Aku terjebak di kampus saat kelar kelas mengajarku. Sekiranya kelas bubar saat jam enam, tetapi aku salah yang memberi materi jadi waktunya lebih lama dari biasanya. Hujan diluar terlalu lebat dari biasanya, seolah ditumpahkan dan selalu diiringi dengan angin kencang.
Aku duduk termenung di luar kelas sambil melamun. Melihat tetes demi tetes hujan yang turun. Seolah membawa kenangan yang jatuh dengan udara yang cukup dingin. Dalam lamunanku, aku berhayal tentang seseorang dengan menggunakan sweater merah. Menggunakan lipstik merah dan bedak tipis di wajahnya. Senyumnya terlintas dibenakku, genggaman tangannya saat menyentuh tanganku, dia menarikku dan kemudian memelukku, hangat samapi aku lupa dinginnya malam itu. Namun semua itu hanyalah lamunanku.
Seorang pria mendatangiku dan kemudian memecahkan lamunanku. "Dududu, pak dosen belom balik? Udah malem, iya sih ujan, ga bawa mobil ki?", ah iya, ternyata itu bimo datang bersama dengan adiknya.
"Lu jemput adek lu bim?", "Iya nih, ada acara keluarga di rumah gue. Eh iya ki, gimana hubungan lu sama mahasiswi lu itu? Lancar? Udah jadi ketemu sama orang tuanya?", "Entahlah bim, gue gamau bahas itu, distance selalu membuat semuanya terlihat seperti.... ya begitu lah", "Ah elu ki, selalu dah. Masa gagal lagi dari yang ini? Lu sayang kan sama dia? Gamau berjuang gitu buat dia?",
"Gini ya bim, gue gamau mikirin itu dulu. Gue aja lagi rencana buat studi doktor, jadi ga mau gue ngebebanin otak dan hati gue sama masalah perasaan. Oke gue terima kasih sama kepedulian lu dan rama soal pasangan hidup, lu tau lah kenapa alasan gue gamau mikirin buat nikah muda dulu. To many reason bim. Belom lagi kebelakang ini ada perempuan yang neror gue gitu, kayaknya sih seseorang di masa lalu gue",
"Ah elu mah ki, kebiasaan banget. Masa lalau selalu ngebayangin dari apa yang akan lu jalani di masa sekarang. Hah? Coba ceritain gimana itu perempuan yang neror lu?",
"Ya gitu lah, dia bilang rindu dan segala macam hal. Bahkan dia tau tentang kecelakaan gue pas dulu kuliah. Dia meluk gue pas gue di kampus sebelah. Itu pertama dan terakhir kalinya gue ketemu dan dipeluk dia. Yang gue bingung, saat gue dipeluk dia, gue nangis bim. Tiba – tiba aja gitu, perempuannya pake sweater merah terus kerudung abu. Dan anehnya setelah hari itu, gue inget beberapa serpihan ingatan gue di masa lalu. Yang gue inget dari dia adalah kue ulang tahun ke red velvet yang ke delapan belas. Gila ga sih?",
"Seriusan ki? Lu ketemu dia? Di kampus sebelah? Ko bisa? Kapan?", "Ah nanya lu kebanyakan, iya serius gue, di kampus sebelah, udah lama sih. Dia siapa emang?", "Ada masanya ki gue kasih tau tentang masa lalu lu soal perempuan itu, tapi ga sekarang", "Ah anjir, pelit bener jadi temen dih", "Gue mau acara keluarga pea, udah bilang tadi, dah gue cabut dulu. Nanti ketemuannya di tempat biasa aja, gue bawain orang yang bisa ceritain semuanya tentang masa lalu lu sama perempuan itu", "Hah? Siapa?", "Ntar lu juga tau".
Kemudian bimo bergegas bangkit dan berjalan pulang. Aku pun bergegas menuju mobilku karena waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan malam. Aku terlalu lama mengobrol dengan bimo sampai lupa hari ini aku harus istirahat karena esok pagi pulang ke jakarta untuk beberapa urusan disana.
