dengan yang baru. Hanya hati yang bisa menjawab semua pertanyaan itu, tanyakan semua itu pada hatimu.
![](https://img.wattpad.com/cover/143739740-288-k559740.jpg)