Kembali ke kehidupan normalku, dimana menjadi dosen adalah pekerjaan wajib demi mencari ilmu untuk mahasiswa dan juga menambah pahala untukku. Waktu menunjukan pukul sembilan pagi, hari rabu seperti biasanya aku tak memiliki jadwal mengajar, jadi saatnya aku manfaatkan untuk mengerjakan presentasi mengajar di kampus lainnya. Biasanya aku menghabiskan waktuku sampai siang di laboratorium atau perpus di kampus.
Suara musik yang lumayan keras menutupi ruangan lab yang tertutup, lagu yang cukup familiar di kupingku dan mungkin bisa memberikan beberapa kesan padaku. Aku membuka pintu lab, dan yang kutemui adalah asisten lab yang lagi mengerjakan sebuah projek tugas akhir.
Tiba – tiba dia mematikan lagu yang sedari tadi aku dengarkan saat memasuki ruangan, "Maaf kak, saya tau kalo di lab ga boleh nyalain musik, tapi ini cuma buat penghibur kak, saya lagi penat sama projek saya", "Oh tidak apa, teruskan saja, mumpung udara dan cuacanya mendukung hehe".
Hujan turun disertai angin yang lumayan kencang, dan lagu itu terus terngiang di telingaku. 'Hampa kesal, dan amarah. Seluruhnya ada di benakku. Tandai seketika, hati yang tak terbalas oleh cintamu. Ku ingin marah, melampiaskan, tapi ku hanya sendiri disini. Ingin ku tunjukan pada siapa saja bahwa hatiku kecewa', lagu dari bunga citra lestari yang berjudul kecewa versi cover pun terdengar jelas di telingaku.
"Kamu itu galau apa lagi penat sama tugas akhir? Lagunya gini amat, ga ada yang bikin semangat ngerjain? Kamu sendirian aja di lab? Okta mana? Biasanya dia jam segini udah numpang wifi di lab?",
"Saya kayaknya nyerah kak sama tuga akhir saya, saya ga sanggup kak. Ga ada pencerahan lagi, hampa kak, soal okta, dia masih molor pak di kosan, tadi saya ngintip di kamarnya", "Loh kenapa? Mau cerita sama saya? Saya mau ko dengerin curhatan mahasiswa, kali aja saya bisa bantu",
"Saya baru diputusin kak sama pacar saya, lagu ini ngingetin saya sama dia. Dulu waktu saya dengerin lagu ini, dia yang buat saya bangkit dari keterpurukan karena putus cinta, eh sekarang dia malah ikutan pergi juga. Mau makan ga bisa, mau tidur susah, ngerjain skripsi apalagi pak",
"Gini ya, maaf nih kalo ikut campur urusan kamu. Sebelumnya kakak mau tanya, dia kenapa ninggalin kamu?", "Ditinggal nikah kak, udah gitu pas lagi sayang-sayangnya lagi kak, gimana gamau down kak",
"Jodoh, takdir, hidup dan mati sudah ada yang ngatur, jadi kamu tenang aja. Teruskan apa yang harus kamu selesaikan, contohnya tugas akhir kamu. Ingat, orang tua kamu berjuang mencari uang buat kamu kuliah, ingat perjuangan mereka, nanti kalo jodoh belakangan aja", "Iya kak, makasih sarannya".
Dan akupun kembali ke ruangan tersendiri di dalam lab. Tiba – tiba ruangan menjadi seperti mengingatkanku tentang masa lalu. Sesuatu yang seharusnya aku lupakan. Wanginya, suasananya, cuacanya, semuanya. Hening, sehening suara yang tidak terucap oleh mulut dan tanpa suara. Aku terdiam dalam lamunan, entah apa yang aku lamunkan. Dan suara dering ponselku pun memecahkan keheninganku.
Sebuah nomor yang tidak ada di kontakku mengirimkan sebuah pesan.
'Hai, apa kabarmu disana? Aku harap kamu baik – baik saja. Aku rindu itu saja. Aku harap kamu tau'.
Siapa kamu? Apakah aku mengenalmu? Adakah cerita diantara kita yang perha terjadi? Haruskah aku merindu juga? Ah, sudahlah, aku hanya ingin ketenangan dengan hujan yang terlihat dari jendela lab dan diiringi lagu.
